Ini hari keenam Hera terbangun.
Dan entah bagaimana caranya, hari kemarin membaik setelah Hera menceritakan permasalahannya kepada Keisha.
Seolah, cewek itu membantu Hera menjelaskan semuanya pada Sang Abang, Bian.
Bian juga tak tampak marah. Dia juga tak berubah.
Justru...
"Ra, kamu pura-pura bobo cepet!"
Hera menyerit kala mendengar perintah absurd Bian itu. "Kenapa lagi bang?" balasnya lelah.
Bian cemberut, "Ada Andin, Difa, Cahya, Clara diluar!" serunya kesal.
Lagi-lagi, ada binar keterkejutan yang hadir dikedua mata Hera. Sama seperti kemarin.
"Sekarang kamu bobo, ya? Jangan mau diajak jalan-jalan sama mereka! Di sini aja sama Abang!"
Hera tak memperdulikan perkataan Bian itu. Dengan segera, ia melangkah turun dari brankarnya, sebelum akhirnya dengan perlahan berjalan menuju pintu.
Dia mengabaikan Bian yang kini terlihat menahan napas karena kaget.
"Andin..." Hera segera memeluk Andin sesaat setelah gadis itu memasuki ruangan nya.
Membuat Andin tersentak kecil sebelum akhirnya membalas pelukan Hera erat.
Namun... semua itu tak berlangsung lama.
"Hera, jangan jalan-jalan dulu!!"
Seruan bernada panik dari Bian dan tarikan pelan yang Hera rasakan di bahunya itu membuat pelukan Hera dan Andin terlepas.
Belum sempat protes, Hera sudah keburu memekik kecil kala merasakan tubuhnya terangkat.
"Ih, Abang, turunin!" sungut Hera yang kini mencubit bahu Bian sebal.
Bian tak memperdulikan itu. Setelah meletakkan Hera kembali ke atas brankarnya, cowok itu jadi melemparkan tatapan penuh permusuhan kepada para sahabat Sang Adik.
Ya, cowok itu merasa bahwa kehadiran para sahabat Sang Adik ini akan memonopoli adiknya dan membuatnya tidak bisa bersantai ria dengan Hera.
Peka akan situasi, Hera segera menabok Bian keras, "Gak usah rusuh!" peringatnya.
Bian melirik Hera sinis, sebelum akhirnya mengembalikan pandangannya ke arah Andin, Clara, Difa, dan Cahya. "Kenapa kalian kesini? Hera belum bol--"
"Loh, ada teman-teman Hera?"
Perkataan penuh kedustaan yang akan dilontarkan Bian terpotong oleh perkataan bernada ceria yang berasal dari Sang Mama.
Mama yang baru datang, dengan santai memasuki ruangan. Dia menghampiri Andin yang memang dikenalnya sejak kecil.
Setelah melakukan cipika-cipiki dengan Andin, Mama segera berujar antusias, "Ah, kalian udah denger kalo Hera udah bisa jalan dengan jarak terbatas, ya? Kalian kesini mau ngajak Hera keluar ke taman? Ih... seru!"
Bian mendelik menatap Mamanya, sedangkan yang ditatap justru tak menyadari itu.
Mendengar hal yang berbeda 180° dengan ucapan Bian sebelumnya, Andin lebih dulu buka suara. Matanya melirik kearah Bian dengan penuh permusuhan, "Ah, Hera udah bisa diajak jalan, Ma?" tanyanya.
Mama mengangguk antusias, dirinya yang kini ada disamping Hera segera mengusap rambut anak gadisnya dengan sayang. "Iya, Hera-nya Mama hebat banget emang. Bahkan pemulihannya aja cepat sekali!"
Andin tersenyum melihat perlakuan Mama Hera itu. Senyumnya melebar kala melihat bahwa mata Sang Sahabat berbinar bahagia setelah diperlakukan selembut itu oleh Mamanya.
Andin tak tau kalau dulu Hera kurang dekat dengan Mamanya. Jadi, sepenuhnya senyum Andin sekarang adalah senyum bahagia. Tidak bercampur dengan senyum haru seperti yang ditunjukkan Bian.
"Oh iya, lupa! Kalian mau pergi, ya? Duh! Boleh-boleh, sana pergi!" Mama Hera seolah tersadar atas apa yang ia lakukan.
Dengan gerakan kikuk, dia segera membantu Hera berdiri dari tempat tidurnya.
Dan, Difa, yang ada paling dekat dengan Hera segera menggantikan posisi Mama untuk memegang lengan Hera kala Hera sudah benar-benar berdiri.
Hera melirik Difa sekilas, sebelum akhirnya tersenyum tipis kala menyadari gerak-gerik Difa yang kaku.
"Hera udah maafin kalian, Dif. Kalian tetap sahabat Hera."
Bisik Hera lembut, membuat Difa sempat menegang sebelum akhirnya memeluk gadis itu erat.
Membuat Cahya dan Clara yang semula hanya menyaksikan dari jauh kini segera bergabung memeluk Hera.
Mereka bersyukur karena Hera masih memberikan kesempatan untuk mereka.
Tuhan, terimakasih.
- -#- -
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [LENGKAP ✓]
Short Story"Bang, tau gak, gue sebel banget masa, tadi gue di omongin dari belakang sama Clara! temen baik gue sendiri!" "Ah, Lo yang salah kali. Gak mungkin Lo diomongin tanpa sebab, kan." "Tapi bukannya harusnya dia langsung ngomong ke gue kalo dia emang tem...