Dokyeom memasuki kamarnya.
"Keluar!" perintahnya pada semua pelayan dan penjaga disana.
Semua orang menunduk lalu berjalan perlahan, saat mendengar suara pintu kamarnya tertutup Dokyeom segera menguncimya dari dalam, ia menatap kosong lantai kamarnya. Tanpa sadar kini ia sudah berada ditengah kamarnya, perlahan tubuhnya merosot kelantai.
"Kenapa semuanya semakin rumit? aku-ak-.... Arrgghh." Teriak Dokyeom keras, ia berkali-kali memukul lantai kamarnya.
Dokyeom terus memukul lantai kamarnya sampai tidak sadar kedua kepalan tangannya sudah mengalirkan darah bahkan dilantai juga sudah ada bercak darah, Dokyeom bangkit dari duduknya ia mengacak seluruh kamarnya bahkan sesekali ia berteriak sampai nafasnya tersenggal. Meski ia fisiknya kuat namun berbanding terbalik dengan hatinya, Dokyeom yang merasa lelah menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur bahkan sudah dipenuhi oleh kapas-kapas yang bertebrangan.
Menatap langit kamarnya kosong, namun tiba-tiba jantungnya berdenyut sakit bahkan sangat menyakitkan membuatnya memejamkan mata erat.
"Aku tidak bisa memilih antara ibu dan Joshua, mereka berdua orang yang aku cintai..." Lirihnya sendu.
Semakin lama ia memejamkan matanya maka akan semakin betambah jantungnya berdenyut sakit, perlahan sakit yang ia rasakan keluar dengan bentuk air mata yang mengalir deras dari kedua sudut matanya.
Tidak menahan bahkan tidak mengusap, Dokyeom hanya membiarkan air matanya mengalir deras.
"Sungguh ini terasa lebih menyakitkan dari pada luka, aku seperti memilih antara hidup dan mati." Ujarnya sendu.
Dokyeom berteriak keras namun tetap saja tidak bisa membuatnya bisa sedikit tenang, ia membungkam mulutnya untuk menekan perasaanya namun hal itu malah bertambah sakit membuatnya melepaskan tangan dari mulutnya.
Isakan lirih pilunya Dokyeom mengalun mengisi kamar Dokyeom yang sunyi, semua orang yang masih berada didepan kamarnya pun bisa merasakan kesedihan pangeran mereka.
"Aku siap menjadi Raja namun tidak dengan kehilangan Joshua, hikss kenapa memberikanku pilihan yang sulit?" keluh Dokyeom.
Diluar kamarnya tampak Dino yang berjalan sedikit tergesa untuk memasuki kamar Dokyeom, Dino yang melihat pelayan disana menunduk sedih menanyakan pada mereka.
"Kenapa kalian ada diluar?"
"Kami disuruh untuk keluar pangeran."
"Siapa yang menyuruhnya?"
"Pangeran kedua."
"Apa yang terjadi selama kalian meninggalkan pangeran kedua sendirian didalam kamar?"
"Kami hanya mendengar suara baramg yang berjatuhan dan juga teriakan." Jelas salah satu pelayan tersebut.
'Apa hyung seterpuruk itu?' -batin Dino.
"Baiklah, tinggalkan ruangan ini dan suruh semua orang untuk tidak menemui kami berdua sebelum kami sendiri yang memerintahkan." Perintah Dino.
"Baik Pangeran ketiga, kalau begitu kami permisi." Semua pelayan membungkuk sopan yang dibalas anggukan dari Dino.
Dino mengetuk pintu kamar Dokyeom pelan namun tidak ada juga sahutan dari dalam.
"Hyung bukan pintunya, ini aku."
Dokyeom memang mendengarnya namun memilih diam, ketukan dan panggilan dari Dino membuat ia menghela nafas lalu berdiri. Ia berjalan untuk membuka pintu sambil menghapus jejak air matanya, saat pintu terbuka ia disuguhkan dengan tatapan Dino yang sangat khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mystery of a Future King✔
RandomKerajaan memang identik dengan hal yang berbau kemegahan dan kemewahan, namun apa jadinya jika kerajaan Silla yang ditempati oleh King Chanyeol beserta istri dan ketiga anaknya adalah kerajaannya yang hanya selalu memiliki hari kesedihan, apa ini se...