"Sekarang udah malam banget. Kalian para cowok-cowok, mau nginap di sini atau pulang aja?" tanya Sifa saat mereka berkumpul di ruang tamu.
"Kalo Lo bolehin, gue mau nginap aja." Aldy yang menyahut. Wajah cowok itu terlihat berseri. Yang sesekali melirik Nisa dengan senyum dimpelnya.
Riu yang duduk di seberangnya, berdecih kecil. Menatap penuh sengit.
Sifa yang tahu keadaan Aldy dan Nisa, diam-diam dia tersenyum dalam. Menyenggol Nisa yang ada di sebelahnya, penuh artinya. Nisa yang tidak mengerti maksud dari senggolan Sifa, memilih mengabaikan cewek itu.
"Boleh-boleh aja kok kalo kalian mau nginap di sini. Tapi yaa itu, kalian tidurnya di sini." Sifa menunjuk ruang tamu yang sekarang mereka tempati.
"Iya, gak masalah gue, mah." Sahut Aldy setuju.
"Karena udah tengah malam, gue nginep sini." Riu berkata dingin dan langsung memposisikan dirinya untuk tidur. Cowok itu memejamkan matanya sambil bersedekap dada.
Semua orang menatap Riu heran, kecuali Welly, yang lebih tak peduli.
Sebenarnya Riu tidak benar-benar tidur. Ia hanya kesal dengan apa yang dilihatnya di halaman belakang rumah Sifa. Ditambah dengan wajah Aldy yang tak henti-hentinya tersenyum sambil sesekali melirik Nisa, membuat Riu muak.
"Aku juga nginep sini. Kamu besok sekolah, kan? Nanti perginya bareng aku aja." Welly berbicara pada Ecy.
"Gak pa-pa kamu tidur di sofa?" tanya Ecy khawatir.
"Iya, gak pa-pa. Ini bukan apa-apa," jika dibandingkan saat aku tinggal di luar negeri. Welly tersenyum menyakinkan Ecy.
Ecy mengangguk. "Seragam kamu mana, biar aku cuciin."
"Sebenernya gak perlu kamu cuci, sih. Aku bisa ganti seragam baru pas sampe sekolah. Tapi, aku mau ngerasa diurusin kamu. Jadi, gak pa-pa, ya?" Welly memberikan seragam sekolahnya pada Ecy sambil tersenyum manja.
Ecy menerimanya dengan senang hati.
Sifa yang seharian ini melihat asupan manis dari teman-temannya mulu, berujar jengah, setengah menggoda Nisa dan Aldy. "Lo gak mau nyuciin seragamnya Aldy juga, Sa?"
Nisa yang tak tahu bahwa Sifa sedang menggodanya, membalas dengan santai, "Emang Aldy pake seragam sekolah ya sekarang, sampe harus gue cuciin segala?"
"Udah ah, gue mau ke atas dulu. Mau tidur. Udah ngantuk banget." Nisa langsung beranjak ke atas menuju kamar Sifa. Dari tadi ia terus saja menguap.
"Besok-besok pake seragam sekolah Lo, Al. Biar dicuciin Nisa." Sifa asal bicara saja, lalu pergi menyusul Nisa. Begitu juga dengan Ecy yang langsung pamit ke Welly untuk ke belakang.
Aldy yang tidak mengerti apa yang Sifa katakan, memasang wajah bingung. "Emang kenapa harus minta dicuciin seragam, sih? Kayak anak kecil aja."
Aldy mengatakannya lebih ke dirinya sendiri. Namun Welly yang mendengarnya merasa tersinggung. Cowok itu menatap Aldy dingin.
"Emangnya kenapa?! Gak boleh?!" Suara dingin Welly menerpa telinga Aldy. Membuat Aldy merinding.
"Boleh sih. Gak ada yang ngelarang juga. Eh, tapi kok malah Lo yang marah? Gue 'kan ngomong sendiri."
Melihat tatapan Welly yang datar, Aldy meringis saat mengingat Welly meminta Ecy untuk mencuci seragam sekolahnya.
Aldy memasang wajah damai. "Sori sori."
"Bisa diam gak kalian!" Riu yang merasa berisik berujar dingin pada kedua cowok itu.
Welly dan Aldy sama-sama berdecih menanggapi Riu. Setelah itu Welly pergi ke dapur dan Aldy merebahkan dirinya untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA SEKAWAN
Random"Gue ngerasa jadi sahabat Aldy gak guna banget. Gue seharusnya dukung dia sama lo Cy, bukannya malah ngambek terus diemin dia sampe berhari-hari. Hiks!" Nisa menutup wajahnya sambil terisak. Ecy dan Sifa yang melihat Nisa tiba-tiba menangis, bergera...