13 : Perhatian

58.3K 6.2K 58
                                    

Dua hari berlalu sejak Hera terlihat menangis kala itu.

Namun... gadis itu sama sekali tak memberi satupun kabar pada Andin.

Jujur saja, Andin jadi resah.

Selama dua bulan belakangan, Hera terlalu banyak berubah. Semula, Andin masih yakin bahwa dia tak harus menanyakan ada apa.

Dia yakin Hera pasti ujungnya akan kembali menghampirinya, bercerita panjang lebar padanya. Dan Andin selalu percaya itu.

...tadinya.

Andin menutup matanya, dia menarik nafas, mengedarkan pandangannya ke seluruh kelasnya. Mencari Hera.

Dia lagi-lagi menghela nafas kala menemukan Hera ada di kursi paling belakang kelasnya. Terlihat pucat dan jauh lebih berantakan. Rambutnya sedikit kusut, dengan tulang pipi yang makin terlihat. Seragamnya sedikit kusut.

... Sebenarnya... apa yang terjadi pada sahabatnya itu?

"Ya, jadi sistem ekskresi adalah sistem yang berperan dalam mengolah dan mengeluarkan zat sisa metabolisme tubuh yang tidak lagi diperlukan dan akan bersifat toxic apabila terus menerus ada di dalam tubuh dengan jumlah yang berlebih..."

Perkataan Bu Yani, guru biologi, membuat Andin jadi mengalihkan pandang. Dia kembali mencoba fokus pada pelajaran. Dengan beberapa kali menghela nafas kala fokusnya kembali terpecah.

Dia ... benar-benar harus bertanya pada Hera agar pikiranya tak cemas terus menerus begini.

Sedangkan di sisi lain, Cahya, Difa, dan Clara sejak tadi juga memperhatikan Hera.

Mereka saling tatap dengan sendu.

Sebenarnya... ada apa? Kenapa Hera tak lagi bercerita pada mereka...?

Mereka mencoba fokus pada pelajaran, tetapi nihil. Tak ada satupun informasi yang mampu mereka cerna kalau begini.

Mereka... harus bertanya langsung pada Hera. Sebenarnya ada apa.

Sedangkan Hera kini tengah fokus mencatat pelajaran.

Dia tengah mencoba menggambar struktur ginjal, mencoba kembali merefresh ingatannya.

Ya, sebenarnya dia sudah cukup menguasai materi yang kini dijelaskan. Dia sudah sering membacanya.

Tapi... entah mengapa... akhir-akhir ini dia sering lupa.

Dia sering tak fokus karena sakit kepala hebat yang sering ia derita.

Jadi, saat-saat seperti ini benar-benar dimanfaatkan oleh Hera. Saat-saat dimana kepalanya tak sakit ia manfaatkan untuk mengulas pelajaran agar prestasinya tak menurun. Dia tetap harus jadi nomor satu agar jadi anak yang membanggakan bagi kedua orang tuanya.

Tes...

Mata Hera membelalak kala menyadari ada darah yang menetes ke atas buku catatannya. Dia menggerutu, sebal sendiri.

Dia sudah repot-repot mencatat, dan lihat. Mimisan sialan ini mengganggunya.

Hera terdiam, kini jadi memperhatikan gambarannya. Dia mengangkat alis sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis.

Tak melanjutkan gerutuan, kini gadis itu justru mulai mengenakan darah yang menetes ke bukunya untuk mewarnai struktur ginjal yang telah ia buat.

Dan... selesai!

Lihat. Gambarannya jadi benar-benar mirip!

Hera tersenyum senang. Sembari terus menyeka darah yang mengalir dari dalam hidungnya, dia tersenyum lebar.

Namun... senyum itu tak berlangsung lama kala seruan panik terdengar di telinganya.

"HERA, KAMU KENAPA?!"

***

Hai hello anneyong.

Salam
inggitariana

It's Okay [LENGKAP ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang