"Kalian ngapain diluar?"
Aldy yang baru saja datang menatap heran Nisa dan Sifa yang berdiri di depan pintu sambil tertawa cekikikan.
Keduanya terperanjat melihat kedatangan Aldy yang tiba-tiba.
"Ih! Ngagetin aja sih, Al!" Seru Nisa kesal. Tidak lupa tangannya mendarat kasar di lengan Aldy.
Aldy meringis sambil mengelus lengannya yang sedikit nyeri akibat ditabok Nisa.
"Ngapain Lo ke sini, Al?" tanya Sifa heran.
"Mau ketemu kalian, lah. Gak boleh emangnya?"
"Ya, boleh boleh aja sih," sahut Sifa acuh tak acuh.
"Gue dikasi tau Nisa kalo mulai hari ini dia sama Ecy tinggal di rumah Lo buat satu bulan kedepan. Jadi.. gue bawa sesuatu buat kita pesta-pesta. Sebagai pesta penyambutan Nisa dan Ecy di rumah Lo." Aldy berkata sumringah.
Mendengar itu Sifa merasa bersemangat. "Hem! Ide bagus!"
"Iya, kan!" Seru Aldy ikut semangat.
"Emang Lo bawa apaan? Buang-buang duit aja Lo pake segala mau ngadain pesta penyambutan," komentar Nisa.
"Gak pa-pa, kok. Duit gue masih banyak. Itung-itung traktiran gue dari gaji kerja sama bokap seminggu lalu," ujar Aldy tulus. Apalagi buat Lo. Gua gak bakalan sayang ngabisin duit berapa aja, lanjut Aldy dalam hati sambil menatap Nisa lekat.
Nisa yang mendapatkan tatapan ini lagi dari Aldy, langsung membalikkan tubuh cowok dimple itu ke arah mobil.
"Jadi Lo bawa apa? Buruan tunjukin!" Nisa mendorong Aldy ke mobil cowok itu.
"Iya iya, sabar. Jangan dorong-dorong, dong." Aldy menolak didorong Nisa. Sebaliknya cowok itu meraih tangan Nisa dan menggenggamnya erat.
"Kalo gini baru boleh," seru Aldy cekikikan sambil menunjukkan tangan mereka yang bertaut.
Otak Nisa mengatakan ingin menolaknya. Namun tangannya Nisa justru membalas genggaman tangan Aldy.
Sifa yang melihat ada aura yang berbeda pada keduanya tersenyum kecil. Mengikuti keduanya dari belakang.
Saat sampai di mobil, Aldy melepaskan genggamannya pada tangan Nisa. Cowok itu membuka bagasi mobil, menunjukkan barang bawaannya.
"Ya ampun, ada daging, ayam, sosis, sayur-sayuran dan segala macam bumbu buat barbeque-an? Wah! Daebak Lo, Al!" Sifa memuji Aldy sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.
"Mau barbeque-an?" Tebak Nisa.
"Iya. Kalian suka, kan?"
"Suka pake banget-banget-banget!" Sahut Sifa sumringah. Tanpa menunggu lama, Sifa langsung membawa beberapa bahan makanan itu ke rumahnya.
"Lo niat banget ya, Al." Gumam Nisa sambil melihat bahan-bahan makanan yang dibeli Aldy.
"Gue mau makan bareng Lo. Tapi kalo cuma kita berdua Lo pasti ngerasa gak nyaman. Jadi mending rame-rame, pasti bakalan seru juga, kan."
Setelah pulang dari luar kota, sikap Aldy sungguh berbeda padanya. Nisa tidak merasakan Aldy yang dulu lagi. Bukan artinya Aldy berubah. Maksud Nisa, sikap cowok itu tidak seperti biasanya lagi padanya. Aldy bersikap terang-terangan padanya. Contohnya seperti tadi yang dengan tegas langsung menggenggam tangannya. Lalu dengan berani menatapnya penuh sayang.
Ini hanya asumsi Nisa saja. Nisa merasakan demikian. Jujur, Nisa merasa senang, tapi juga aneh.
Ecy dan Welly yang sudah selesai melepas kangen, langsung pergi ke pintu utama rumah Sifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA SEKAWAN
Acak"Gue ngerasa jadi sahabat Aldy gak guna banget. Gue seharusnya dukung dia sama lo Cy, bukannya malah ngambek terus diemin dia sampe berhari-hari. Hiks!" Nisa menutup wajahnya sambil terisak. Ecy dan Sifa yang melihat Nisa tiba-tiba menangis, bergera...