016 Belati Petir

423 29 1
                                    

Saat ini Raden Kian Santang dan Nimas Rara Santang hanya menyaksikan apa yang terjadi di istana Majapahit.

"Mari kita bantu mereka rai." Ajak Rara Santang kepada Raden Kian Santang.

"Tidak perlu yunda, kita awasi saja mereka. Jika mereka dalam bahaya baru kita bantu mereka." Ucap Raden Kian Santang dengan tegas.

"Baiklah rai." Ucap Rara Santang menuruti usulan adiknya.

***

Saat ini prabu Brawijaya, Nimas Dewi Rengganis, dan Patih Sukmajaya sudah berhadapan dengan tiga orang berpakaian serba hitam yang menolong patih Nirwana dan senopati Agra.

"Siapa kau?" tanya prabu Brawijaya kepada tiga orang berpakaian serba hitam.

"Kau tak perlu tau prabu Brawijaya, SERANG!!!" ucap salah satu dari tiga orang yang berpakaian serba hitam.

Pertempuran pun terjadi antara prabu Brawijaya dengan salah satu dari tiga orang yang berpakaian serba hitam dan dibantu patih Nirwana. Patih Sukmajaya berhadapan dengan salah satu dari tiga orang yang berpaian serba hitam dan dibantu senopati Agra. Sedangkan Nimas Dewi Rengganis berhadapan dengan salah satu orang yang berpakaian serba hitam.

Prabu Brawijaya dan patih Nirwana jatuh tersungkur, kalah, Nimas Dewi Rengganis yang melihat ayahandanya jatuh tersungkur pun segera menghampirinya dan membantu berdiri.

"Apa ayahanda tidak apa-apa?" tanya Dewi Rengganis setelah membatu prabu Brawijaya berdiri.

"Ayahanda tidak apa-apa putriku." Jawab prabu Brawijaya dengan terbata-bata.

"Ayahanda dan patih Sukmajaya menyingkirlah terlebih dahulu biar aku yang melawannya." Mohon Dewi Rengganis kepada ayahandanya.

"Baiklah putriku, berhati-hatilah." Jawab prabu Brawijaya, berjalan dipinggir pertempuran bersama patih Sukmajaya.

"Hei kalian berlima lawanlah aku jika kau tak mau menyerah!!" ucap Dewi Rengganis dengan lantang dan tegas dihadapan musuh Majapahit.

"SERANG" ucap salah satu dari orang yang berpakaian serba hitam.

"Bismillahirrohmanirrohim.." ucap Dewi Rengganis seraya mengeluarkan Belati Petir dari dalam tubuhnya.

Setelah mengeluarkan belati petir dari dalam tubuhnya, Nimas Dewi Rengganis langsung menyerang mereka berlima hingga jatuh ketanah dengan luka yang sangat parah.

Prabu Brawijaya dan Patih Sukmajaya terkejut bagaimana bisa belati petir itu ada pada Nimas Dewi Rengganis.

"Dari mana putriku mendapatkan belati petir itu, padahal belati petir sudah hilang beberapa tahun yang lalu." Batin prabu Brawijaya.

"Dari mana nimas Dewi Rengganis mendapatkan belati itu, setahuku belati itu telah hilang dari tanah pasundan, jika nimas Dewi Rengganis tidak dapat menguasainya dapat membahayakannya." Batin Patih Sukmajaya.

"PERAJURIT BAWA MEREKA BERLIMA KEDALAM PENJARA" ucap Dewi Rengganis dengan lantang.

"Sandika nimas." Jawab perajurit sambil membawa mereka berlima kedalam penjara istana.

Saat Dewi Rengganis hendak memasukkan belati petir kedalam tubuhnya tiba-tiba belati petir yang mengendalikan tubunya. Membuat ia mengeluarkan kekuatan belati petir itu dan menghancurkan benda-benda yang ada disekitarnya.

"AYAHANDA TOLONG AKU, AKU TIDAK BISA MENGENDALIKANNYA!!!" ucap Dewi Rengganis masih berusaha mengendalikan belati petirnya.

"Bagaimana ini patih Sukmajaya?" tanya prabu Brawijaya, panik akan keadaan putrinya.

"Mohon maaf gusti prabu setahu hamba, hanya belati halilintar yang dapat menenangkan belati petir yang ada ditangan nimas Dewi Rengganis." Jawab patih Sukmajaya.

"Dimana belati itu patih?" tanya prabu Brawijaya, menanyakan letak belati halilintar supaya putrinya selamat.

"Setahu hamba gusti prabu belati halilintar telah hilang, sampai sekarang belati halilintar masih belum ditemukan keberadaannya." Jelas patih Sukmajaya

"Lalu apa yang harus kita lakukan patih Sukmajaya." Tanya prabu Brawijaya kepada patih Sukmajaya yang sudah gelisah terhadap putrinya.

"Hamba tidak tahu gusti prabu Brawijaya." Jawab patih Sukmajaya apa adanya.

"Jagat dewa batara, semoga putri hamba baik-baik saja. Semoga ada suatu keajaiban yang datang dan menolong kami." Batin prabu Brawijaya lesu.

***

Sedari tadi Raden Kian Santang dan nimas Rara Santang mengawasi pertarungan dari awal sampai akhir.

"Belati apa itu rai? kekuatannya sungguh hebat rai." Tanya Rara Santang

"Belati itu namanya, belati petir yunda. Kekuatannya belum sepenuhnya keluar yunda. Itu baru setengan kekuatan dari belati itu yunda." Jawas Raden Kian Santang memberi tahu kepada yundanya Rara Santang.

"Belati itu sungguh hebat rai, sepertinya nimas Dewi Rengganis kesulitan untuk mengendalikan belati petir itu rai?" tanya Rara Santang

"Kau benar yunda, biar aku membantu nimas Dewi Rengganis. Kau tunggu disini yunda!" jawab Raden Kian Santang

"Baiklah rai berhati-hatilah." Ucap Rara Santang yang dijawab anggukan kepala oleh Raden Kian Santang.

Raden Kian Santang menuju tempat nimas Dewi Rengganis.

***

Raden Kian Santang sampai dihadapan nimas Dewi Rengganis dengan berdiam diri saja, menatap nimas Dewi Rengganis. Sedangkan prabu Brawijaya dan patih Sukmajaya bingung siapa orang yang menghampiri nimas Dewi Rengganis.

"Siapa dia patih?" tanya prabu Brawijaya yang melihat sosok berbaju putih menghampiri putrinya, hanya berdiam diri saja.

"Hamba tidak tau gusti prabu." Jawab patih Sukmajaya

"Semoga orang itu mampu menolong putriku, Dewi Rengganis." Batin prabu Brawijaya

Tiba-tiba saat ada seorang yang mendatangi prabu Brawijaya dan patih Sukmajaya yang sedang memperhatikan Nimas Dewi Rengganis dan seorang pemuda berpakaian putih.

"Sampurasun gusti prabu Brawijaya, sampurasun patih Sukmajaya." Ucap seorang berpakaian serba putih sambil memberi hormat.

"Rampes nimas." Ucap prabu Brawijaya dan patih Sukmajaya .

"Siapa kah nimas ini?" tanya prabu Brawijaya kepada seorang yang berpakaian serba putih yang berada dihadapannya.

"Perkenalkan namaku Rara Santang, dan yang melawan nimas Dewi Rengganis adalah raiku. Rai Kian Santang pasti bisa menolong nimas Dewi Rengganis." Ucap Rara Santang menjelaskan perkenalannya.

"Sedang apa nimas disini?" tanya patih Sukmajaya yang penasaran.

"Sebenarnya aku diajak raiku Kian Santang untuk menuju gunung Kelud, katanya disana sangat indah dan raiku kian santang mengajakku melihat gunung kelud. Demi menghabiskan waktunya bersamaku, rai Kian Santang rela membuang rasa lelahnya demi bisa menghabiskan waktunya bersamaku setelah berpisah selama lima tahun lamanya denganku." Jelas Rara Santang menjelaskan tujuannya bisa sampai di istana Majapahit.

"Lalu kenapa Nimas Rara Santang dan Raden Kian santang bisa sampai di istana Majapahit, padahal jalannya berlawanan arah?" tanya prabu Brawijaya yang penasaran.

"Sebenarnya aku yang mengajak Rai Kian Santang ke sini untuk melihat apa yang terjadi, sehingga banyak rakyat Majapahit yang menuju istana Majapahit. Sebenarnya rai Kian Santang menolaknya, karena aku memaksanya jadi raiku mau untuk melihatnya. Raiku menolak karena ia ingin cepat kembali ke istana Pajajaran." Jelas Rara Santang mengenai pertanyaan prabu Brawijaya.

"Apakah kita perlu membantu Raden Kian Santang gusti prabu, nimas?" tanya patih Sukmajaya

"Tidak perlu patih, aku percaya akan kemampuan raiku Kian Santang." Jelas Rara Santang yang dituruti patih Sukmajaya dan prabu Brawijaya untuk tidak membantu Raden Kian Santang.

***

KISAH CINTA RADEN KIAN SANTANG DAN NYIMAS DEWI RENGGANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang