Sudah tengah malam Jimmy duduk di kursi malas dekat kolam berenang sambil menghisap rokoknya dan menghembuskannya perlahan-lahan. Pandangannya lurus ke depan. Dia berpikir seharian ia banyak marah kepada beberapa pegawainya termasuk Nathan salah satu pemegang saham diperusahaan ini. Dia heran dengan dirinya, hanya demi Cindy yang merupakan jaminan atas hutang orang tuanya pada dirinya, dia bisa marah besar. Selama ini dia tidak begitu pada jalang-jalang yang selalu memberinya kepuasan. Tapi Cindy? gadis itu sangat baik dan cantik. Jimmy tidak akan rela kalau ada yang macam-macam pada gadisnya.
Eh gadisnya?
Jimmy menggelengkan kepalanya. Tidak. Dia tidak menyukai gadis itu. Dia hanya peduli. Iya, dia hanya peduli pada gadis itu. Jimmy menghembuskan nafasnya lalu menyesapkan kopi hitamnya.
Cindy tidak bisa tidur jadi dia memutuskan untuk keluar kamarnya. Saat ia berjalan melewati ruang tamu, ia melihat dibalik kaca besar kalau Jimmy sedang duduk sambil menyesapkan kopi dan merokok.
Cindy melirik jarum jam besar di ruang tamu. Sudah hampir tengah malam dan pria itu masih duduk sendiri di situ. Pria itu pasti kedingingan. Cindy mengambil selimut di kamarnya lalu menghampiri Jimmy.
Jimmy yang sedang asik melamun sedikit kaget saat ada sebuah selimut yang terpasang dibahunya. Dia menoleh kebelakang. Cindy tersenyum. Dia bahkan terlihat sangat cantik hanya dengan pencahayaan yang berasal dari kolam berenang dan lampu-lampu kecil disekitar area kolam.
“Kau akan kedinginan jika duduk sendirian tanpa menggunakan pakaian tebal.” Gumam Cindy karena ia melihat Jimmy hanya memakai kaos hitam dan celana pendek. Jimmy terkekeh.
“Baru kali ini ada yang peduli padaku kalau aku kedinginan selain ibuku.” Ucap Jimmy. Cindy tersenyum lembut lalu duduk disamping Jimmy.
“Aku tidak melihatmu makanan tadi.” kata Jimmy. Ia menghisap rokoknya lagi. Cindy mengisapkan asap itu dengan tangannya. Jimmy melihat Cindy yang risih dengan asap rokoknya langsung mematikan rokoknya.
“Maaf,” katanya.
“Tidak apa-apa.” Gumam Cindy. Ia menarik nafas panjang, “Kau pasti lupa kalau aku tidak suka makan malam.” Lanjut Cindy.
Jimmy menaikan sebelah alisnya, “Tidak suka makan malam. Hmm.. Aneh sekali, tapi kau biasanya hanya makan buah atau sayurkan kalau malam?” gumam Jimmy. Cindy terkekeh. Pria itu ternyata mengingat kebiasaan anehnya. Cindy mengangguk.
“Lalu kenapa kau tidak turun makan itu tadi?” tanya Jimmy lagi.
“Aku sedang malas tadi.” jawabnya.
Cindy menatap kolam berenang sambil memeluk lengannya. Jimmy tersenyum melihat Cindy yang juga kedinginan. Ia merangkul pundak Cindy dengan lembut agar dekat dengannya dan memakaikan selimut juga ditubuh Cindy. Cindy menoleh kaget tapi dia diam. Sekarang satu selimut itu mereka pakai berdua.“Kau tidak punya saudara?” tanya Cindy. Ia berusaha biasa saja padahal sekarang jantungnya sedang tidak karuan.
Jimmy mengangkat bahunya. “Mungkin saja.”
“Kenapa mungkin?”
“Mereka jarang mengubungiku sejak kedua orang tuaku meninggal.” Suara Jimmy terdengar hampir pelan seperti menyembunyikan kesedihan didalamnya.
Cindy menoleh bersamaan dengan Jimmy juga yang menoleh ke arahnya. Jarak wajah mereka begitu dekat. Cindy tersenyum lalu menyentuh pipi Jimmy. “Kalau mereka tidak menghubungimu, cobalah kamu yang menghubungi mereka.” Kata Cindy.
Jimmy menggeleng, “Tidak seperti itu Cindy. Semua tidak akan mudah. Mereka sebenarnya tidak menginginkanku.” Gumam Jimmy. Dahi Cindy berkerut bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Aggressive
General Fiction[HARAP BIJAK! 21+] Perusahaan bangkrut membuat orang tua Cindy Austin berhutang besar kepada seorang pengusaha kaya raya bernama Jimmy Alexandro. Dia adalah seorang pria yang terkenal kejam dan sombong. Orang tua Cindy menawarkan Cindy sebagai jamin...