4. TIPE

33 4 4
                                    

Bel masuk masih sepuluh menit lagi. Nisa pamit pada Sifa untuk pergi ke toilet. Sifa ingin menemaninya, namun dia tolak. Katanya, dia bisa sendiri, Sifa lanjutkan saja kegiatan streaming MV. Dengan senang hati Sifa melanjutkan kegiatannya.

Nisa berjalan dengan santai. Di sepanjang perjalanan selalu ada orang yang menyapanya. Nisa cukup terkenal di lingkungan anak IPS. Semua anak IPS kelas dua belas kenal dengannya.

Bukan cuma anak IPS saja, anak IPA teman sekelas Ecy juga pada kenal dengan cewek petakilan itu.

Selain tingkah bobrok dan konyolnya yang lucu, Nisa juga ramah pada mereka semua. Dia selalu membantu teman-teman yang meminta bantuan padanya.

Mereka semua sangat suka berteman dengan Nisa. Cewek itu friendly sekali dalam bergaul dengan siapa saja. Semua percakapannya akan selalu nyambung.

Nisa masuk ke dalam toilet dan menyelesaikan panggilan alamnya. Setelah selesai dia mencuci tangannya dengan bersih, lalu kembali lagi ke kelas.

Dalam perjalanan menuju ke kelasnya, Nisa mengambil jalur agak jauh dari kelasnya. Dia ingin berjalan-jalan sebentar, sebelum bel masuk berbunyi.

Beberapa meter di depan, Nisa melihat seorang cowok yang dikenalnya. Dia berjalan lebih cepat untuk menghampiri cowok itu. Dari kejauhan Nisa melihat kalau cowok itu terlihat seperti ingin jatuh. Kakinya seakan lemah tak bisa menahan berat badannya.

Buru-buru Nisa langsung menghampirinya saat cowok itu jatuh berlutut ke lantai sambil memegang perutnya. Cowok itu meringis, merasakan sakit di bagian perutnya.

"Riu!"

Riu menoleh, melihat Nisa yang berjongkok di sampingnya.

"Lo kenapa?"

"Akh!" Riu hendak menjawab pertanyaan Nisa, namun perutnya terasa sangat sakit.

"Lo mau pup? Ayo gue anter ke WC."

Nisa hendak ingin memapah Riu, tapi cowok itu lebih dulu langsung berdiri. Dia berpegangan pada pembatas koridor. Menatap Nisa lempeng.

"Gue gak mau BAB, tapi perut gue sakit."

"Oh, ya udah kalo gitu ke UKS aja," suruh Nisa. "Gue duluan ya."

Nisa berjalan riang, menjauh dari Riu.

Riu menggerutu jengkel. Cewek yang sudah berjalan di depannya itu sangat tidak peka. Riu memanggil, "Sa! Maag gue kambuh."

Nisa menoleh ke belakang. "Hah?"

"Maag gue kambuh. Perut gue sakit banget." Riu terduduk, menyandarkan punggungnya ke dinding. Berharap rasa sakit di perutnya berkurang.

"Loh, bukannya lo udah makan roti dari Ecy ya?"

"Rotinya di dalem." Riu menunjuk ke dalam perpustakaan. Nisa melihatnya lewat kaca luar perpustakaan. Kemudian gadis itu menggeleng, menatap Riu datar.

Nisa masuk ke dalam perpustakaan sambil menggerutu. "Sok iye banget sih jadi cowok! Dikasi makanan malah nolak."

Riu diam saja. Dia tidak marah diomeli Nisa begitu. Itu memang benar, salah dia juga yang tidak makan roti dari Ecy.

Sudah tahu memiliki maag jika tidak makan tepat waktu. Tapi Riu malah mengabaikannya. Karena merasa muak dengan Ecy. Riu sungguh tidak ingin menerima barang pemberian Ecy. Dia jadi tidak makan juga gara-gara Ecy. Hingga maagnya sampai kambuh. Cewek itu selalu saja membuatnya susah. Maka dari itu Riu tidak pernah menyukai Ecy.

"Lo kenapa gak makan rotinya?!" Sergah Nisa setelah berada didekat Riu lagi.

"Gak pengen aja."

"Gak pengen aja." Nisa menirukan ucapan Riu namun dengan nada mengejek. "Gak pengen lo itu buat maag lo jadi kambuh, kan?! Yang sakit juga siapa? Lo sendiri!"

"Kok lo ngegas sih?" Riu berbicara sambil menahan sakit di perutnya.

"Ya nggaslah! Lo sok jual mahal nolak roti ini dari Ecy, sampe-sampe dia jadi sedih. Dan sekarang! Maag lo jadi kambuh gara-gara gak makan nih roti. Gak syukur banget lo jadi orang. Kena azabnya, kan?"

"Dari pada lo ngomelin gue terus, mending lo bantu gue pergi ke UKS." Riu mengulurkan tangan, meminta bantuan pada Nisa.

Nisa menghembus napas panjang. Lalu meraih tangan Riu dan memapahnya.

"Lo berat banget!" Keluh Nisa.

"Lo-nya yang kecil banget."

"Gue kecil-kecil gini kuat tau nggak?!"

"Iya iya."

Riu melirik Nisa dengan senyum kecilnya. Bisa dia lihat, wajah Nisa yang berusaha kuat untuk memapahnya hingga ke UKS.

Tubuh Riu yang atletis dan lebih besar dari Nisa memang membuat Nisa kewalahan. Tetapi, tenaga Nisa juga cukup kuat untuk menahan berat badan Riu. Walaupun dia merasa sedikit kesulitan.

Nisa membantu Riu pergi ke UKS. Jarak antara perpustakaan dan UKS tidak terlalu jauh. Berjalan sekitar dua menit, mereka sudah sampai di UKS.

Riu duduk ditepi salah satu ranjang UKS. Sedangkan Nisa mencari obat maag di lemari. Setelah ketemu langsung dia berikan pada Riu. Tidak lupa air mineral botol yang Ecy belikan tadi.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo boleh, Ri?" Nisa menatap wajah Riu serius.

Riu mengangguk sambil memasukkan obat maag kedalam mulutnya dan meneguk seperempat air mineral. Matanya melirik pada Nisa.

"Lo tadi kenapa songong banget sama Ecy? Dia kan niatnya baik, mau minta maaf dan ngasi lo makanan karena gara-gara dia lo gak jadi makan. Tapi sikap lo tadi, bener-bener buat dia sedih."

"Gue gak suka sama dia."

"Lah? Siapa yang nanya lo suka sama dia apa nggak? Gue nanya kenapa lo bersikap songong banget sama Ecy?"

"Gue bersikap kayak gitu ya karena gue gak suka sama dia. Gue tau Ecy ada rasa sama gue. Jadi gue gak mau kasi dia harapan dengan bersikap baik."

Cowok itu bukan tidak tau jika Ecy menyukainya. Setiap hari Ecy selalu datang ke kelasnya menemui Nisa dan Sifa. Namun cewek itu diam-diam mencuri pandang padanya.

Riu memang bersikap acuh tak acuh pada sekitarnya. Namun sebenarnya, dia mengamati sekitarnya dalam diam.

"Itu cuma perasaan lo aja kali?"

"Itu bukan hanya sekedar perasaan, tapi nyata."

"Kalo nyata kenapa gak lo suka balik aja? Ecy cantik loh, dia juga pinter banget."

"Gue gak suka sama cewek kayak dia. Dari awal gue emang gak tertarik sama dia. Jadi, lo sebagai temannya jangan sering-sering ajak dia ke kelas. Nanti dia malah makin suka sama gue."

"Halah! Kepedean lo!" sahut Nisa, mencibir rasa percaya diri Riu yang tinggi.

"Emang lo suka sama cewek yang kayak apa?"

"Kayak lo," jawab Riu santai sambil meneguk air mineral lagi.

Nisa tersedak ludahnya sendiri. Cewek itu menatap Riu tak percaya, lalu sedetik kemudian dia tertawa sambil memukul pelan lengan Riu.

"Hahaha. Lo lucu banget sih, Ri. Tipe cewek lo kayak gue? Yang bener aja?" Nisa terkekeh geli, menatap Riu dengan guyon. "Sayangnya lo bukan tipe gue."

"Emang tipe lo kayak gimana?" Riu mendongak, menatap Nisa yang sekarang sedang berdiri. Riu menatap Nisa penuh minat.

"Rahasia. Intinya bukan yang kayak lo."

"Udah ah, kenapa jadi bahas tipe-tipean sih? Sekolah dulu yang bener, baru mikirin tipenya."

Riu terus menatap Nisa yang sedang tertawa geli dengan obrolan mereka. Cewek di depannya ini sangat unik. Selalu bisa mengambil alih perhatiannya.

Dari pertama masuk sekolah ini dan selalu sekelas dengan Nisa. Cewek itu selalu menarik perhatian Riu. Awalnya Riu bersikap biasa saja, hanya sebatas kagum. Tapi semakin lama dia mengenal Nisa, kepribadian cewek itu benar-benar unik. Riu suka itu.

★★★

TIGA SEKAWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang