005 Persiapan Perang

396 32 1
                                    


Ratu Melati segera mengemas barang-barang bawaannya. Pakaian, bekal makanan, senjata pusaka miliknya dan beberapa perlengkapan lainnya.

"Aku akan mencari putri ku sendiri..
Tidak ada yang bisa ku harapkan disini!!"

Ratu Melati sudah siap. Ia kemudian membopong semua barang bawaan yang sudah tersimpan didalam wadah kainnya.

Ketika kakinya melangkah menuju pintu kamar, ia terhenti. Pintu dibuka oleh seseorang yang sudah menatapnya dengan tatapan terkejut.

"Dinda!!"

Ratu Melati tidak mau menggubrisnya, ia kembali melangkah seakan tidak mempedulikan keadaan sekitar.

"Apa yang kau lakukan, dinda??!"

Prabu Brawijaya menghampiri istrinya itu dan menatapnya tidak percaya.

"Kau mau kemana??" Prabu Brawijaya menahan lengan Ratu Melati yang hendak melangkah keluar.

Ratu Melati berbalik menoleh kearah prabu Brawijaya.

"Aku ingin mencari putriku, kanda. Lepaskan aku.."

Prabu Brawijaya mengerutkan keningnya. Sedetik kemudian ia menarik napas berat lalu menarik istrinya, membawanya kembali masuk kedalam kamarnya.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak!!"
Ujar prabu Brawijaya setelah berhasil membuat istrinya duduk.

"Aku tidak peduli, kanda. Aku harus segera mencari putri ku sekarang juga!! Jangan halangi aku." Seru Ratu Melati sambil berusaha melepaskan dirinya dari prabu Brawijaya.

Prabu Brawijaya memutar bola matanya jengah. Istrinya itu benar-benar keras kepala.

"Cukup Dinda!!! CUKUP!! Apa kau tidak berpikir terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melakukan hal ini??!!"

Ratu Melati terdiam mendengar penuturan prabu Brawijaya yang penuh penekanan.

"Kanda mohon Dinda.. tolong, mengertilah.. kita sudah menghadapi banyak masalah.. jangan tambah masalah baru lagi, Dinda.. " intonasi suara prabu Brawijaya menurun. Wajah tegasnya berubah suram. Ia benar-benar letih dengan semua ini.

"Maafkan aku, kanda.. " lirih Ratu Melati. Ada perasaan menyesal yang terselubung dalam benaknya. Seharusnya ia bisa menguatkan suaminya dalam keadaan seperti ini. Bukannya makin memperburuk keadaan.

Tapi, naluri keibuannya juga tidak bisa ia elakkan. Ratu Melati sangat mengkhawatirkan keadaan putrinya. Sudah cukup ia menanggung kesedihan dengan tewasnya sang putra tercinta, kali ini ia tidak ingin hal itu kembali terjadi terhadap putrinya.

"Dinda,, "
Prabu Brawijaya meraih tangan Ratu Melati.

"Kanda berjanji,, peperangan ini tidak akan terjadi sebelum putri kita ditemukan.. setelah itu, kita akan membalaskan dendam kita kepada Siliwangi dan kerajaannya itu. Kanda berjanji.. "

Ratu Melati menitikkan air matanya. Ia segera mendekap suaminya. Sekarang Ratu Melati bisa sedikit bernapas lega karena prabu Brawijaya akhirnya lebih memilih mendahulukan pencarian terhadap putri mereka dibandingkan melakukan penyerangan terhadap Padjajaran. Karena baginya saat ini putrinya lebih penting apapun, termasuk pembalasan dendam itu.

"Siliwangi, kaulah penyebab semua kekacauan ini.. tunggu saja pembalasan ku, Siliwangi.. "

***

Syekh Nurdjati bersama Raden Walangsungsang dan nyimas Rara Santang telah melewati wilayah perbatasan Padjajaran. Sesuai dengan rencana awal, sebelum mereka keluar dari wilayah Padjajaran, terlebih dahulu mereka menyamar dengan menggunakan pakaian rakyat biasa. Dengan begitu, akan lebih memudahkan mereka untuk mengecoh musuh dan bergerak lebih leluasa mencari bukti-bukti kebenaran tersebut.

KISAH CINTA RADEN KIAN SANTANG DAN NYIMAS DEWI RENGGANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang