"Kenapa bisa gue selemah ini?" gumam Abel dengan mengusap kasar air matanya.Matanya menyorot tajam pada cermin toilet di depannya, namun dalam tatapannya begitu terlihat tatapan kosong.
"Sstts," ringisnya dengan terduduk sembari memegang perutnya yang terasa keram.
Dia mencoba menetralisir rasa sakit di perutnya dengan menglus dengan cara tratur, di usia kandungannya yang menginjak enam bulan memang bukan hal yang mudah.
"Tenang ya, sayang. Bunda harap kamu baik-baik di sana, nak!" gumamnya.
Beberapa menit berlalu, rasa sakit di perutnya pun kian menghilang.
Abel bangkit kemudian membasuh wajahnya, dia benar-benar terlihat kacau saat ini.
Helaan napas dia hembuskan dengan begitu berat, dirinya terus bertekad untuk bisa meluluhkan hati Abi.
"Pasti bisa!" ucapnya dengan percaya diri.
Brak! Brak!
"Ra, kamu ada di dalam?!" teriak orang yang sangat Abel kenal, dari suaranya pun Abel sudah tau bahwa itu Abu, sahabatnya.
"Ra?!" teriaknya lagi dengan menggedor pintu toilet.
"Ini aku, Bu!" balas Abel kemudian membuka pintu toilet.
Grep!
Abu memeluk Abel dengan erat, membuat si empunya kaget.
"Kamu baik-baik aja-kan, Ra? Aku nyariin kamu dari tadi, aku khawatir sama kamu!" ucap Abu tanpa melepaskan pelukannya.
Abel melepas pelukan Abu, dapat dia lihat wajah Abu yang benar-benar menyiratkan kekhawatiran.
Dengan tersenyum Abel menggenggam tangan Abu, "aku gak papa, Bu! Kamu gak perlu khawatir,"
"Aku takut kamu pergi, Ra!" jujurnya.
"Makasih udah khawatir sama aku! Aku merasa jadi orang paling beruntung bisa di khawatirin sama kamu, Bu!"
"Kamu ... habis nangis, Ra?" tanya Abu yang tersadar dengan mata Abel yang sedikit me-merah.
Abel menggeleng singkat, "udah gak papa, aku bisa ngatasin ini sendiri,"
"Jangan pendem masalah sendirian, Ra! Aku ada buat kamu, kalau kamu mau aku bisa 24 jam ngedengerin semua masalah kamu!"
Abel tertawa singkat, "gemes banget sahabat aku!" ucapnya dengan mencubit pipi Abu.
Sedangkan Abu hanya bisa tersenyum miris mendengar kata 'sahabat' dari mulut Abel.
"Sahabat, ya?" tanya batinnya dengan menertawakan dirinya.
"Kamu gak mau masuk kelas lagi?"
"Percuma, udah di mulai setengah jam yang lalu," balas Abel membuat Abu mengangguk mengerti.
"Jadi?"
"Kita pulang aja, kamu bisa anterin aku?"
Dengan cepat Abu mengangguk semangat, "apa pun yang menyangkut kamu, aku pasti bisa, Ra!"
Abel tersenyum lembut mendengar ucapan tulus dari Abu, betapa beruntung orang yang menjadi pendamping Abu kelak.
Mereka berdua pun keluar dari area toilet dan berjalan menuju parkiran.
"Hari ini aku belum kerjain Gita, kamu mau bantuin aku?" tanya Abel dengan tiba-tiba.
Abu mengangkat satu alisnya bingung.
"Bantin ya? Please!" pintanya yang membuat Abu tak bisa menolak.
"Oke."
"Baik banget Bubu-nya aku!" girangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusi(Abel x Abi) ||ENDING||
Teen FictionAda baiknya kalian follow dulu akun aku ya^^ Dipublikasikan: 24-04-2021 Tamat: 03-09-2021 Bagaimana jadinya jika seorang Abel feranika gadis yang di kenal dengan segala tingkah pemberontakkannya menikah dengan si ketua osis yang memiliki sifat dingi...