Bab 7

14.3K 399 6
                                    

Jimmy POV

Disinilah kami berdua dipemakaman orang tua Cindy yang disertai hujan lebat. Cindy terus saja menangis sambil memeluk tubuhku. Matanya menjadi sangat sebam. Aku pun ikut menangis karena pernah berada diposisi Cindy. Aku tahu rasanya ditinggal orang tua sebelum kita benar-benar bisa membahagiakan mereka.

Untuk hutang keluarga Cindy, aku tidak pedulikan lagi. Fokus utamaku adalah menjaga Cindy karena sekarang dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Dia hanya punya kau untuk saat ini. Aku berjanji akan menjaganya. Entahlah, sejak dia datang ke rumahku aku hanya fokus padanya saja. Aku jadi tidak pernah menemui jalangku yang lain. Dia adalah fokusku mulai sekarang.

Aku masih memeganggi payung agar Cindy tidak basah. Setelah proses pemakaman selesai Cindy minta untuk sebentar saja ke rumahnya. Aku mengiyakan saja. Kami pun pergi ke rumah Cindy.

Sampai disana ada banyak garis polisi. Di ruang tamu ada banyak bercak darah dilantai. Ibu Cindy ditemukan tewas di ruang tamu sedangkan Ayahnya ditemukan tewas dikamar. Tubuh Cindy kembali lemas. Dia hampir saja terjatuh tapi aku langsung menahan tubuhnya.

"Jimmy.." suaranya terdengar lemah membuatku tidak tega membiarkannya berlama-lama disini. Aku langsung membantunya keluar dari rumah. Selama di perjalanan Cindy hanya duduk diam, pandangannya kosong menatap keluar jalan.

Malam ini aku tidak jadi menghadiri pesta keluarga Archer. Aku sudah bilang kepada Robert kalau aku harus menjaga seorang gadis dirumahku. Dia memaklumiku saat aku menceritakan kejadian yang terjadi pada gadisku.

♥♥♥

"Cindy?," panggilku saat membuka pintu kamar Cindy. Tidak ada suara sama sekali, kamarnya juga gelap. Pelan-pelan aku menutup pintu kamarnya dan berjalan masuk kedalam. Mungkin saja dia sudah tidur karena kecapean.

Saat aku ingin menyalakan lampu tidur untuk memastikannya, samar-samar ada suara isakkan tangis kecil diluar balkon kamarnya. Aku urungkan niatku untuk menyalakan lampu. Pelan-pelan aku menuju balkon dan membuka sedikit tirai jendelanya.

Cindy? apa yang dia lakukan diluar begini? Padahal sekarang sedang hujan lebat. Aku langsung membuka pintu kamarnya.

Dia kaget saat melihatku. Matanya sudah memerah dengan air mata mengalir dimatanya. Belum sempat aku berbicara, dia sudah lebih dulu berdiri dan langsung memeluk tubuhku erat sekali. Dia menangis dengan keras didadaku.

"Jimmy, hikkss--- aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi." Suaranya semakin membuatku ikut sakit mendengarnya. Aku memeluk tubuhnya dan mengecup kepalanya.

"Kamu masih punya aku." Kataku sambil mengelus punggungnya.

"Tapi-hiksss-setelah hutang keluargaku lunas, aku tidak akan disini lagi." Katanya.

Aku menggelengkan kepalaku. Astaga Cindy, disaat seperti ini dia masih saja memikirkan soal hutang orang tuanya. Tanpa dia bayarpun sebenarnya aku tidak apa-apa. Hutang itu aku anggap lunas. Asalkan dia bersama denganku. Aku masih nyaman bersama dengannya. Masih terlalu dini untuk berbicara soal cinta.

"Tidak Cindy. Kau akan terus bersamaku." Kataku. Dia melonggarkan pelukanku. Matanya nanar menatapku.

"Apa boleh aku bersamamu?" tanyanya.

Aku mengangguk, "Iya."

"Apa itu tidak akan merepotkanmu?"

"Tidak."

Aku menggenggam tangannya, "Lebih baik sekarang kamu masuk dulu ke dalam. Disini dingin sekali." Dia mengangguk patuh. Aku membawanya masuk lalu menutup pintu balkon kamarnya.

Dia langsung membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Aku menyalakan lampu tidur lalu memakaikan selimut kepadanya. Dia memejamkan matanya dengan tenang. Aku menundukkan tubuhku lalu mengecup keningnya.

Mr AggressiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang