008 Kecemasan

380 34 0
                                    

Semua orang telah berkumpul di balai istana. Para punggawa dan keluarga istana pun turut serta hadir dalam pertemuan itu.

Prabu Siliwangi memasuki ruangan dan naik keatas singgasananya. Kewibawaannya tidak pernah hilang dari wajahnya tapi tetap saja tersirat kecemasan dari sana.

"Apa diantara kalian ada yang telah menerima kabar dari syekh Nurdjati, putra ku Walangsungsang, Putra ku Surawisesa? dan Putri ku Rara Santang??"

Semua orang saling menatap satu sama lain. Wajah mereka diliputi tanya tanya.

"Tidak gusti prabu, kami belum mendapatkan kabar apapun dari syekh Nurdjati, raden Walangsungsang, raden surawisesa maupun nyimas Rara Santang.." senopati Anggapati yang menjawab.

Ini cukup rumit.

"Mohon ampun gusti prabu!!" seorang prajurit tiba-tiba datang menghadap ditengah-tengah pembicaraan mereka.

"Ada apa prajurit??"

"Syekh Nurdjati, Raden Surawisesa, nimas Rara Santang dan Raden Walangsungsang telah kembali. Mereka datang bersama Ratu Ambet Kasih.." ujar prajurit itu melapor.

Tak lama kemudian, syekh Nurdjati, Raden Walangsungsang, Raden Surawisesa, nimas Rara Santang, dan Ratu Ambet Kasih memasuki ruangan istana.

"Assalamu'alaikum.. Sampurasun!!"

"Wa'alaikumsalam.."

"Rampess.."

"Selamat datang di istana Padjadjaran, Dinda Ambet Kasih.." ujar Prabu Siliwangi memberikan sambutan.

"Terima kasih, kanda prabu.." ujar Ratu Ambet Kasih.

"Putra ku Walangsungsang, putra ku Surawisesa, putri ku Rara Santang, dan syekh Nurdjati.. Bagaimana perjalanan kalian??"

Raden Walangsungsang, Raden Surawisesa, nimas Rara Santang dan Syekh Nurdjati terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan dari prabu Siliwangi. "Maafkan hamba gusti prabu. Kami tidak mendapatkan petunjuk apa pun tentang kematian Raden Jayakatwang." Syekh Nurdjati mengatupkan kedua tangannya sebagai penghormatan sekaligus permohonan maaf.

"Maafkan aku ayahanda, aku telah gagal menjalankan tugas dari ayahanda.." ujar Raden Walangsungsang penuh kekecewaan.

"Tidak putra ku.. Ini bukanlah kesalahananmu. Semua ini pasti telah direncanakan sebelumnya.."

"Patih Nirwana dan senopati Anggapati latih semua perajurit, siapkan untuk peperangan jika tidak bisa dihindari dan perketat penjagaan istana."

"SENDIKA GUSTI PRABU!!!!!"

***

Tak terasa sudah menjelang pagi Raden Kian Santang bangun dari tidurnya. Mata Kian Santang membelalak kaget melihat Kirana yang masih menatapnya.

"Kau belum tidur Kirana?"

"Belum Kian!"
"Kenapa kau belum tidur."

"Apa aku harus jujur kepadanya, kalau sejak tadi malam aku terus memperhatikannya, dan aku mengelus kepalanya." Batin Kirana

"Aku tidak bisa tidur Kian, lagi pula aku kemarin juga tertidur dalam gendonganmu."

"Baaiklah, mari kita lanjutkan perjalanan."

"Allhamdulillah.. Akhirnya alasanku tidak membuat Kian curiga." Batin Kirana

"Ayo naik Kirana."

Kirana langsung naik keaatas punggung Raden Kian Santang.

Raden Kian Santang langsung melanjutkan perjalanan menuju Pajajaran. Ia berjalan dengan senyum-senyum sendiri membuat Kirana bingung.

"Kian kenapa kau senyum-senyum sendiri?"

KISAH CINTA RADEN KIAN SANTANG DAN NYIMAS DEWI RENGGANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang