1. OPENING

137 6 17
                                    

Tahun ajaran baru 2021 telah dimulai. Para siswa mulai masuk ke sekolah. Banyak baju putih biru yang berkumpul bergerombolan di lapangan luas, salah satu sekolah swasta terkenal yang bernama SMA HARUDA.

Suasana sekolah sangat ricuh. Dari siswa baru dan siswa kelas sebelas serta dua belas. Salah satunya suasana di kelas XII IPS 1. Sangat gaduh bak pasar malam di hari libur. Murid-muridnya sangat heboh, ada yang nobar, mabar, nyanyi dan joget-joget gak jelas.

Salah satunya si Nisa, dengan percaya diri cewek itu bernyanyi dan berjoget riang. Dengan sapu di tangan kanannya yang dijadikan mikrofon.

Tidak heran lagi, Enisa Salsabila anaknya sangat aktif. Dia selalu percaya diri dengan apa yang dilakukannya. Menurutnya, jika bernyanyi dan berjoget itu membuat dirinya bahagia dan orang lain suka dengan tindakannya itu, maka dia akan melakukannya dengan senang hati.

Rasa malu itu apa? Ya, saat dia melakukan hal buruk dan membuat orang-orang kecewa padanya, itu rasa malu versi dia. Jadi, selama dia tidak melakukan hal buruk dan selalu membuat orang-orang tertawa karena tingkahnya, Nisa percaya diri saja. Rasa malu tidak ada di kamusnya dalam segi ini.

Pasangan duetnya Aldy Mahendra, si cowok dimple yang sifatnya sebelas dua belas dengan Nisa. Kebobrokan Aldy tidak kalah mengesankan dengan kebobrokan Nisa. Cowok itu sangat ganteng, tetapi sayang otak bobroknya lebih mendominasi daripada kalem, seperti kebanyakan cowok lainnya.

Tetapi Aldy sangat pintar dalam pelajaran matematika. Sebaliknya, dia bodoh dalam hal hapal-menghapal.

Tapi kenapa dia masuk IPS?

Nah itu dia, saat pendaftaran dua tahun lalu, dia melihat Nisa yang melakukan hal konyol selama proses wawancara. Guru yang menanyai Nisa dibuat bingung oleh cewek barbar itu. Sehingga jadi kebalik, guru muda itu yang diwawancarai Nisa.

Hal itu menarik perhatian Aldy, dan saat giliran dia wawancara, ditempat Nisa duduk tadi, tanpa sengaja dia melihat berkas Nisa. Cewek itu memilih jurusan IPS. Yang awalnya Aldy memilih IPA, dia langsung mencoretnya dan mengganti dengan IPS. Saat itu dia pikir, bakalan berteman akrab dengan Nisa, yang menurutnya memiliki sifat yang sama dengannya. Dan benar saja, mereka menjadi teman baik sekarang.

Keduanya berdiri di atas meja guru sambil bernyanyi. Jika disatukan dalam satu ruangan, Nisa dan Aldy sangat cocok. Pokoknya suasana tidak akan canggung jika ada mereka berdua. Yang ada heboh kayak pasar ikan, seperti sekarang ini.

Karena ini masih hari pertama, jadi guru tidak akan masuk ke kelas. Kemungkinan kelas mereka jam kosong. Jadilah para penghuninya berpesta pora. Menyambut hari pertama masuk sekolah ke kelas dua belas, begitulah kata Nisa.

"Temen siapa sih? Malu aku?"

Ecy yang duduk di depan pojok samping Sifa berseru lempeng. Dia menggeleng-geleng heran, melihat kebobrokan sahabatnya itu.

Welcy Amelia Ilari, cewek manis yang super kalem kalau berada di lingkungan baru. Dia memiliki phobia sosial hingga sulit untuk berinteraksi dengan orang-orang baru.

Sedangkan disampingnya, Sifa Novelisa, gadis cantik dan imut, yang pengen gendut tapi malas makan. Aneh bukan? Bikin kepala Nisa dan Ecy pusing dibuatnya.

"Kalo mau gendut ya makan! Jangan malas!" Begitulah yang sering dikatakan Ecy padanya.

Sifa anaknya sangat periang, namun terkadang dia seperti Ecy yang tidak terlalu suka keramaian dan terkadang seperti Nisa, yang kebobrokannya gak ketulungan lagi. Tetapi Sifa masih memiliki kepercayaan diri untuk tampil di depan banyak orang. Sedangkan Ecy belum apa-apa sudah gugup, apalagi disuruh presentasi ke depan kelas sendirian. Tulang-tulang kaki dan tangannya akan terus gemetar. Istilahnya demam panggung.

"Temen lo, lah! Kan lo yang malu," sahut Sifa sambil terkekeh geli.

"Bobroknya parah banget. Gak malu apa dia joget-joget kayak gitu?"

"Kayak baru kenal Nisa sehari aja lo, Cy? Dia kan emang kayak gitu, jadi gak usah heran lagi."

"Iya juga ya. Tapi pengen deh aku liat dia sehari aja kalem, gitu. Tapi emang anaknya petakilan kayak gitu, mana bisa." Ecy tersenyum melihat tingkah Nisa.

"Nah, itu lo tau!" jawab Sifa sambil tertawa.

"Kemana~ kemana~ kemana~? Ku harus~ mencari kemana~?" Nisa bersenandung merdu. Disahut Aldy dengan semangat 45.

"Eak! Tarik sis!"

"Kekasih tercinta~ tak tau dimana~ lama tak datang ke rumah~"

"Jreng jeng-jeng, jreng jeng-jeng."

Aldy memukul meja menyesuaikan dengan nada yang Nisa nyanyikan. Keduanya benar-benar menghebohkan kelas. Yang tadinya pada sibuk nobar dan mabar, sekarang ikut bergabung kedalam lingkaran Nisa dan Aldy sambil berjoget heboh.

Melihat teman-teman sekelasnya yang ikut bernyanyi dan berjoget dengan heboh, membuat Nisa semakin senang. Cewek barbar itu semakin semangat melakukan aksinya.

Sampai-sampai mereka semua terdiam, saat terdengar suara teriakan dingin dari cowok yang berdiri di depan kelas. Dengan raut datarnya, cowok itu berjalan masuk ke kelas menuju ke meja guru dan berdiri di samping Nisa.

Para siswa yang lainnya langsung duduk ke bangku masing-masing. Nisa masih cengo, dia mengerjap linglung saat Aldy melemparkan gulungan kertas kecil ke arahnya, mengisyaratkan untuk segera duduk.

Menoleh pada tersangka yang selalu membuat tegang suasana kelasnya, Nisa mencibir tipis. "A'elah lo pada, takut banget sama Riu. Orang dianya gak makan manusia," ucap Nisa sambil memainkan sapu di tangannya.

Aldy yang sudah duduk di kursi, menggeram gemas melihat Nisa yang tidak peka dengan raut wajah kesal Riu, yang merupakan ketua kelas mereka. Walaupun mereka baru masuk ke kelas dua belas, mereka semua sudah menentukan kalau Riu Haruda akan selalu menjadi ketua kelas mereka. Sifa dan Ecy ikut menegur Nisa untuk segera turun dari meja guru dan duduk ke kursinya.

"Apaan?" seru Nisa pada kedua sahabatnya.

"Tu-run dari meja." Sifa mengucapkannya dengan suara yang pelan.

Seakan tersadar, Nisa menepuk jidatnya lalu turun dari meja guru. Dia nyengir saat Riu menatapnya datar.

"Sori Pak Ketu." Nisa menyapu meja bekas debu sepatunya lalu langsung duduk ke kursi, yang sebelumnya sudah menaruh sapu ketempatnya semula.

Riu hanya menghembuskan napas kasar, lalu menatap pada semua teman sekelasnya. Sebelum dia bicara, Riu menoleh pada Ecy. Dia menatapnya dingin. Kemudian menoleh pada teman sekelasnya lagi.

"Sekarang udah masuk. Anak kelas lain gak boleh ada di kelas ini, kalian tau kan?" Riu menyindir Ecy. Semua teman sekelas langsung menoleh kearah Ecy. Memberikannya tatapan yang rumit.

Karena disindir sedemikian, Ecy bangkit dari duduknya. Dia menunduk meminta maaf. "Sori, ya. Kirain hari pertama gak masuk kelas."

Ecy menoleh pada kedua sahabatnya, lalu saling mengulurkan tangan, pamit. "Aku balik ke kelas dulu ya. Istirahat jangan nyusul, biar Aku aja yang langsung ke kantin."

"Oke deh kalo gitu."

"Hati-hati ya."

Nisa dan Sifa melambaikan tangan pada Ecy, hingga cewek itu hilang dibalik pintu. Nisa pindah duduk ke samping Sifa, kursinya.

Setelah Ecy keluar dari kelas, Riu menatap ke teman-temannya lagi. Dia menyampaikan pesan wali kelas mereka yang baru, bahwa akan memasuki kelas dalam waktu lima belas menit kedepan.

Semuanya mengangguk dan mendengarkan dengan baik kata sambutan dan selamat naik ke kelas dua belas dari Riu. Sejak kelas sepuluh sampai kelas sebelas, Riu selalu menjadi ketua kelas. Cowok itu menjalankan tugasnya dengan baik.

Walaupun dia anak pemilik sekolahan, Riu tidak pernah sombong. Ya, walaupun seringkali dia suka menatap orang disekitarnya dengan raut datar. Tapi sesungguhnya dia itu orangnya sangat perasa.

★★★

TIGA SEKAWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang