ketiga orang asing yang memakai jubah untuk menutupi wajah mereka kini menatap lekat pada sebuah istana megah nan mewah, setiap sisi tertentu dilapisi emas yang membuat istana itu terlihat lebih besar dibandingkan istana yang lain.
Jika ditanya istana siapa maka jawabannya adalah Silla. Ya, saat ini ketiga orang tersebut berada diatas tebing yang bisa melihat luasnya kerajaan Silla.
Salah satu mereka masih menatap lamat namun tidak lama matanya memburam, ia mencoba menahan laju air matanya dengan menggigit bibir bawahnya. Tidak, ia tidak akan mampu menahannya.
Merasa ada tangan yang mengusap bahunya membuat air matanya jatuh detik itu juga, benar saja air matanya tak henti-hentinya mengalir membasahi pipi dan juga lehernya. Meski tidak terlihat karna tertutup tudung jubah namun dengan melihat bahu bergetar juga baju bagian dada basah bisa disimpulkan bahwa sang pangeran sedang menangis pilu saat ini walau tidak mengeluarkan suara.
"Lepaskan saja pangeran... Kami tahu kau sedang menahan tangismu." Ucap salah satu temannya yang kebulean.
"Tidak ada salahnya jika anda meluapkan semua yang anda rasakan selama ini, anda bisa berteriak untuk melampiaskan sesaknya." Sambung lelaki manis tersebut.
Sang pangeran hanya diam tidak menjawab, kedua tangannya terkepal bahkan bergetar karna saking kuatnya, kedua temannya memilih beralih menghadap kebelakang karna tidak ingin melihat sisi rapuh sang pangeran.
Seakan tidak mampu menopang tubuhnya kini kedua lututnya menyentuh tanah, detik demi detik dilewati dengan keterdiaman namun tidak lama isakan kecil keluar dari celah bibirnya. Kedua temannya memejamkan mata saat isakan tersebut semakin keras hingga terdengar teriakan pilu, karna baru kali ini mereka bisa merasakan kesedihan yang sepuluh tahun lamanya mereka bersama namun sang pangeran sama sekali tidak pernah menunjukkan sisi lemahnya bahkan bisa dibayangkan seberapa dalamnya pangeran menekan rasa rindu dan sedihnya.
"Ibu..." Lirih pangeran sarat akan kerinduannya.
Pangeran membenamkan kepalanya dikedua lututnya yang ia peluk erat, ia bisa merasakan bulu halus nan lembut menyentuh lengannya. Pangeran memilih diam, ia sama sekali tidak terkejut karna tahu yang bersamanya saat ini adalah Thomson.
Jika kalian lupa, Thomson itu serigala yang sempat menyerang mereka bertiga.
Geraman yang dikeluarkan Thomson untuk memberi tanda bahwa ia ada disisi pangeran, Thomson masih mengusap kepalanya dilengan pangeran agar menoleh kepadanya. Karena tidak ada pergerakan dari pangeran membuat ia mendorong tubuh itu pelan.
"Aku merindukan mereka..." Lirih pangeran.
Meski tidak mengerti apa yang diucapkan pangeran namun Thomson bisa meraskan apa yang dirasakan pangeran saat ini, ia masih berusaha mengambil perhatiannya pangeran dengan ia yang selalu mengusap kepalanya pada lengan pangeran.
Sang pangeran mendongak dengan mata sembab bahkan masih ada jejak air matanya, sang pangeran bisa melihat serigalanya menatapnya sendu bahkan pangeran langsung memeluk Thomson.
Kedua temannya memang masih waspada terhadap Thomson serigala besar itu namun dengan melihat pangeran mereka dan serigala besar yang jinak dalam pelukan pangeran membuat mereka mengurungkan niatnya, mereka malah ikut sedih melihat pemandangan tersebut.
"Aku juga merindukan ayah dan ibuku." Ucap lelaki manis tersebut.
Temannya yang berada disebelahnya merangkul lelaki manis itu untuk kuat. "Bukan kau saja, tapi kita bertiga juga merindukan kelurga kita, kehangatan keluarga kita."
Cukup lama mereka berdua melihat pangeran yang sudah melepaskan pelukannya pada serigala itu, lelaki bule temannya pun memanggilnya.
"Pangeran!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mystery of a Future King✔
RandomKerajaan memang identik dengan hal yang berbau kemegahan dan kemewahan, namun apa jadinya jika kerajaan Silla yang ditempati oleh King Chanyeol beserta istri dan ketiga anaknya adalah kerajaannya yang hanya selalu memiliki hari kesedihan, apa ini se...