Setibanya mereka di rumah Cindy langsung keluar tanpa mengeluarkan satu katapun kepada Jimmy. Ia langsung berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menyapa Zoya dan para asisten rumah tangga lain yang menyambut kedatangan mereka.
Jimmy hanya bisa menghembuskan nafas sambil menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Cindy. Dengan perlahan Jimmy hanya memberikan senyum tipis kepada orang-orang yang menyambut mereka.
"Apa mood nona Cindy sedang tidak baik Tuan?" Tanya Zoya dengan pelan sambil mengikuti tuannya dari belakang.
Jimmy menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba hingga Zoya hampir menabrak tubuhnya.
Jimmy memutar tubuhnya menghadap Zoya," Kenapa kalian perempuan rumit sekali untuk ditebak moodnya? Paginya baik, siangnya mulai marah-marah, malamnya bisa saja kalian nangis?cih! Kenapa rumit sekali? Kalau kita para pria salah bicara bisa-bisa langsung selesai hidup kita." Kata Jimmy dengan kesal sambil memijit pelipisnya.
Zoya dan para ART-lainnya terkekeh mendengar omelan Jimmy.
"Perempuan itu sebenarnya sederhana." Kata Zoya.
Jimmy menaikan sebelah alisnya, "Sederhana katamu? Bahkan didunia ini belum ada rumus apapun yang mampu memecahkan pikiran seorang perempuan." Jawab Jimmy dengan kesal. Ia langsung berjalan dan duduk di sofa.
"Iya perempuan itu sederhana hanya saja kalau moodnya sedang jelek atau dia lagi khawatir sama sesuatu itu bisa saja membuatnya rumit, bahkan hal-hal sederhana didepannya kadang tidak ia lihat. Dan lebih parahnya kalau dia sedang merindukan sesuatu, itu sudah pasti kebanyakan akan mencari perkara terlebih dahulu." Kata Zoya kepada Jimmy dan memberikan kode kepada ART yang lain untuk memberikan minum.
"Apa susahnya sih bilang kalau mau sesuatu? Aku tidak bisa menebak-nebak isi kepala seorang perempuan apalagi mencoba membaca kode-kode yang ia berikan. Huff!!" kata Jimmy dengan gusar.
"Karena kebanyakan pikiran perempuan itu kalau ada yang rumit kenapa harus sederhana." Kata Zoya kemudian tertawa bersama ART lainnya.
Jimmy mengajak rambutnya dengan frustasi, "Aishhh!! Aku ingin sekolah S3 membaca mood seorang perempuan!" Katanya.
***
Cindy dengan kesal menunggu di kamarnya tapi Jimmy tidak juga datang. Ia pun sendiri heran dengan moodnya hari ini. Ia menatap dirinya di depan cermin, wajahnya sedikit pucat tapi ia masih bisa tersenyum.
"Cantik banget kamu." Kata Cindy pada dirinya sendiri di depan cermin.
Kemudian ponselnya berbunyi. Cindy langsung melihatnya tapi nomor yang terpampang di ponselnya tidak diketahui. Dengan hati-hati Cindy coba mengangkatnya.
"Halo?" sapa Cindy dengan hati-hati. Tapi tidak ada suara sama sekaali hanya keheningan.
"Halo, ini siapa ya?" Tanya Cindy lagi. Tapi tak ada suara sama sekali. Cindy mengerutkan keningnya dan menjauhkan ponselnya dari telinganya. Kemudian terdengar suara seorang pria terkekeh pelan.
"Mau jadi istriku? Kalau tidak, aku bisa membunuh dirimu juga seperti orang tuamu." Tanya pria yang sedang menelfon cindy itu. Cindy langsung mematikan sambungan telefon mereka.
Cindy memegang dadanya dan langsung berlari keluar kamarnya mencari Jimmy sambil meneriaki nama pria itu.
"Jimmy!" Teriak Cindy sambil berlari menuruni tangga menghampiri Jimmy yang sedang bersama pegawai rumahnya.
Jimmy yang kaget mendengarkan suara Cindy yang seperti orang ketakutan langsung berdiri dan melihat Cindy yang berlari dengan ketakutan menghampirinya.
"Jimmy!" Panggil Cindy dan langsung memeluk tubuh Jimmy.
"Hei tenanglah! Ada aku disini." Kata Jimmy sambil memeluk dan mengusap punggung tubuh Cindy.
Cindy mengangkat kepalanya menatap wajah Jimmy, "Seorang pria menelfonku dan mengancam akan membunuhku jika aku tidak mau menjadi istrinya." Kata Cindy dengan gemetar dan kembali memeluk tubuh Jimmy,
"Mana ponselmu?" tanya Jimmy dengan pelan sambil terus mengelus punggung Cindy. Dan perlahan-lahan mengajak Cindy duduk di sofa dan memberikan perempuannya itu minum. Cindy meneguknya minuman itu dengan cepat dan kembali memeluk tubuh Jimmy. Bayangan kematian misterius kedua orang tuanya kembali terlintas. Membuat hati Cindy sakit.
"Dimana ponselmu?" tanya Jimmy sekali lagi dengan hati-hati.
"Di kamarku di depan atas meja rias." Jawab Cindy dengan pelan. Jimmy langsung memberikan kode kepada Zoya untuk mengambil ponsel Cindy.
"Aku tidak ingin menikah dengannya." Kata Cindy.
"Tentu saja tidak! Kamu akan menikah denganku bukan dengan orang lain!" Jawab Jimmy.
"Kapan?" tanya Cindy yang langsung menatap wajah Jimmy.
"Nantilah sayang, kan tidak mungkin sekarang." Jawab Jimmy sambil tersenyum sambil mengelus rambut Cindy.
Cindy mengangguk pelan sambil memanyunkan bibirnya, "Jangan menjanjikan sesuatu yang mustahil dalam hubungan kalau tidak bisa memastikan itu." Kata Cindy.
"Iya, aku kan pasti nikahin kamu tapi waktunya belum sekarang. Pokoknya kalau semuanya sudah beres dan aman, kita pasti nikah terus punya anak kayak impian kamu." Kata Jimmy.
Cindy menggulum senyuman, "Iya deh. Yang penting jelas hubungan kita ini arahnya kemana. Kan tidak lucu udah berhubungan tapi tidak sampai menikah." Kata Cindy.
"Hubungan apa saja itu?" tanya Jimmy dengan iseng sambil memainkan jari Cindy.
"Hubungan pacaran, hubungan emosi, hubungan bibir, terus hubungan badan. Benarkan? Kita sudah melakukan itu semua." Kata Cindy dengan polosnya tanpa peduli ada banyak orang disekitar mereka. Jimmy langsung menutup mulut mungil Cindy dengan telapak tangannya yang besar. Para pegawainya hanya bisa terkekeh melihat tingkah lucu mereka berdua.
"Jangan terlalu polos juga kali Cin." Kata Jimmy. Cindy hanya bisa terkekeh melihat ekspresi malu Jimmy.
Kemudian Zoya datang dan memberikan ponsel Cindy kepada Jimmy.
"Terima kasih." Ucap Jimmy kepada Zoya.
Jimmy kemudian memeriksa panggilan terakhir dan mencatat nomor yang tadi menelfon Cindy dan menghubungi Nathan untuk segera melacak nomor itu. Kemudian saat ingin membalikkan ponsel Cindy ia melihat notifikasi muncul di ponsel Jimmy dari Juan P.
"Kamu sering menghubungi pria lain selain aku?" tanya Jimmy sambil membuka ponsel Cindy.
"Tidak sering sih tapi temanku si Juan mengajakku untuk pergi ke sanggarnya karena tanggal 22 nanti dia akan mengadakan pameran lukisan dan aku disuruh kesana dan dia mengajakmu juga." Jawab Cindy.
"Kita tidak akan pergi." Jawab Jimmy dan langsung mengembalikan ponsel Cindy. Ia tidak jadi memarahi Cindy karena perempuannya itu jujur kepadanya. Jika Cindy berbohong ia pasti akan langsung meledak marah.
"Kita? Kamu saja. Aku akan pergi." Kata Cindy dengan santai dan mengambil ponselnya.
"Tidak! Kamu juga tidak boleh pergi." Ucap Jimmy.
"Kamu boleh cemburu tapi cemburulah yang wajar. Juan hanyalah temanku dan sepantasnya seorang teman memberikan dukungan dan selamat pada kesuksesan seorang teman. Dan Juan juga mengajakmu. Jadi pantaskah kau cemburu Jimmy Alexandro?" cerca Cindy sambil menatap Jimmy dengan tajam.
Cindy langsung berdiri dan merampas ponselnya dari tangan Jimmy. "Terserah kamu ikut atau tidak aku tetap akan pergi!" Kata Cindy lagi sebelum Jimmy membantahnya.
Saat Cindy mau menaiki tangga terdengar suara Evelyn yang meneriaki nama Jimmy. Cindy langsung kembali kepada Jimmy dan langsung memeluk Jimmy.
"Don't touch my boyfriend!" kata Cindy sambil memeluk Jimmy. Evelyn langsung menatap Cindy dengan kesal sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
***
Bersambung.....
SILAHKAN SPAM KOMENTAR DAN SUKANYAAAAAAAAAAAAA!!!!!
IF-2962021
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Aggressive
General Fiction[HARAP BIJAK! 21+] Perusahaan bangkrut membuat orang tua Cindy Austin berhutang besar kepada seorang pengusaha kaya raya bernama Jimmy Alexandro. Dia adalah seorang pria yang terkenal kejam dan sombong. Orang tua Cindy menawarkan Cindy sebagai jamin...