(191) Berhias itu Tidak Asal Keren

13 5 0
                                    

Berhias itu Tidak Asal Keren.

▬▬▬❣️M.D.E.I❣️▬▬▬


Nabiyullah Muhammad shallallahu'alaihi wasallam suatu ketika bersabda:

الْبَذَاذَةُ مِنَ الْإِيمَانِ  

"Al-Badzadzah adalah sebagian dari Iman." (Riyadlu al-Shalihin, Nomor Hadits 515).

Hadits ini cukup terkenal dan sering disampaikan oleh para dai dalam berbagai ceramahnya.

Sebenarnya, apa yang dikehendaki dari hadits ini? Simak penjelasan berikut ini!   Pertama, terkait dengan status hadits ini, Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani memberikan penegasan:

وَهُوَ حَدِيثٌ صَحِيحٌ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالْبَذَاذَةُ بِمُوَحَّدَةٍ وَمُعْجَمَتَيْنِ رَثَاثَةُ الْهَيْئَةِ وَالْمُرَادُ بِهَا هُنَا تَرْكُ التَّرَفُّهِ وَالتَّنَطُّعِ فِي اللِّبَاسِ وَالتَّوَاضُعُ فِيهِ مَعَ الْقُدْرَةِ لَا بِسَبَبِ جَحْدِ نِعْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى اهـ 

"Ini adalah hadits shahih yang ditakhrij oleh Abu Dawud. Lafal "al-Badzazah" berarti keadaan yang serbakusut.

Maksudnya, meninggalkan pakaian dan baju yang serbamewah, dan anjuran agar berlaku tawadhu' meski mampu melakukan.

Sikap tawadhu' ini bukan lahir sebab oleh mengingkari terhadap nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala." (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathu al-Bari, juz 10, hal. 368).

Setidaknya, ada dua sikap para ulama ahli hadits yang lahir dari hadits ini, yaitu:

🔖Pertama, anjuran mengenai sikap tengah-tengah dalam berhias. Setidaknya, pengertian ini hadir dengan mengambil sumber hadits dari Imam Al-Nasai rahimahullah, bahwa suatu ketika datang seorang laki-laki menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Dan sesampai di hadapan beliau, ia mendapati Rasulullah melarang para sahabat dari sikap berlebih-lebihan dalam melakukan irfah. Apakah itu irfah? Ibnu Buraidah menjelaskan, bahwa irfah itu adalah:

Nabiyullah Muhammad shallallahu'alaihi wasallam suatu ketika bersabda:

  الْبَذَاذَةُ مِنَ الْإِيمَانِ 

"Al-Badzadzah adalah sebagian dari Iman." (Riyadlu al-Shalihin, Nomor Hadits 515). Hadits ini cukup terkenal dan sering disampaikan oleh para dai dalam berbagai ceramahnya.

Sebenarnya, apa yang dikehendaki dari hadits ini? Simak penjelasan berikut ini!   Pertama, terkait dengan status hadits ini, Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani memberikan penegasan:

   وَهُوَ حَدِيثٌ صَحِيحٌ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالْبَذَاذَةُ بِمُوَحَّدَةٍ وَمُعْجَمَتَيْنِ رَثَاثَةُ الْهَيْئَةِ وَالْمُرَادُ بِهَا هُنَا تَرْكُ التَّرَفُّهِ وَالتَّنَطُّعِ فِي اللِّبَاسِ وَالتَّوَاضُعُ فِيهِ مَعَ الْقُدْرَةِ لَا بِسَبَبِ جَحْدِ نِعْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى اهـ 

Islamic bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang