24. Mutual Agreement

11.5K 1.8K 86
                                        

Wisnu meletakkan panci panas berisi sup sayuran bening di atas tatakan kayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wisnu meletakkan panci panas berisi sup sayuran bening di atas tatakan kayu. Dengan senyuman ia membuka tutupnya, yang langsung mengeluarkan uap dan asap tipis. "Selamat makan!" serunya.

Sally memandangi panci kecil itu, lalu Wisnu. Gadis itu tersenyum canggung, dan mengambil seporsi untuknya di mangkuk kecil. Bola matanya bergerak-gerak meneliti potongan wortel dan kembang kol yang ukurannya random. Ada yang sangat besar, ada yang terlalu tipis. Semuanya berterbangan di kuah berwarna kekuningan.

Sekali lagi menoleh pada Wisnu, yang masih menunggu responsnya. Lalu Sally mengaduk-aduk kuahnya. "Nggak gue masukin aneh-aneh kok, jangan gitu dong tampang lo?" ujar Wisnu.

"I-iya ..." Sally meniup sekilas, sebelum memasukkan sendok ke mulut. Usai beberapa kunyahan, ia sedikit terbatuk. Dengan tenang ia meneguk air dari gelas.

"Gimana?" Wisnu menumpukan kedua tangannya di atas meja makan.

"Lo yakin nggak masukin aneh-aneh?"

Senyum Wisnu pudar, kemudian ia mencoba sendiri hasil masakannya. Lidahnya berdecap berkali-kali, sebelum mengernyit. "Not bad kok?"

Sally mendesah. "Not bad kok sambil meringis-meringis gitu ngunyahnya?"

"Panas, hehe."

"Anyway, thanks ..." Sally berujar sambil menyendok nasi. Dan memutuskan untuk tetap melanjutkan makan.

"Sorry ya? Gue belajar lagi deh nanti, biar lebih enak!"

"Nggak usah ... lo nggak usah ribet-ribet lah. Gue bisa masak sendiri, atau beli."

"Lo kan nggak boleh capek-capek. Lagian nanti kan kita tinggal berdua, nggak rugi kan, kalo gue jago masak?"

Sally berhenti mengunyah, dan menelisik wajah Wisnu yang barusan bicara aneh. "Hah?"

"Hah?" balas Wisnu.

"Tsk, nggak usah ngikutin!"

Wisnu menahan senyum. "Kenapa kaget gitu sih? Ya kita nanti kan harus tinggal bareng dong kalo udah nikah. Gimana sih lo?"

"Gue tetep tinggal di sini aja deh?"

"Ngaco! Nggak bisalah, istri ya ikut suami, dong..."

"Gue males pindahan, Nu. Serius." Pandangan Sally pun berubah serius. Wisnu mengangkat alisnya sekilas.

"Yaudah gue yang tinggal sini, sampe lo mau pindah rumah gue. Deal?"

"Can we just live separately?"

Wisnu mendekatkan kursinya, dan memandang Sally lekat-lekat. "Kenapa memangnya?"

Sally memutus kontak mata, dan berdeham. "Ehm, yaa ... biar masih sama-sama punya privasi aja."

"Gimana kalo gue janji, kita masih hargai privasi masing-masing. Lo bebas mau ngelakuin hobi lo, atau mau ketemu sama siapa pun. Tapi ya kita bareng, kayak suami istri normal pada umumnya aja, Sal? Apa kata keluarga nanti kalo kita tinggal pisah-pisah?"

ElevateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang