Selepas pembicaraannya dengan Keisha, perasaan Hera sama sekali tak membaik.
Pikiranya terus berkerja, sedikitpun tak mau berhenti.
Hera bimbang.
Mana yang harus ia percaya?
Keisha, yang menganggap dirinya tidak aneh, atau Jo, Clara, Andin dan yang lainnya yang menganggapnya aneh?
Namun, secara logika, pendapat bahwa Hera anehlah yang menang. Ingat, suara mayoritas itu yang selalu dianggap benar. Dan itu berarti Hera aneh.
Kehadirannya di dunia hanya bisa merepotkan orang lain. Dia pantas diperlakukan seperti yang ia dapatkan kini.
Ini semua pantas ia dapatkan kalau Hera tetap tak mau berubah.
Jadi, Hera tetap harus melanjutkan apa yang sekarang ia lakukan. Mencoba berubah. Berubah jadi lebih kuat. Tak ada yang boleh tau permasalahannya.
Bahkan... permasalahan sepele yang biasa ia ceritakan.
Mulai detik ini, Hera berjanji. Dia berjanji akan menyimpan semuanya sendiri.
- - # - -
Ini sudah seminggu sejak Hera berjanji kepada dirinya sendiri.
Dia benar-benar menepati janjinya. Dia tak lagi mengeluh. Tak lagi menyebarkan meme yang biasa ia sebar sebagai sarana 'curhat'. Dia juga tak lagi menuntut kedua orangtuanya, serta Abangnya untuk mengkhawatirkannya.
Dia menjalani semua dengan datar. Tak menunjukkan keluh kesahnya sama sekali. Dia juga sudah jarang mengungkapkan apa yang ia rasakan dengan gamblang.
Dan... tau apa yang paling menyakitkan?
Tak ada satupun orang yang bertanya tentang perubahannya selain Keisha.
Tak ada yang bertanya sedikitpun padanya.
Padahal... kalau Hera yang melihat perubahan pada temannya (sekecil apapun itu) Hera pasti akan menghampirinya dan bertanya padanya.
Ah, Hera. Jangan lupa. Perubahanmu memang mereka inginkan.
Hera tersenyum miris kala mengingat itu.
Dia jadi menyadari satu hal.
Selama ini... dia sendirian.
Tak ada yang peduli padanya.
Bahkan mungkin, jika Hera tiada sekali pun, tak akan ada yang sadar.
Karena sejak awal, dia hanya bisa mengeluh dan merepotkan.
Tidak ada yang akan menyukainya.
Bahkan Jo, pacarnya sekalipun. Dia... dia bilang Hera pantas diduakan karena sifatnya yang menyebalkan.
Hera menutup matanya erat, dia menarik nafas. Meletakkan pulpen yang semula ia genggam, ia jadi bersandar pada sandaran kursi yang tengah ia duduki.
Setelah itu, gadis itu mulai diam. Membiarkan semua pemikirannya menguar dan perlahan menghancurkan dirinya.
Karena, jujur saja. Hera adalah tipe orang pemikir. Dan pemikirannya terkadang sinting. Dia terlalu banyak memandang gelap ke semua hal.
Dulu, dia selalu mengeluarkan energi negatif dari pikirannya dengan berkeluh kesah. Namun, sekarang--
Hera menarik nafas.
Dia tersenyum miring. Hera akan membiarkan semua energi negatif itu tersimpan dalam dirinya. Dan perlahan... menghancurkannya.
***
Ihiy
Salam
inggitariana
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [LENGKAP ✓]
Short Story"Bang, tau gak, gue sebel banget masa, tadi gue di omongin dari belakang sama Clara! temen baik gue sendiri!" "Ah, Lo yang salah kali. Gak mungkin Lo diomongin tanpa sebab, kan." "Tapi bukannya harusnya dia langsung ngomong ke gue kalo dia emang tem...