006 Kebersamaan

421 33 1
                                    

Tak terasa menempuh perjalanan yang begitu jauh, ternyata sudah memasuki waktu sholat dzuhur. Akhirnya Raden Kian Santang menghentikan langkahnya dibawah pohon yang rindang dan sejuk.

"Kirana kita berhenti sejenak, untuk istirahat."

"Baik Kian."

Raden Kian Santang mulai menurunkan Kirana dibawah pohon rindang. Setelah menurunkan Kirana Raden Kian Santang melakukan tayamun, karena sedang tidak ada air. Hal itu membuat Kirana bingung atas apa yang dilakukan Raden Kian Santang. Setelah selesai tayamun, Raden Kian Santang melaksanakan sholat dzuhur.

"Allahu Akbar!!"

Kirana bersandar di bawah pohon yang lumayan besar dan sejuk. Dirinya tengah memperhatian Raden Kian Santang yang sedang melaksanakan sholat.

"Alhamdulillahi robbil 'aalamiinn.."
(Alfatihah:2)

Kirana mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia terkesima. Suara Raden Kian Santang terdengar begitu syahdu. Belum pernah ia mendengar ini sebelumnya.

"Arrohmaanirrohiimmm." (Alfatihah:3)

Kirana larut dalam alunan nada dari kalimat-kalimat yang diucapkan Raden Kian Santang. Ia memang tidak memahami artinya. Tapi ada keyakinan bahwa dibalik kalimat-kalimat tersebut, tersimpan sebuah makna yang begitu indah.

"Maaliki yaumiddin.." (Alfatihah:4)

"Iyyaaka na' budu wa iyyaaka nasta'iiinn.." (Alfatihah:5)

"Ihdinash shirootol mustaqiinn.." (Alfatihah:6)

Kirana menghembuskan napas pelan. Hatinya berdesir. Jantungnya terasa memompa lebih cepat dari biasanya. Keringat dingin perlahan mengalir dari pelipisnya.

"Apa yang terjadi dengan ku.. ??"

"Shirootol ladziina an'am ta'alaihim ghoiril maghdhuubi 'alaihim wa laddhooolliiiinnn...." (Alfatihah:7)

Kirana duduk berlutut ditempatnya. Ia memejamkan matanya kuat-kuat, berusaha mensterilkan keadaan hatinya. Perlahan ia menarik napasnya dalam.

"Baiklah... "

"Kita berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Agar selalu mengokohkan iman kita. Dan kita juga berdoa, semoga Allah subhanahu wa ta'ala menambahkan limpahan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua dan juga kepada negeri kita ini, agar senantiasa makmur dan damai. Aamiinn, aamiiinn, ya robbal 'aalamiinn.."

Doa Raden Kian Santang kemudian.

Raden Kian Santang berjalan menghampiri Kirana yang sedari tadi hanya duduk di bawah pohon.

"Ayo, Kirana.. kita lanjutkan perjalanan kita ke istana Padjajaran.."
Ujar Kian Santang setelah sampai dihadapan Kirana.

"Tunggu Kian!!"

Langkah Raden Kian Santang terhenti saat Kirana mencegatnya.

"Ada apa?! Apa semuanya baik-baik saja??" Tanya Raden Kian Santang.

Melihat wajah Kirana yang terlihat begitu serius, membuat Raden Kian Santang menatapnya heran.

"Aku--"

Raden Kian Santang mengeryitkan dahi. Ia merasa aneh dengan sikap Kirana saat ini. Seperti ada perasaan gugup dan takut yang menyelimutinya.

Kirana menarik napas pelan. Ia berusaha menguatkan hatinya.

KISAH CINTA RADEN KIAN SANTANG DAN NYIMAS DEWI RENGGANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang