12. Akhir Chapter

2.8K 835 131
                                    

Dia melompat turun dari kuda lalu mengangkat pinggangku untuk membantuku turun juga. Ini seperti aku sangat ringan. Bahkan tadi dia membantuku naik ke kuda dengan mengangkatku juga.

"Kau lebih ringan saat menjadi manusia."

"Apa kau sungguh-sungguh?"

"Tidak juga."

Aku menatapnya kesal. "Kalau begitu diamlah! Kau menyebalkan kalau bicara."

Lagi-lagi tawanya menghiasi wajah saat aku memarahinya. Kulepas selimut yang menutupi tubuhku dan dia dengan sigap memegangnya. Ternyata aku masih menjadi majikan meski tidak dalam tubuh kucing.

Di sana ada danau yang airnya sangat jernih. Sekarang aku tahu kenapa Regis membawaku ke sini. Ya, untuk bercermin di airnya. Dia cukup pintar. Aku berjalan ke tepinya untuk lekas melihat pantulan wajahku di air. Mungkin tidak akan terlihat terlalu jelas, tapi itu sudah cukup.

Eh, kenapa ini? Airnya terbang. Woaah, keren sekali. Saat ku menoleh untuk melaporkan keajaiban ini pada Regis, ternyata Regis lah pelaku yang membuat airnya terbang. Tangannya terangkat mengeluarkan sinar biru. Dia mengedikkan dagu, memintaku berbalik kembali. Saat menghadap danau lagi, air yang terbang itu sudah membentuk persegi di udara, sejajar dengan wajahku. Ini terlihat seperti cermin sungguhan dan sangat jernih.

Dan... OH MY GAAT. APAKAH BENAR INI AKU?

Secara keseluruhan ini memang wajahku. Tapi dengan rambut yang putih, terlihat seperti orang asing. Dan lagi, tak ada setitik pun noda di kulit wajahku, ini sangat mulus bahkan seperti bersinar. Bibirku juga sangat merah, terlihat begitu manis. Dan mataku, mataku berwarna biru muda dan sangat jernih. Ya ampuuun, aku sangat-sangat cantik. Aku jadi mencintai diriku sendiri. Ternyata Regis bukan hanya membual.

"Hey, cermin air, siapa yang paling cantik di negeri ini?" tanyaku mengikuti dialog dalam film. Lalu ada suara yang terdengar, "Snow." Dari arah belakangku. Sontak saja aku menahan senyum dengan pipi bersemu, tak berani menoleh ke arah suara itu datang.

"Aku terlalu cantik, Pangeran. Kau tak pantas bersanding denganku."

Hahaha, aku suka menjahilinya.

"Oh ya? Lalu siapa yang pantas bersanding denganmu kalau bahkan pria tertampan di negeri ini tidak pantas?!"

Hyaaa dasar Tuan Narsis. Sepertinya kita memang cocok. Aku tertawa lalu berjongkok untuk mengambil air dari danau. Aku haus.

"Airnya manis. Apa ini beracun?"

"Tidak. Jangan khawatir."

Oh baiklah, aku tidak perlu khawatir meski rasa airnya manis begini.

Usai minum, aku berjalan-jalan di sekitar danau, hitung-hitung mengurangi lemak setelah tadi makan sepuluh piring. Regis dengan setia mengikutiku di belakang. Ini tentu sangat langka. Biasanya dia selalu ada di depan dan diikuti oleh pengawal atau pelayan. Tapi sekarang dia berjalan di belakangku. Kalau orang lain lihat, dan raja tahu, dekrit kerajaan mungkin akan ditulis dan aku akan dipenggal karena kurangajar pada pangeran.

Tapi tentu Pangeran tak akan membiarkan aku dipenggal.

"Regis?"

"Hm?"

"Kapan kita kembali ke istana?"

"Lusa. Masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan setelah memenangkan perang."

Aku berhenti dan berbalik berhadapan dengannya. Menatapnya beberapa lama dan bertanya, "Apakah kau penjajah?"

Tanpa berpikir dia langsung menjawab. "Ya."

The Book Of Fantasy : Snow & Prince [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang