Setelah kejadian di rooftop dan taman. Hubungan Nisa dan Ecy sedikit renggang. Keduanya jarang sekali bertemu. Sudah memasuki minggu keempat tahun ajaran baru. Mereka hanya sesekali kumpul bertiga, itupun dengan waktu yang sangat singkat.
Sebenarnya mereka hanya sedikit canggung, hingga membuat suasana tak nyaman diantara keduanya. Nisa merasa tidak nyaman saat bertemu dengan Ecy karena cewek itu adalah gadis yang disukai oleh crushnya, Aldy, sedangkan Ecy juga sahabatnya. Sehingga rasa canggung sangat mendominasi saat mereka bertemu.
Begitu juga dengan Ecy, cewek itu menjadi canggung saat menghadapi Nisa karena Nisa tahu jika Riu tidak menyukainya tapi Nisa tak pernah menceritakan hal itu padanya. Ecy mengerti, mungkin Nisa memiliki alasan yang bagus kenapa tidak memberitahunya tentang perasaan Riu padanya. Tapi Ecy tidak bisa bersikap seperti biasanya. Dia merasa tidak nyaman bersama Nisa.
Sifa juga tidak curiga, dia pikir Ecy banyak tugas sehingga tidak pernah lagi main ke kelasnya, walau hanya sebentar saja. Akhir-akhir ini mereka memang dipenuhi dengan banyak tugas. Itu membuat waktu bersama mereka menjadi sedikit.
"Sa, ke kantin yuk!"
Sifa menghampiri Nisa yang sedang mengobrol dengan teman kelasnya.
Nisa menoleh. "Yuk!" Dia berdiri dari duduknya.
"Ke kelas Ecy dulu ya?"
Nisa mengangguk.
Mereka berdua jalan beriringan menuju ke kelas Ecy. Setelah sampai ternyata Ecy tidak ada di kelas. Teman sekelasnya bilang, Ecy sudah pergi ke kantin.
Nisa dan Sifa menyernyit bingung, lalu keduanya pergi ke kantin menyusul Ecy. Mereka berdua bingung karena Ecy ke kantin tidak mengajak mereka dan kata Fini tadi Ecy pergi dengan Aldy.
"Udah mulai akrab ya Ecy dan Aldy, gak canggung lagi. Biasanya kan Ecy gak nyaman kalo cuma berdua sama Aldy, harus ada kita baru dia lebih leluasa." Komentar Sifa.
Nisa hanya diam tidak menanggapi. Dia menghela napas panjang dan berjalan agak cepat ke kantin.
Aldy akhir-akhir ini memang sering pergi sendiri tanpa 'mengekorinya' lagi. Cowok itu seolah sudah memiliki majikan baru.
Saat Nisa mengajaknya pergi ke kantin atau ke kelas sebelah, cowok itu tidak mau. Beralasan dia ingin pergi ke kelas Ecy. Selalu saja seperti itu hingga hari ini.
"Itu Ecy sama Aldy."
Sifa menunjuk kearah dua orang berbeda gender yang sedang menikmati makanan.
Nisa memperhatikannya dengan saksama. Mereka berdua benar-benar terlihat akrab seperti sepasang kekasih. Apakah secepat itu mereka jadian?
"Emang gak ganggu kalo kita samperin mereka?" Nisa sungguh tidak nyaman berada di zona itu.
"Ya, enggaklah. Emang kita mau nyamperin orang yang lagi pacaran? Itu cuma Ecy sama Aldy." Sifa menarik tangan Nisa saat cewek barbar itu hanya diam memperhatikan saja.
"Hi, guys!" Sifa dan Nisa duduk di kursi yang kosong di meja itu.
"Ke kantin gak ngajak-ngajak," cemberut Sifa pada Ecy.
Ecy tersenyum melihatnya. "Sori ya, aku sebenarnya gak berencana mau ke kantin. Tapi Aldy maksa terus, ya udah deh kesini tanpa ngajak kalian."
Ecy berusaha bersikap biasa saja pada mereka berdua. Cewek itu tidak merasa canggung saat meminta Nisa untuk mengambilkan saos yang ada di meja seberang. Karena posisi Nisa yang dekat, dia meminta tolong pada gadis itu.
"Makasih ya, Nis." Ecy tersenyum pada Nisa dibalas Nisa dengan senyuman juga.
Nisa sekarang tidak mood, jadi dia diam saja. Tidak ingin mengeluarkan kata atau lelucon seperti biasanya.
"Mau gue pesenin makanan?" Aldy menawarkan Nisa.
"Boleh, Al. Gue bakso ya." Sifa yang menyahut. Nisa masih tetap diam.
Aldy menoleh pada Nisa dengan lembut. "Lo?"
"Bisa sendiri." Nisa langsung bangkit dari duduknya dan pergi memesan makanannya sendiri.
Aldy menyernyit bingung, Sifa dan Ecy menanggapinya tidak peduli. Mereka tau Nisa sedang tidak mood, jadi biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau.
Aldy menyusul Nisa, bertanya kenapa wajah Nisa terlihat murung. Nisa berdecih mendengar pertanyaan Aldy dan memilih mengambil roti dua bungkus dan satu susu kotak. Setelah membayarnya Nisa pamit pada Sifa dan Ecy untuk pergi ke kelas duluan.
Kedua temannya itu sedikit terkejut melihat Nisa ingin kembali ke kelas duluan. Aldy hanya terdiam, memperhatikan gerak gerik Nisa.
"Kok lo mau ke kelas duluan, sih? Kita kan belom makan." Sifa terlihat jengkel pada Nisa.
"Gue gak nafsu makan disini. Gue mau ke kelas dulu." Setelah mengatakan itu, Nisa langsung pergi meninggalkan ketiganya.
Aldy duduk lagi ke kursi dengan membawa bakso yang dipesan Sifa. Dia melihat kearah perginya Nisa.
"Nisa kenapa sih? Lagi PMS ya?" tanya Aldy pada Sifa.
"Kayaknya nggak deh," jawab Sifa yang tidak yakin juga.
"Gak mood banget tuh anak. Biasanya paling heboh kalo gue yang mau traktir makanannya, tapi pas gue tawarin tadi dia gak mau. Mana mukanya judes banget sama gue."
"Kalo kayak gitu berarti kamu punya salah sama dia," tebak Ecy.
"Salah apa? Gue gak pernah ganggu dia lagi. Bahkan akhir-akhir ini gue main sama lo, gak sama dia."
Mendengar perkataan Aldy, Sifa tersedak dengan kuah baksonya. Matanya melotot menatap Aldy.
"Lo ... tiap hari ngapelin Ecy ke kelasnya?!"
Aldy mengangguk. Dia sedikit memundurkan kepalanya kebelakang saat garpu sifa mengarah ke matanya, tanpa sengaja.
"Aldy akhir-akhir ini ke kelas aku mulu. Padahal udah aku bilang gak usah main ke kelas aku lagi, tapi tetep aja gak nurut," seru Ecy memberitahu.
"Pasti dong gue gak nurut. Lo ngelarang gue buat gak ketemu lo, pasti gue gak mau ngelakuinnya."
Ecy berdecih judes, "Halah!"
Sifa memperhatikan interaksi keduanya. Dia mulai menyimpulkan kenapa Nisa sampai seenggak moodnya melihat Aldy dan Ecy.
Cewek barbar itu cemburu.
Pantasan saja akhir-akhir ini dia tidak pernah lagi melihat Aldy dan Nisa sama-sama, membuat kehebohan kelas. Kelas mereka sangat sepi saat istirahat atau jam kosong.
Karena jika istirahat dan jam kosong Aldy selalu pergi ke kelas Ecy.
Sifa menghirup napas panjang dan menghela perlahan. Mereka bertiga harus mengadakan rapat dadakan agar tidak ada kecanggungan ataupun kesalahpahaman yang terjadi.
Sifa sudah selesai memakan baksonya. Dia berdiri dan menatap pada Ecy.
"Cy, gue ke kelas dulu ya. Oh ya, pulang sekolah lo sama gue aja jangan naik bus umum."
"Ecy pulangnya bareng gue Fa," sahut Aldy.
"Ecy come home with me!" Mutlak Sifa. "Gue tunggu di parkiran loh, Cy," peringat Sifa.
"Iya iya, aku pulang sama kamu, kok." Ecy terkekeh melihat wajah serius Sifa yang terlihat sangat lucu di matanya.
"Oke! Gue ke kelas dulu." Sifa pergi duluan ke kelasnya.
Aldy nampak cemberut dengan keputusan Sifa. Padahal dia dulu yang mengajak Ecy pulang bareng, tetapi malah Sifa yang 'mengambilnya'.
Ecy melihat itu, dia terkekeh geli. Lalu berkata, "Ya udah, besok aku beneran pulang sama kamu."
Mendengar itu Aldy bersorak senang dalam hati. Senyum di bibirnya terbit lagi, menampilkan dimplenya yang dalam di kedua pipi putihnya.
★★★
Jangan lupa kasi bintang :")
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA SEKAWAN
Aléatoire"Gue ngerasa jadi sahabat Aldy gak guna banget. Gue seharusnya dukung dia sama lo Cy, bukannya malah ngambek terus diemin dia sampe berhari-hari. Hiks!" Nisa menutup wajahnya sambil terisak. Ecy dan Sifa yang melihat Nisa tiba-tiba menangis, bergera...