Satu Frekuensi

2K 395 76
                                    




2| Satu Frekuensi

NARUTO bukan lelaki yang haus pengakuan ketika lelaki bersurai pirang itu memutuskan untuk bersekolah di sekolah milik Neneknya, Tsunade. Bukan tanpa alasan, sekolah yang didirikan Neneknya ini termasuk sekolah favorite para anak Jepang. Selain fasilitas yang memumpuni, guru-guru yang mengajar sudah terakreditasi sebagai guru dengan pengalaman segudang. Bahkan, pelatih baseball di klub Naruto adalah mantan atlet olahraga tersebut.

Hatake Kakashi adalah atlet baseball yang baru saja pensiun, Naruto menantikan ilmu-ilmu menakjubkan dari pelatih baseballnya itu. Sebenarnya, Naruto sudah meminta secara pribadi pada Kakashi untuk menjadi pelatihnya, namun pelatih Nada Senior High School itu menolak dengan halus,

"Maaf, tapi aku lebih senang berbagi ilmu pada banyak murid. Jika kau mau, bergabunglah di klub baseball di Nada, aku menjadi pelatih tetap di sana."

Tanpa ragu lagi, Naruto meminta pada Tsunade untuk memasukkannya pada sekolah swasta berbasis internasional milik Neneknya itu. Lelaki bersurai pirang itu melepas keinginanya untuk bersekolah di luar negeri, tepatnya di New York untuk bergabung pada Klub Baseball ternama yang diimpikannya.

Selain bermimpi menjadi anggota baseball, mengikuti sepak terjang menakjubkan milik Kakashi juga impian terbesarnya.

Dan hari ini sudah memasuki minggu ke empat Naruto tercatat sebagai murid Nada Senior High School. Lelaki bersurai pirang itu sudah di istimewakan secara tidak masuk akal, para murid bisa serentak bergeser dan membiarkannya berjalan dengan tenang. Para guru menyapanya dengan sopan, begitupula fakta kalau meja di kantin seperti sudah disiapkan untuknya.

Naruto berdecak, menoleh pada Sasuke yang kini terdiam dan dengan tenang melahap onigirinya.

"Sasuke, kenapa mereka bersikap berlebihan? Aku hanya ingin bersekolah, bukan menjadi penguasa di sini."

Sasuke ikut berdecak diikuti kekehan Sai. "kau cucu pemilik sekolah, sangat wajar mereka memperlakukanmu bagai dewa." Tutur Sai.

Naruto memutar bola matanya, jika saja bukan karena Hatake Kakashi yang kontroversial dikatakan sebagai pelatih di sekolah ini. Naruto sangat enggan mendiami sekolah Neneknya, selain lelaki itu akan mendapat tindakan di segani, Naruto juga tidak nyaman terlalu di sorot sebagai anak istimewa.

Catat, Naruto hanya seorang cucu. Bahkan bukan termasuk murid dengan beasiswa, bukan pula yang sangat pintar hingga di katakan berprestasi. Naruto tidak suka jika lelaki itu di kenal dengan gelar Uzumaki keturunan Senju. Sebuah silsilah keluarga terhormat, namun bukan pula jati diri Naruto.

Mengemban nama Keluarga itu menyebalkan untuknya. Sekali sebut, orang lain bergidig segan.

"Memang kenapa Naruto? Bukannya itu sebuah keuntungan? Kau tidak perlu repot-repot membangun reputasi sebagai murid teladan. Para guru bisa segan untuk memperlakukanmu dengan buruk." Shikamaru menuturkan, lalu lelaki bersurai daun nanas itu terkekeh saat Naruto mendengus.

"Sepertinya hanya Kakashi Sensei yang tidak terpengaruh marga keluargaku atau fakta bahwa aku cucu pemilik sekolah." Tutur Naruto, yang lantas membuat Shikamaru terbahak. Sasuke tersenyum miring dan melahap kembali onigirinya dengan tenang.

"Benar, aku ingat seleksi pertama kau di bentak karena terlambat." Tutur Shikamaru, mengingatkan kejadian hari pertama seleksi Klub Baseball, Naruto datang dengan wajah berkeringat dan terlambat, saat itu napas Naruto bahkan tersenggal-senggal.

Literacy Club [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang