Ini sudah hari ke-sepuluh sejak pertama kali Jo memblokir kontak WhatsApp Hera.
Dan gadis itu sama sekali tak berniat membujuk cowok itu seperti yang biasa ia lakukan.
Hera sudah benar-benar pasrah. Tak ingin menambah beban pikiran dan luka dalam dirinya. Hatinya belum siap menghadapi Jo dan segala tingkah laku cowok itu.
Lagipula... bukankah cowok itu sudah bahagia dengan Yuna?
Hera menghela nafas. Kini jadi menggeleng kecil, mencoba mengusir pemikiran nya yang entah mengapa tiba-tiba mengingat Jo. Cowok yang kini seolah menghilang tanpa jejak.
Hera jadi terkekeh hambar kala netranya tak sengaja menangkap siluet seseorang yang baru saja melintasi pikirannya dengan seorang gadis.
Ya, itu Jo, dan... Yuna.
Hera menggeleng kecil, terlintas dipikirannya untuk mengerahkan beberapa orang teman-sebatas-kenal nya untuk 'menyerang' Yuna dengan menyebarkan kenyataan bahwa Yuna merupakan selir Jo. Namun, Hera terlalu lelah untuk melakukan itu.
Belum lagi rasa bersalah yang akan ia tanggung nantinya.
Hera sudah punya segudang permasalahan yang membuatnya tak bisa tidur tenang. Tak perlu ditambah lagi. Serius.
Jadi, gadis itu terus berjalan, melewati Yuna dan Jo yang kini memasang raut terkejut melihat kehadirannya.
Saat melewati Jo, Hera lagi-lagi merasakan dorongan kuat untuk menampar cowok itu keras. Namun, dia tak melakukannya. Dia masih punya urusan lain. Jadi dia langsung saja melenggang pergi.
Meninggalkan Jo yang kini menatap kepergiannya dengan raut tak terbaca.
Lantas, setelah punggung Hera menghilang ditelan jarak, Jo segera merogoh ponselnya. Dia membuka salah satu aplikasi beken ber-icon kamera pink yang belakangan nge-trend di kalangan muda-mudi.
Mengecek dmnya, Jo dibuat menghela nafas kala menyadari bahwa Hera sama sekali tak mencoba membujuknya agar membuka blok WhatsApp nya seperti dulu.
Tak kehabisan akal, Jo mencoba membuka aplikasi Line nya. Lagi-lagi hanya dibuat kecewa karena Hera sama sekali tidak mengiriminya pesan.
Apa... gadis itu benar-benar akan melepaskan Jo?
Jo menarik nafas, menggeleng kecil sembari menyeringai. Tidak mungkin, Jo. Hera tak bisa bertahan tanpanya. Hera tak mungkin pergi darinya. Batin cowok itu percaya diri.
Sebelum akhirnya mencoba melangkah pergi menuju kelasnya.
Namun, seiring langkahnya, cowok itu justru dibuat menghela nafas berat beberapa kali kala menyadari satu hal.
Hera... berubah. Dia... jadi sedikit aneh.
Dan... bagaimana jika suatu saat gadis itu bisa menjalani hari-harinya tanpa Jo?
***
Jadi Jo ini maunya apa?
Salam
inggitariana
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [LENGKAP ✓]
Short Story"Bang, tau gak, gue sebel banget masa, tadi gue di omongin dari belakang sama Clara! temen baik gue sendiri!" "Ah, Lo yang salah kali. Gak mungkin Lo diomongin tanpa sebab, kan." "Tapi bukannya harusnya dia langsung ngomong ke gue kalo dia emang tem...