Rabu, 26 Oktober 2018
SMA HARUDA
Tiga hari saat MPLS
________________________
Dari jendela kaca Riu melihat seorang gadis yang memakai seragam sama seperti dirinya. Gadis itu terlihat sangat ketakutan dan berusaha memperbaiki kerajinan kayu yang telah dirusaknya. Riu semakin mendekat ke arah jendela, mengintipnya lebih dalam.
Riu kenal gadis itu. Dia cewek yang terus memandangnya sejak hari pertama masa orientasi siswa dilaksanakan. Gadis berambut sebahu itu juga seruangan dengannya.
Sekadar informasi, saat masa orientasi siswa, semua murid belum mendapatkan kelas yang sesungguhnya. Mereka semua diacak dan dibagi menjadi beberapa ruangan. Untuk mendapatkan bimbingan. Masa MPLS-nya berlangsung selama satu Minggu.
Apa yang dilakukannya sendirian disini? Dengan kerajinan kayu yang rusak? Bukankan itu tugas dari guru seni untuk ruangan mereka?
Riu mengintip lebih dalam lagi.
Setelah memperbaiki sedikit kerajinan kayu itu dan sudah terlihat seperti semula. Gadis itu langsung buru-buru pergi dari ruang seni. Dengan cepat Riu bersembunyi dibalik dinding, sebelum gadis itu keluar dan melihatnya.
Gadis itu melihat sekelilingnya sebelum langsung berjalan dengan cepat menuju ke ruang 1.
Riu keluar dari persembunyiannya, bersedekap dada dan bersandar ke dinding. Dia menyorot kearah perginya gadis itu sambil tersenyum smirk.
___
Seperti dugaannya, cewek yang berdiri tidak jauh didepannya nampak ketakutan saat teman seruangannya yang bernama Adel tanpa sengaja merusak kerajinan kayu, tadi, saat membawanya ke ruangan.
Pemilik karya itu terlihat marah, karena tugasnya dirusak sebelum mereka mengumpulkannya ke guru seni.
Adel nampak merasa bersalah dan terus meminta maaf atas kecerobohannya. Sedangkan gadis berambut sebahu itu malah diam, tidak melakukan tindakan apapun.
Melihat itu Riu tidak terima. Dia maju kedepan dan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi pada teman-teman seruangannya.
Semua mata tertuju pada cowok tampan itu.
"Kalian mau tau apa yang sebenarnya terjadi?" Riu tersenyum miring pada gadis itu, membuat gadis itu menunduk karena ditatap Riu demikian.
"Sebenarnya yang ngerusakin kerajinan kayu itu bukan Adel ... tapi dia." Riu menunjuk gadis yang menunduk itu dengan datar.
Sontak saja semua mata tertuju pada gadis rambut sebahu itu. Sang gadis semakin ketakutan, saat semua mata tertuju padanya. Dia merasa seperti dikuliti dalam keadaan hidup.
"Apa maksud lo, Ri?" Dinda sang pemilik kerajinan kayu itu bertanya tak mengerti.
"Dia yang udah ngerusakin karya lo, bukan Adel."
"Ecy?"
"Entahlah, gue gak tau namanya. Intinya dia yang udah ngerusak karya lo." Riu terus menyudutkan Ecy dengan kata-kata dinginnya.
"Beneran lo Cy yang ngerusakin ini?" Dinda bertanya tak percaya.
Jika benar Ecy yang merusaknya, kenapa gadis itu malah tidak mengaku dari awal? Dinda terkejut saja, dia pikir Ecy anak kalem yang baik hati dan tidak banyak tingkah. Tapi melihat dia yang tidak mengaku telah merusak karyanya dan bersembunyi dari tindakkan Adel sangat tidak bertanggujawab sekali dan Dinda sangat tidak menyangka itu.
"Bukan aku yang ngerusaknya." Ecy mengatakan dengan suara lantang namun terdengar sarat ketakutan. "Sebelumnya udah aku benerin kok. Jadi kalo sekarang rusak bukan salah aku."
Riu tersenyum miring mendengar pengakuan Ecy. Sudah ketahuan masih saja ingin mengelak. Riu benci perempuan seperti itu.
"Berarti beneran lo dong yang ngerusaknya?" Tanya Adel. "Ah ya, benar. Pas gue ambil di ruang seni tadi, gue ngeliat bekas lem jatuh di meja sekitaran karya lo diletakin. Pasti itu lemnya Ecy."
Gadis bernama Ecy itu semakin panik.
Dinda melihat gerak-gerik kecemasannya dengan jelas. "Kalo lo ngaku gue maafin kok, Cy."
"Kenapa sih kalian nyudutin aku kayak gini?! Udah aku bilang, yang pertamanya rusak emang karna aku tapi udah aku perbaikin, kok. Kalo sekarang rusak itu bukan salah aku!"
Ecy membentak kesal teman seruangannya. Dia mengambil kasar tasnya dan langsung keluar dari ruangan itu.
***
Ecy mengusap wajahnya kasar. Kenapa dia dulu sangat bego sekali? Sudah tertangkap basah, dengan berani dia mengelak? Bikin malu saja.
Apalagi yang memergokinya si Riu, cowok yang buat dia jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tapi Ecy berkata jujur. Yang pertama rusak memang karena dia dan Ecy memperbaiki itu. Tapi Ecy tidak yakin, apakah dia sudah memperbaikinya dengan benar. Oleh karena itu, dia takut saat kerajinan itu rusak lagi saat dibawa Adel.
"Aaarrrrghh!"
Ecy mengacak-acak rambutnya frustasi.
Dulu dia sangat pemalu dan takut bertemu orang lain. Saat mendapatkan masalah di lingkungan baru membuat dia seketika menjadi pengecut. Dia sangat takut dibenci dan ditatap orang-orang dengan tatapan kasihan apalagi jijik. Ecy sangat tidak suka ditatap seperti itu.
Maka dari itu dia malah membuat kesalahan yang fatal. Mempermalukan diri sendiri dengan tindakkannya.
Dia kira tidak ada orang disana, namun ternyata Riu memergokinya. Karena pikirannya sudah dikuasai rasa takut, membuat Ecy tidak bisa berpikir dengan benar. Dia terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya.
Dia belum punya teman, jika dia membuat masalah bakalan tidak ada yang ingin berteman dengannya. Tapi justru kesalahannya membuat orang-orang memandangnya dengan tatapan itu, sehingga tidak mendapatkan teman.
Untung saja teman seruangannya saat MPLS tidak ada yang sekelas dengan dia. Hal itu membuat Ecy merasa bersyukur, karena dia bisa belajar dengan aman dan tenang di dalam kelasnya.
Sejak kejadian itu juga, Ecy tidak pernah lagi mengulangi kesalahan seperti itu. Dia selalu berhati-hati saat bertindak dan mengakui jika dia salah.
Namun, 'mantan' teman seruangannya akan selalu menganggap dia cewek egois dan tidak tanggung jawab. Seperti halnya yang dilakukan Riu.
Mereka tidak akan percaya dengan wajah polos dan sikap kalem Ecy. Tapi sesungguhnya itu hanyalah salah paham. Akibat rasa takut yang terlalu mendominasi Ecy, membuatnya melakukan kesalahan. Namun sesungguhnya dia cewek yang baik.
Setelah menyadari kesalahannya juga, Ecy langsung minta maaf pada Dinda dan menawarkan untuk memperbaiki kembali kerajinannya dengan baik. Namun saat itu Dinda langsung menolak dan mencaci Ecy.
Sampai akhirnya datang Nisa dan Sifa yang menolongnya.
"Hem. Aku gak boleh berantem sama mereka. Karena saat aku sulit mereka yang selalu ada buat aku."
Ecy menjatuhkan tubuhnya ke kasur sambil mengingat masa-masa MPLS-nya. Bertemu Riu untuk pertama kalinya dan langsung membuatnya jatuh cinta. Lalu datang Nisa dan Sifa yang menjadi temannya hingga sampai sekarang mereka bersahabat.
Masa-masa itu sangat indah dan sulit bagi Ecy. Indah saat bertemu tiga orang itu. Sulit saat tidak ada siapapun yang peduli padanya.
Bernostalgi ke masa lalu, membuat Ecy tertidur lelap.
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA SEKAWAN
Acak"Gue ngerasa jadi sahabat Aldy gak guna banget. Gue seharusnya dukung dia sama lo Cy, bukannya malah ngambek terus diemin dia sampe berhari-hari. Hiks!" Nisa menutup wajahnya sambil terisak. Ecy dan Sifa yang melihat Nisa tiba-tiba menangis, bergera...