Jo tau dia tampak seperti seorang pengecut.
Bersembunyi dibalik rasa bersalah, bahkan tak memiliki keberanian untuk menemui gadisnya, Hera.
Jo ingin meminta maaf.
Jo ingin melihat Hera.
Jo ingin memeluknya.
Jo ingin... melihat senyum manis gadis itu.
Tak masalah kalau Hera banyak menomorduakan Jo. Tak masalah kalau gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya dengan ekskul dan tetek-bengek perlombaan.
Tak masalah kalau Hera merengek dan mengeluhkan banyak hal.
Tak masalah kalau Hera tidak ada disisinya kalau Jo sedang lelah.
Tak masalah kalau mereka hanya menghabiskan banyak waktu di akhir Minggu.
Jo sungguh tidak akan mempermasalahkan semua hal itu lagi. Jo janji.
Tapi... bisakah gadis itu muncul sekarang?
Bisakah Hera-nya kembali ke hadapannya, dengan cengiran konyol gadis itu dan mengatakan bahwa semua hal buruk yang terjadi belakangan hanyalah sebuah prank yang sengaja Hera buat?
Bisakah... Hera-nya kembali baik-baik saja?
"Jo sayang, minum obat dulu, nak."
Pikiran Jo buyar kala suara Bundanya memasuki telinganya.
Jo menatap Bunda sendu. "Jo kangen Hera, Bun." cicitnya. "Jo gak mau Hera marah sama Jo, Bun. Tapi selama ini Jo udah jahat banget, jadi Hera berusaha pergi. Hera mau pergi dari Jo, Bun." lanjutnya lirih.
Sang Bunda menutup matanya sesaat, sebelum akhirnya maju dan membawa Jo ke dalam pelukannya. "Jo sayang, sudah ya. Sekarang kamu makan dan minum obat dulu. Ingat kan kalau Hera gak akan suka kalau kamu sakit?" ujarnya pilu. Dia mengeratkan pelukan kala merasakan bajunya basah. Jo menangis, seperti biasanya.
"Jo gak mau makan, Bunda. Gak papa Jo sakit, Jo mau sakit, biar dimarahin Hera. Jo mau ketemu Hera, Bunda. Tolong, temuin Hera sama Jo, Bunda."
- - # - -
Andin menatap kosong ke arah pigura yang ada di nakas samping tempat tidurnya.
Gadis itu merasa dadanya menyesak kala melihat potret manis dua gadis yang saling berangkulan disana.
Ya, itu Hera dan dirinya.
Foto itu diambil saat acara kelulusan mereka di SMP.
Mereka berdua terlihat bahagia.
Mereka berdua terlihat luar biasa lega.
Dengan gaun berwarna senada, keduanya tersenyum lebar kearah kamera.
Tes.
Andin tersenyum makin lebar kala merasakan air matanya mengalir.
"Andin, gue selalu ngebuat Lo ketawa bahagia ya. Suatu saat gue bakal ngebuat Lo nangis deh!"
"Heh, jahat banget Lo, Ra!"
"Haha! maksud gue nangis bahagia, Andin jelekkk!"
"HEH KALO GUE JELEK, LO JUGA YA, BANYAK YANG BILANG KITA KEMBAR!"
"HAHAHA!"
Andin merasakan air matanya mengalir makin deras setelah mengingat momen itu.
Salah satu momen manis yang dia punya dengan Hera.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [LENGKAP ✓]
Historia Corta"Bang, tau gak, gue sebel banget masa, tadi gue di omongin dari belakang sama Clara! temen baik gue sendiri!" "Ah, Lo yang salah kali. Gak mungkin Lo diomongin tanpa sebab, kan." "Tapi bukannya harusnya dia langsung ngomong ke gue kalo dia emang tem...