Setelah dari minimarket dekat rumahnya, Welly langsung pergi ke taman bersama para anak kecil itu. Jarak taman tidak terlalu jauh dari perumahan tempat Welly tinggal. Karena di rumahnya ada acara arisan Mamanya, cowok ginsul itu disuruh Mamanya untuk menjaga para bocil itu.
Welly tidak pernah menyangka bahwa dia akan bertemu tatap muka dengan kakak kelasnya, Ecy, di minimarket. Waktu lalu Welly juga bertemu dengan Ecy di Mall, tapi Welly enggan untuk menyapa. Dia hanya menatap Ecy dari jauh saja. Welly masih belum siap untuk berhadapan langsung dengan Ecy. Namun kondisinya di minimarket, siap tidak siap, membuat Welly menampakkan wajahnya secara langsung pada gadis itu.
Setelah sekian lama akhirnya mereka bertemu lagi. Dua tahun terasa sangat lama untuk dua orang yang tidak pernah bertemu atau sekedar papasan saja. Padahal rumah keduanya berada di tempat yang sama, cuma berbeda blok saja. Tidak pernah sekalipun Ecy melihat Welly atau sebaliknya. The real dunia yang luas.
"Nomor rekening kamu?" tanya Ecy sambil mengambil pulpen di saku seragam sekolahnya dan bersiap untuk menulis di tangannya.
"Gak perlu. Anggap aja sebagai ganti rugi dari kenakalan Leo dan teman-temannya."
Ecy menatap Welly serius. "Mereka gak ngerusakin apa-apa, ya mungkin buat aku sedikit repot aja. TAPI, semua belanjaan aku yang kamu bayarin karena kenakalan mereka itu, bukankah terlalu berlebihan?" tanya Ecy sedikit kesal dengan tingkah cowok itu di tempat kasir tadi.
"Terima aja! Kalau ngerasa terbebani, traktir aku saat kita ketemu lagi," sahut Welly sambil tersenyum, sehingga menunjukkan ginsul manis yang tercetak di gigi rapi cowok itu.
Mendapatkan jawaban tiba-tiba seperti itu dari mantan crushnya membuat Ecy gugup tak beralasan. Dengan terburu-buru cewek itu langsung pergi meninggalkan Welly tanpa sepatah kata pun.
"Kenapa dia tiba-tiba pergi gitu aja? Apa gue salah ngomong, ya?" tanya Welly pada diri sendiri saat mengingat pertemuannya di minimarket dengan Ecy.
Welly menatap lurus ke arah Leo dan teman-temannya bermain. Mengawasi dari tempatnya duduk. Saat matanya tanpa sengaja melihat ke arah gazebo taman, cowok itu bergerak memastikan. Menatap lurus ke arah satu-satunya gadis yang rambutnya dicepol yang sedang tertawa bersama kedua temannya. Senyum tipis terbit di bibir Welly.
"Ternyata kamu di sini juga."
***
"Ini mah semua snacksnya manis semua," seru Sifa sambil bergedik ngilu, merasakan cemilan coklat itu jika menyentuh giginya.
Sifa tipe orang yang tidak suka makanan yang terlalu manis. Bukan berarti dia tidak akan memakannya, jika sesekali saja tidak masalah. Sifa lebih suka jenis makanan yang pedas, asin dan gurih saja. Ah, satu lagi! Cewek itu sangat tidak suka makanan yang pahit. Walaupun saat minum obat, dia tidak sesulit Ecy. Tapi seperti jenis sayuran yang terasa pahit baginya dia tidak akan mau memakan itu.
Ecy memeriksa kantong plastik itu dan mengeluarkan snacks yang dia beli. Semuanya bukan pesanan teman-temannya. Akibat buru-buru menghindari Welly, Ecy jadi lupa dengan pesanan kedua sahabatnya. Cewek itu mendesah pelan, merasa bersalah tidak membeli cemilan yang sesuai dengan pesanan kedua sahabatnya. "Sori yaa, aku malah salah ambil."
"Lo gak kenapa-napa, kan?" Tanya Nisa khawatir. "Sejak ketemu cowok tadi lo jadi banyak ngelamun sama ngerutin kening mulu. Beneran dia adek kelas lo waktu SMP?" tanya Nisa hati-hati.
Ecy mendesah panjang saat kedua sahabatnya menatap khawatir. Mungkin sebaiknya Ecy memberitahu tentang Welly kepada dua sahabatnya.
"Dia emang adik kelas aku waktu SMP. Dan.. dia juga crushku waktu SMP." Ujar Ecy cepat sambil menutup wajahnya yang memerah karena malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA SEKAWAN
De Todo"Gue ngerasa jadi sahabat Aldy gak guna banget. Gue seharusnya dukung dia sama lo Cy, bukannya malah ngambek terus diemin dia sampe berhari-hari. Hiks!" Nisa menutup wajahnya sambil terisak. Ecy dan Sifa yang melihat Nisa tiba-tiba menangis, bergera...