"Gimana? Aktif gak?"
Nisa menghampiri Ecy yang sedang menghubungi Sifa. Ecy menggeleng sedih.
Nisa meletakkan sarapan mereka diatas kasur. Pagi-pagi sekali Ecy sudah datang ke rumah Nisa. Mengajak cewek itu untuk membolos, mengunjungi rumah Sifa.
Dari semalam mereka terus saja menghubungi Sifa, tapi sahabatnya itu tak mau mengangkat teleponnya. Pesan mereka pun tak dibalas Sifa. Pagi ini, nomor Sifa malah tidak aktif. Membuat Nisa dan Ecy semakin khawatir.
"Sifa benaran marah sama kita." Ecy menatap Nisa sedih.
Melihat itu Nisa menghela napas kasar, lalu menepuk pundak Ecy. "Kita sarapan dulu, setelah itu langsung ke rumah Sifa, gimana?"
Ecy mengangguk setuju dan mengambil roti yang Nisa berikan padanya.
Kedua sekawan itu memakan sarapan mereka dalam diam.
Ecy teringat sesuatu, dia menatap Nisa sedikit antusias. "Nis, kamu tau? Semalam Aldy ada nelpon akuu, terus dia bilang udah ada disini, di rumahnya."
"Eh, serius??" Nisa menatap Ecy terkejut dengan berita yang disampaikannya.
"Iyaa! Bahkan aku udah bilang ke dia buat hubungi kamu, tapi liat reaksi kamu yang baru tau, keknya Aldy belum ngabarin kamu ya?"
Nisa mengangguk sedih. "Iya. Dia sama sekali gak ada hubungi gue." Raut wajah Nisa semakin mendung.
Ecy jadi tidak enak karena sudah membahas ini. Dia tersenyum sumringah, berusaha menghibur suasana hati Nisa agar lebih baik lagi.
"Eii, mungkin dia lagi sibuk kali. Soalnya dia lagi nyiapin sesuatu buat kamu," pancing Ecy agar Nisa lebih bersemangat lagi.
"Beneran?" Nisa memicingkan matanya pada Ecy.
"Iya, semalam dia bilang ke aku kayak gitu."
"Emang Dia nyiapin apaan?" Tanya Nisa sedikit penasaran.
"Itu~ rahasia!"
Ecy menghabiskan susunya lalu pergi ke dapur. Disusul Nisa yang memaksanya untuk memberitahu sesuatu apa yang sedang disiapkan Aldy.
Sebenarnya Ecy juga tidak tahu. Ecy ngarang saja. Sepulang dari acara pernikahan Fathan dan Olin, Ecy belum menghubungi Aldy. Bahkan Welly saja, yang notabenenya pacarnya, belum dihubunginya.
Seperti yang dikatakannya di telepon, Aldy benar-benar mengirimkan susunan rencana untuk merayakan ulang tahun Nisa. Tapi karena dia tidak mood, Ecy tidak membuka pesan Aldy.
Ecy dan Nisa benar-benar cukup terpuruk dari masalah Sifa. Mereka tidak minat melakukan apapun. Yang mereka lakukan hanya menghubungi Sifa dan menunggu balasan dari Sifa.
Nisa dan Ecy juga tidak bisa memaksa Sifa untuk memaafkan mereka dengan cepat. Mereka berdua tahu, jika mereka salah. Tapi dengan muka tebalnya mereka tetap akan mendatangi Sifa untuk meminta maaf.
Sekarang mereka berdua sudah berdiri di depan rumah Sifa. Membunyikan bel, tapi tidak kunjung ada yang membukakan pintu.
"Sifa beneran gak mau ketemu kita?" Ecy sudah mulai overthingking.
Nisa masih tetap membunyikan bel rumah Sifa. Dia menekannya dengan brutal. Nisa tidak mau menyerah.
"Ngapain kalian berdua?"
Muncul wanita seumuran mama mereka, namun terlihat lebih modis, datang mendekat ke arah Nisa, lalu membuka pintu gerbang. Wanita itu masuk ke mobilnya lagi dan menjalankan mobil memasuki halaman rumah Sifa. Dengan cepat Nisa dan Ecy mundur kebelakang saat mobil itu maju mendekati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA SEKAWAN
Random"Gue ngerasa jadi sahabat Aldy gak guna banget. Gue seharusnya dukung dia sama lo Cy, bukannya malah ngambek terus diemin dia sampe berhari-hari. Hiks!" Nisa menutup wajahnya sambil terisak. Ecy dan Sifa yang melihat Nisa tiba-tiba menangis, bergera...