2. GARA-GARA KELERENG

40 5 10
                                    

"Beneran gak nyusul Ecy ke kelasnya dulu?" tanya Sifa pada Nisa.

Keduanya berjalan menuju ke kantin. Diikuti Aldy dan Riu di belakang mereka. Kalau Aldy memang mengikuti Nisa dan Sifa, tapi kalau Riu ... mungkin hanya kebetulan.

"Katanya gak usah disusul, jadi kita langsung aja," sahut Nisa.

"Oke deh."

"Jangan sering-sering bawa teman lo ke kelas hingga lupa sama bel masuk!" Riu yang berjalan melewati Nisa, menegur cewek itu saat berpapasan dengannya.

Mendengar perkataan Riu yang judes membuat Nisa dan Sifa menghentikan langkahnya, menatap punggung tegap cowok yang berjalan di depan mereka.

"Apa-apaan maksud kata-kata dia tadi?" tanya Nisa sedikit geram dengan kepalanya yang ditelengkan ke samping kanan, melihat Riu lebih jauh.

"Enak aja ngelarang Ecy ke kelas, emang dia siapa?" Sahut Aldy tidak suka. Cowok itu sudah berada di samping kanan Nisa.

"Ketua kelas dan anak pemilik sekolah ini, kalo lo lupa," timpal Sifa mengingatkan Aldy yang lupa dengan posisi Riu. Entah lupa benaran atau hanya sekedar ucap.

"Ya gak lupalah! Maksud gue dia kan bukan siapa-siapanya kita yang bebas ngelarang Ecy mau kemana aja?"

"Emang lo siapa-siapanya kita juga?" sahut Sifa sambil tersenyum miring.

"Gue kan teman kalian juga, ya gak Sa?" Aldy meminta persetujuan Nisa.

"Yoi, lo temen kita juga."

"Tuh denger, gue temen kalian juga," ucap Aldy bangga.

Sifa hanya mendelik, mencibir Aldy dengan bibirnya. Cowok itu selalu mengikuti kemana pun mereka pergi. Lebih tepatnya Nisa, dia bagaikan ekor Nisa saja, yang selalu mengekorinya.

Ketiganya sampai di kantin dan mulai memesan makanan. Tidak lupa juga mereka memesankan makanan untuk Ecy.

"Ecy mana sih? Kok lama banget?"

"Gue susul aja ke kelasnya, ya." Aldy hendak berdiri, namun berhenti saat melihat Ecy yang berjalan kearah mereka. Cowok itu tersenyum manis, lalu berkata, "Nah, itu dia udah dateng."

Ecy tersenyum kearah teman-temannya, namun karena tidak melihat sekitar dia menginjak sebutir kelereng di lantai. Hingga membuat keseimbangannya terganggu. Reflek Ecy memegang seseorang sebagai pegangan agar dia tidak jatuh. Namun sialnya dia salah pegang, yang dipegangnya justru semangkok bakso yang cowok itu bawa hingga tumpah ke lantai.

Ecy meniup-niup tangannya yang panas. Dia belum sadar jika orang di sampingnya menatap dingin.

"Cy! Lo gak pa-pa?" Nisa dan Sifa menghampiri Ecy, disusul Aldy di belakang mereka.

"Tangan lo merah!" Tegur Aldy panik.

"Wah, kena baju Riu," guman Sifa yang membuat Ecy menoleh cepat kearah Riu. Seketika matanya melotot, tangannya dengan refleks membersihkan seragam Riu yang ketumpahan kuah bakso.

"Maaf Riu aku gak sengaja." Ecy panik sambil terus membersihkan seragam Riu yang kotor.

"Udah gak usah!" Riu menepis tangan Ecy yang membersihkan seragamnya. Lalu cowok itu meletakkan mangkok bakso kesalah satu meja dan pergi berlalu meninggalkan kantin.

Sebelum itu, dia berujar dingin. "Dasar pengganggu!"

Raut wajah Ecy sedih. Dia merasa bersalah karena sudah membuat Riu kesal. Apalagi cowok itu tidak jadi makan karenanya.

"Maaf ... aku gak sengaja." Ecy menunduk sedih.

"Udah gak pa-pa, kok. Riu orangnya emang kayak gitu kok, iya kan Nisa?" sahut Aldy.

TIGA SEKAWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang