Sifa terduduk lemah di depan tumpukan barang yang sudah hangus terbakar. Dia menatapnya kosong.
Perkataan Riu tadi terngiang di telinganya.
Takdir?
Takdir macam apa ini?!
Sifa selalu berusaha menjadi baik dan melakukan yang terbaik. Tapi kenapa dia malah mendapatkan pengkhianatan seperti ini?
Apakah dia hidup hanya untuk dikhianati saja?
Pada umur tujuh tahun Sifa pernah menaruh kepercayaan pada seorang teman. Sifa benar-benar mengandalkan teman itu dan menitipkan barang berharganya. Tapi tanpa diduganya teman itu malah menghilang tanpa kabar.
Sifa pergi ke rumahnya, namun orang yang ada di rumah itu bilang bahwa pemilik sebelumnya sudah pindah. Sifa menanyakan barangnya tapi orang di rumah itu tidak tahu apapun.
Sifa kesal. Dia marah. Sifa kecil menangis dalam perjalanan pulang ke rumahnya.
Barang yang dia titipkan adalah milik ayahnya. Itu adalah satu-satunya barang kenangan yang dia punya tentang ayahnya.
Saat itu Sifa menangis sejadi-jadinya. Mencari teman itu dimana-mana, tapi nihil tidak ketemu. Sifa kecil pulang dengan perasaan sedih.
Lalu saat dia kelas enam SD, Sifa dikhianati oleh ibunya sendiri.
Sedari kecil Sifa tinggal bersama ibunya. Sedangkan ayahnya, Sifa tidak pernah tahu. Ibunya tidak mengatakan apapun tentang rupa ayahnya. Ibunya hanya memberikan satu barang milik ayahnya pada Sifa.
Sifa dan ibunya hidup selalu berpindah-pindah. Karena ibunya selalu saja menikah cerai menikah cerai. Kehidupan mereka sungguh tidak nyaman. Setiap hari ibu Sifa selalu dipukul oleh suaminya. Itu selalu berulang jika ibu Sifa menikah lagi.
Dalam hidupnya, ibu Sifa tidak pernah menemukan laki-laki yang baik. Jika tidak dipukuli, maka ditinggali.
Sifa muak. Sifa ingin kabur. Tapi dia tidak bisa meninggalkan ibunya sendirian. Sifa tidak bisa meninggalkan ibunya yang malang. Oleh karena itu, sesakit apapun Sifa usahakan akan bertahan.
Tapi tanpa diduganya, sang ibu malah meninggalkannya sendirian bersama ayah tirinya yang jahat. Karena Sifa tidak bisa menemukan ibunya, Sifa dipukul oleh ayah tirinya. Setiap kesalahan kecil yang dilakukannya, Sifa selalu dipukul.
Bersama dengan air matanya yang jatuh, Sifa berdoa pada Tuhan agar penderitaannya dihentikan.
Doanya terkabul.
Tiga bulan ditinggalkan ibunya, seorang pria dewasa datang mengaku sebagai ayah kandungnya dan membawa Sifa pergi dari hidupnya yang malang.
Sifa mendapatkan banyak kasih sayang dari ayah kandungnya. Ayah kandungnya benar-benar memperlakukannya dengan baik. Begitupun dengan ibu tirinya. Sifa diperlakukan seperti anak sendiri. Sampai sekarang kedua orang tuanya itu sangat menyayanginya.
Sifa memiliki seorang kakak tiri laki-laki, tapi bersama dengan kedua orang tuanya, mereka tinggal di luar negeri karena pekerjaan. Sifa diajak untuk tinggal di luar negeri tapi dia memilih untuk tetap tinggal di Indonesia karena disini ada Fathan dan Sifa tidak ingin jauh darinya.
Di rumahnya Sifa tinggal bersama bibi dari pihak ibu tirinya. Namun bibinya sangat jarang berada di rumah. Sehingga seringkali Sifa merasa kesepian.
Tapi karena ada Fathan, Sifa tidak pernah merasa kesepian lagi. Fathan selalu menemaninya setiap kali Sifa membutuhkannya. Sifa selalu merasa bersyukur bertemu dengan Fathan.
Hingga hari ini, untuk pertama kalinya, Sifa merasakan penyesalan dari pertemuan mereka.
Jika saja dia ikut keluarganya ke luar negeri, Sifa tidak perlu merasakan sakit ini. Sifa tidak akan sesakit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA SEKAWAN
Acak"Gue ngerasa jadi sahabat Aldy gak guna banget. Gue seharusnya dukung dia sama lo Cy, bukannya malah ngambek terus diemin dia sampe berhari-hari. Hiks!" Nisa menutup wajahnya sambil terisak. Ecy dan Sifa yang melihat Nisa tiba-tiba menangis, bergera...