15. Pesta yang buruk

2.6K 778 124
                                    

Aku mengingatnya, aku mengingatnya.

Kanan kiri, kanan kanan... Oh astaga, ini sangat rumit.

"Tanganmu sangat dingin."

"Aku gugup."

"Jangan khawatir, tidak akan ada hal buruk yang terjadi."

Dia menggosok tanganku, membawanya ke depan mulut dan meniupnya, menyalurkan kehangatan lewat tiupannya. Aku tersenyum lalu menggandeng lengannya yang berbalut pakaian pesta khas kerajaan. Nilaiku untuk penampilannya malam ini dari 1 sampai 100 adalah 1000. Dia sangat luar biasa tiada tandingannya tampan, keren, berwibawa dan berkharisma sejagat raya.

Kenapa tokoh fiksi ini sangat menggiurkan, sih? Hiks.

Baiklah, kurasa aku sudah siap. Aku sangat cantik. Tidak boleh insecure. Tidak akan ada yang lebih cantik dariku di pesta. Pangeran hanya akan melihatku.

"Pangeran, kau tidak memakai sarung tangan?"

Aku baru menyadari itu karena sejak tadi sibuk memikirkan pesta yang bahkan belum kudatangi. Aku pasti akan jadi pusat perhatian saat datang dengan Pangeran di pesta itu.

"Tidak perlu. Aku tidak ingin menyentuhmu dengan sarung tangan."

Baiklah kalau begitu.

"Kau sudah siap?"

Aku mengangguk.

"Kalau begitu ayo kita turun."

Pestanya memang diselenggarakan di lantai pertama. Sedangkan kami kini masih berdiri di ambang pintu kamar Pangeran. Aku adalah penghambatnya. Mungkin kita akan sedikit terlambat padahal pesta ini diadakan untukku. Tapi kata Regis tidak papa. Tidak akan ada yang menyalahkanku bahkan Raja sekalipun.

Saat kami menuruni tangga, aku dapat mendengar suara musik dimainkan. Ini adalah alunan nada sambutan. Rasanya sangat mendebarkan. Gandenganku pada lengan Regis semakin erat. Dia mengusap punggung tanganku dengan lembut, dan itu sedikit berhasil membuatku tenang.

Akhirnya kami sampai di ujung tangga terbawah. Benar saja semua orang kini memperhatikan kami. Lebih tepatnya aku. Karena selama Pangeran menghadiri pesta, baru kali ini ada seorang wanita di sisinya.

Aku mengangkat wajahku dan tersenyum. Pangeran tak akan suka kalau aku menunduk saat orang lain sedang memperhatikan. Seperti yang pernah dia bilang, wanitaku tidak boleh menundukkan kepala. Kalimatnya sungguh sangat heroik.

Para tamu terbelah ke sisi kanan dan kiri, memberikan jalan untuk kami melangkah menuju Raja dan Ratu yang duduk pada kursi di depan sana. Jadi... Itu Ratu.

Dia sangat cantik. Rambutnya berwarna coklat. Kulitnya begitu putih dan terlihat bercahaya. Kutebak dia pasti awet muda. Dan auranya sangat mencerminkan seorang Ratu yang penuh kekuasaan. Tatapannya sangat dingin padaku atau itu hanya perasaanku saja.

Kami akhirnya tiba di hadapan mereka berdua. Bersama-sama memberi salam dengan sedikit membungkukkan tubuh dan meletakkan tangan di depan perut. Satu tanganku yang lain memegangi gaun, sementara Regis melipat tangannya yang lain ke belakang.

Kami menyapa mereka bersama, mengucapkan selamat malam diakhiri dengan sebutan terhormat mereka. Hal seperti ini dilakukan setelah aku berlatih. Ya, aku meminta Regis mengajariku dan memberitahukan hal-hal apa yang harus aku lakukan di pesta. Setelah memberi salam dan menyapa mereka, Yang Mulia menyuruh kami berdansa, tepat seperti yang Regis katakan. Kita akan menjadi pasangan pembuka dansa. Dan seperti yang Regis katakan juga, tidak ada yang menegurku meski kami terlambat. Bahkan Raja tak mengatakan apa-apa.

Sekarang kami berhadapan. Regis sedikit membungkuk dan mengulurkan tangannya padaku. Aku pun menyambutnya. Kami berjalan menuju lantai dansa tepat di tengah lingkaran. Lalu melakukan seperti yang Regis ajarkan padaku.

The Book Of Fantasy : Snow & Prince [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang