Setelah pulang dari rumah sakit hari itu, Hera benar-benar berubah.
Kali ini, perubahannya sangat drastis.
Dia sering melamun, jarang bersikap ceria dan... tampak jauh lebih kurus.
Jo yang belakangan mengawasi gadis itu dibuat geram sendiri.
Alasan pertamanya karena Hera sama sekali tak mencoba membujuknya selepas pertengkaran mereka kala itu, dan alasan lainnya karena... gadis itu... tidak becus.
Tidak becus dalam mengurus dirinya sendiri.
Dan Jo benci kalau dia mengingat bahwa Hera jadi seperti sekarang... mungkin karena ulahnya.
Jo jadi uring-uringan sendiri.
Dia jadi bimbang.
Haruskah... ia yang mencoba memperbaiki semuanya lebih dulu?
Jo menutup matanya sejenak. Dia menyaksikan Hera yang baru saja melewatinya dan menuju ruang guru.
Mungkin urusan KIR, begitu batin cowok itu.
Jo menghela nafas, sebelum akhirnya meraih ponselnya. Dia membuka aplikasi chat yang ada di ponselnya.
Dengan terampil, jarinya segera menekan room chat yang terletak di paling atas --satu-satunya room chat yang ia pinned-- dan segera memilih satu opsi.
Unblocked.
Setelah status di aplikasi menunjukkan bahwa Jo berhasil meng-unblock Hera, cowok itu terdiam lagi.
Lagi-lagi dia bimbang.
Haruskah... dia yang memulai? batinnya bingung.
"Jo!"
Jo tersentak mendengar seruan kesal yang ditujukan padanya. Dia mengangkat kepalanya, menemukan sesosok gadis cantik yang belakangan dekat dengannya, Yuna.
Jo berdeham, tak menjawab banyak. Pikirannya masih tertuju pada sosok Hera yang kini terlihat rapuh.
"Jo! kamu denger aku gak sih?!"
Jo menghela nafas, dia menatap Yuna malas. "Apa sih?" ketusnya.
Yuna tersentak. Matanya berkaca-kaca. "Kamu...marah ya?" tanyanya sendu.
Jo menghela nafas, memilih mengusap puncak kepala Yuna lembut. "Enggak kok." katanya.
Yuna cemberut. "Kamu bohong Jo." katanya. "Kenapa sih? Hera? kamu masih sayang sama dia ya?!" tuduh cewek itu.
Jo menyerit, tak suka mendengar nada yang Yuna gunakan untuk membicarakan Hera. "Iya lah, kan Hera pacar aku, wajar kalo aku sayang dia." katanya dingin.
Wajah Yuna memias. Kembali, matanya berkaca-kaca. "Terus... selama ini kita apa Jo?" gagapnya.
Jo menarik nafas. Sebenarnya dia malas membahas ini, tetapi, melihat kondisi Hera, cowok itu jadi bertekad untuk membongkar semuanya. Dia ingin kembali seperti semula.
Jadi, dengan tatapan yakin, Jo menatap Yuna. Cowok itu mengeraskan hatinya. Sebelum akhirnya berujar lempeng. "Maaf Yuna, tapi jujur, selama ini gue deketin Lo karena... Lo mirip Hera." ungkapnya.
Yuna membelalak.
Tak cukup sampai disitu, Jo berujar lagi. "Lo mengingatkan gue sama Hera saat kami masih ada di saat-saat pdkt dulu. Hera sangat lugu, dia dan Lo sama-sama tipe pemikir yang terlalu banyak berpikir. Ceroboh, heboh, cerewet. Dan... selalu ada buat gue... dulu." Jo menjelaskan. Jeda sejenak. "Maaf, gue tau gue brengsek. Tapi... gue deketin Lo hanya sebatas karena Lo mirip Hera, Na." simpulnya.
Yuna terisak kini, dia maju, sebelum akhirnya menampar cowok itu keras. Dan segera pergi.
Meninggalkan Jo yang kini menghembuskan nafas lega.
Tak apa. Setidaknya... sekarang dia bisa berfokus kembali pada Hera.
Pada kesayangannya yang kini sudah berubah dan berbeda.
Dan Jo berjanji, dia akan membuat Hera kembali seperti semula saat bersamanya.
Karena jujur saja, Jo lebih menyukai Hera yang bawel dan banyak mengeluh daripada yang lesu dan tanpa semangat begini.
***
TELAT ANJIIIR
Salam
inggitariana
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [LENGKAP ✓]
Short Story"Bang, tau gak, gue sebel banget masa, tadi gue di omongin dari belakang sama Clara! temen baik gue sendiri!" "Ah, Lo yang salah kali. Gak mungkin Lo diomongin tanpa sebab, kan." "Tapi bukannya harusnya dia langsung ngomong ke gue kalo dia emang tem...