Setelah mengatakan bahwa dia merindukan Welly juga, panggilan telepon mereka langsung terputus. Cowok itu langsung mematikan panggilannya secara sepihak. Ecy tidak ingin berpikiran yang tidak-tidak. Mungkin ada orang yang datang ke ruangan Welly hingga cowok itu langsung mematikan panggilan mereka.
Melihat Ecy yang datang menghampiri mereka tanpa ponsel di tangannya, Nisa dan Sifa menyimpulkan bahwa cewek itu sudah selesai berteleponan.
"Gimana? Rindunya udah tersampaikan?" Seru Nisa yang langsung menggoda Ecy.
"Apa sih, ya ampun!" Ecy masih malu saat Nisa dan Sifa yang menertawakan percakapan mereka tadi.
"Ketua OSIS SMA musuh bebuyutan sekolah kita bisa bucin juga ya," ujar Sifa yang tidak mau ketinggalan menggoda Ecy.
"Ya ampun kalian!" Ecy menutup wajahnya sambil menahan senyumnya.
Dia benar-benar malu berada di situasi sekarang.
"Nah, jadi gimana ceritanya kok Lo bisa jadian sama Welly? Lo utang penjelasan ini ke kita," seru Nisa mengingatkan Ecy tentang janjinya yang akan menceritakan masalah ini.
"Wah! Iya, tuh betul! Wah! Untung Lo ingat, Sa." Sifa berseru takjub pada Nisa.
Ecy membuka wajahnya sambil merotasikan bola matanya melihat kehebohan dua sahabatnya.
"Jadi ceritanya gini." Ecy memulai ceritanya. Dia sedikit ragu. "... Kamu ingat gak Nis, malam yang aku ngantarin kamu pulang pas kita pulang dari rumah Sifa, waktu habis dari pasar malam."
Tentu saja mereka ingat. Apalagi Sifa. Makan malam romantis yang disiapkan Fathan di malam itu, nyatanya hanya makan malam biasa. Karena dia sendirian yang memakan itu semua.
"Lanjut aja cerita, gue gak pa-pa."
Tahu ini topik yang akan mengingatkannya akan pengkhianatan Fathan, Sifa berujar lembut pada Ecy. Mengatakan yang sesungguhnya bahwa dia sudah tidak apa-apa lagi.
Ecy merasa tidak enak. Tapi Sifa menyakinkannya dengan memegang tangan Ecy.
Ecy mulai cerita lagi. "Jadi, pas aku ngantarin Nisa, dipertengahan jalan aku dihadang sama dua motor gede. Dan itu ternyata Welly. Terus Welly ngajak aku keluar, dia minta ditemanin makan."
Saat Ecy mengatakan itu, Nisa dan Sifa bisik-bisik menggodanya.
Ecy memilih menghiraukan keduanya. Dia melanjutkan ceritanya, "Terus motor aku dibawa pulang sama teman Welly dan kita berdua pergi ke tempat yang bener-bener indah banget. Kalian berdua pasti gak tau sama tempat itu." Seru Ecy riang saat mengingat danau, tempat yang dia datangi bersama Welly waktu itu.
"Emang tempat apaan?" Sahut Sifa penasaran.
"Kalo kalian pernah liat sungai Han di Korea, nah kurang lebih kayak gitu tempatnya. Nanti kita kesana, ya." Seru Ecy senang.
"Bolehhh!" Ujar Nisa dan Sifa bersamaan.
"Lanjut! Habis itu apa lagi?" Seru Nisa mengisyaratkan Ecy untuk melanjutkan ceritanya.
"Setelah itu kita ngobrol-ngobrol ringan dan saat itulah Welly nembak aku." Ecy mengakhiri ceritanya dengan semburat merah di pipinya. Ecy jadi teringat Welly yang ingin menciumnya. Mengingatnya lagi, membuatnya tersenyum kecil.
Ekspresi Welly saat itu benar-benar lucu.
"Kenapa Lo senyum-senyum nggak jelas?" tanya Nisa curiga.
"Pasti Lo mau di kiss Welly, kan?" tebak Sifa tepat.
Ecy menatap Sifa kaget.
"Kok kamu tau, sih?"
"Lah, beneran?" Nisa sungguh tidak menyangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA SEKAWAN
Random"Gue ngerasa jadi sahabat Aldy gak guna banget. Gue seharusnya dukung dia sama lo Cy, bukannya malah ngambek terus diemin dia sampe berhari-hari. Hiks!" Nisa menutup wajahnya sambil terisak. Ecy dan Sifa yang melihat Nisa tiba-tiba menangis, bergera...