Poem with love

1.8K 324 62
                                    



15 | Poem with love





SEPULANG sekolah, Hinata dan Sakura memutuskan untuk mampir di kafe terdekat sejenak. Melepas penat karena mereka berdua sama-sama di padatkan dengan jadwal klub masing-masing. Sakura tampak sedang bercermin memerhatikan rambut merah mudanya yang tampak lembab. Hinata sendiri sibuk melamun seraya menyeruput greentea, ia menghela napas lelah.

"Rambutku mulai bercabang," ujar Sakura pada diri sendiri, wajahnya cemberut karena selain bercabang, rambutnya tampak kering dari nutrisi.

Hinata mendengus. "Kau sering kali mencatok rambutmu, apalagi sering menggunakan hairdryer agar rambutmu itu cepat kering." Komentar Hinata.

Sakura mendesah. "Mau bagaimana lagi, rambutku juga terlalu tebal untuk cepat kering." Sakura mulai menuangkan madu pada pancakenya, lalu memotong dan melahapnya.

Mereka berniat makan ramen sebelumnya, tapi Hinata tiba-tiba ingin mampir di kafe saja. Sesuatu yang sangat langka, biasanya Hinata menggebu-gebu sekali jika sudah diajak ke kedai ramen.

"Bagaimana campingmu pekan lalu? Aku lupa menanyakannya. Apa seru?" Tanya Sakura, Hinata menggidig bahu tampak tidak bersemangat.

"Bukan seru, aku malah dapat musuh baru." Ujar Hinata, membuat Sakura menaikan sebelah alisnya.

"Apa maksudmu Naruto?" Tanya Sakura, membuat Hinata tersedak seketika. Wajahnya langsung memerah karena terbatuk, Sakura segera menepuk-nepuk pelan punggung Hinata.

"Maaf, aku membuatmu terkejut ya?" Tanya Sakura, Hinata menggeleng dan mengambil sapu tangannya di saku, lalu mengelap mulutnya.

Membahas Naruto sekarang, membuatnya mengingat pernyataan suka lelaki itu. Hinata masih sensitif mendengar nama lelaki itu. "Bukan Naruto."

"Lalu?"

"Seorang gadis, dia dari kelas unggulan. Kalau tidak salah namanya Shion Hatake. Dia sangat mengintimidasiku." Tutur Hinata, membuat Sakura membulatkan matanya.

"Benarkah? Mengapa dia bisa menjadi musuhmu?"

"Kau mengenalnya?"

"Siapa yang tidak kenal dia?! Dia anak cerdas sekaligus kaya raya di sekolah kita." Tutur Sakura berapi-api, "demi kami-sama, aku bahkan ingin menjadi temannya. Setidaknya untuk menyelamatkan posisiku dari murid beasiswa."

Hinata menggaruk-garuk kepalanya. "Terlalu banyak orang kaya di sekolah kita, sepertinya hanya kita yang berasal dari bawah tanah."

"Setahuku, Shion juga berasal dari SMP Nada, dia penari ballet yang sudah terkenal. Tapi, tetap saja kekayaanya tidak akan menyaingi keluarga Naruto. Begitu yang aku tahu." Ujar Sakura membuat Hinata menyengrit.

"Memang seberapa kaya keluarga Naruto? Kupikir dia sama seperti orang-orang kaya di sekolah. Standar bukan?"

Kini, gantian Sakura yang tersedak. "Kau sungguh tidak tahu keluarga Naruto? Apa kau hanya bercanda? Sekolah Nada di ciptakan begitu megah dan mewah, kau pikir itu kekayaan yang standar? Astaga."

"Untuk apa aku mengulik kekayaan orang lain?! Tidak penting bagiku. Lagipula yang kayak itu Neneknya kan?" Hinata memutar bola matanya.

"Astaga. Kau benar-benar kuper Hinata." Sakura mengusap mulutnya dengan tissu, lalu mengeluarkan ponselnya. Ia mengetik sesuatu di sana, hingga menunjukkan laman website pada Hinata.

"Keluarga Naruto menjadi jajaran orang terkaya di Jepang, meski masih menduduki posisi ke tiga. Tapi, tidak sulit baginya untuk membelikanmu rumah hari ini juga." Sakura menunjukkan riwayat dan silsilah keluarga Senju dan Uzumaki, dua klan terhormat yang di sinyalir berasal dari keturunan kerajaan di masa lampau.

Literacy Club [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang