02 : Andin

47.9K 5.6K 102
                                    

Sesaat setelah sampai di kamarnya, Hera mendengus malas.

Dia menatap tumpukan buku di meja belajarnya.

Buku kelas 10-12 itu sudah bolak-balik ia baca. Semua materinya sudah ia hafal dan kuasai. Membaca ulang akan membuatnya sebal.

Jadi, gadis berpiyama abu-abu itu meraih ponselnya. Menimbang sejenak, dia memilih membuka aplikasi chat berwarna hijau yang belakangan ini mulai trend dipakai karena sangat simple.

Hera menggulirkan jarinya diatas layar dengan lincah. Mencari kontak Andin, sahabatnya.

Setelah ketemu, gadis itu segera menekan icon telepon. Ya, dia menelepon sahabatnya.

Tak sampai dering ketiga, telepon diangkat.

"Kenapa, Ra?"

Hera menghela nafas.

"KIR lagi?"

Hera terdiam sesaat, perkataan Clara tadi terngiang di otaknya. Andin sampai bertanya begitu... apa karena Hera terlalu banyak mengeluh, ya?

"Ra. Hera!"

Hera terhenyak kala suara Andin menyentaknya. "E-eh iya...?"

"Lo kalo nelpon gak ada faedahnya gue tutup nih!" ancam gadis di seberang telepon sana dengan kesal.

Hera meringis. Oke, jangan bahas KIR dan Clara dkk lagi, batinnya. Menarik nafas, Hera memilih menceritakan tentang Abangnya. "Ndin, tau gak sih, gue sedih banget, masa pas gue curhat ke Abang gue sendiri, dia bilang gue lebay. Huaa, mau nangis."

Hera menunggu reaksi marah-marah dari Andin karena Kakaknya Hera baru saja membuat Hera --yang notabenenya sahabat Andin sendiri-- bersedih.

Namun, tidak sesuai perkiraan, Andin justru tertawa ngakak. "Ah Lo mah enak, cuma kayak gitu. Lah gue pernah cerita sama Abang sendiri malah diketawain." katanya di sela-sela tawa.

Hera terhenyak.

"Udah biasa kali kayak gitu mah. Santai. Namanya juga kakak adek."

Hera merengut kini. "Tapi gue gak biasa digituin, Ndin!" serunya membela diri. "Wajar dong gue sedih. Baru kali ini gue dapet perlakuan kayak gitu." lirih Hera.

Andin mendengus dari balik telepon. Dengusannya terdengar di telinga Hera. "Ah bener juga. Lo anaknya terlalu overthinker sih." katanya santai.

Hera tersentak.

"Udah deh ya. Gue sibuk, Ra."

Dan, tut.

Panggilan mereka diputuskan secara sepihak.

Meninggalkan Hera yang kini benar-benar jadi overthinking semalaman.

Dia... sepertinya benar-benar sudah keterlaluan karena terlalu sering mengeluh.


***

Aku deh. I just follow the wave of my mood.

Salam
inggitariana

It's Okay [LENGKAP ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang