7 | Impas
TANGAN Hinata mengepal kuat, baru saja gadis bersurai indigo itu hendak berlari mengejar Naruto yang lancang menciumnya, suara langkah berderap terdengar. Menoleh, Hinata mendapati Sakura berlari ke arahnya dengan wajah panik.
"Hinata! Kau baik-baik saja? Astaga! Bajumu penuh tepung!" Sakura berdiri di depan Hinata dan netra zamrudnya membola terkejut, gadis bersurai merah muda itu menepuk-nepuk seragam sahabatnya, membuat tepung luhur dari seragam Hinata. Bau amis dan air danau menguar, membuat Sakura menjepit hidungnya dengan tangan.
"Mengapa kau diam saja di bully seperti ini Hinata?!" Sakura memekik kesal, mempertanyakan sikap bar-bar Hinata yang hilang dan membiarkan seragam gadis itu di penuhi tepung. Hinata juga selalu benci penindasan yang di limpahkan padanya, mengapa Hinata diam saja saat di bully habis-habisan?!
Hinata mendengus kesal, sejenak bayang-bayang menyebalkan wajah Naruto yang usil hilang. Berganti sosok senior bernama Neji, yang menjadi sebab-akibatnya ia menjadi target bully. "Aku mencoba bicara dengan Neji-nee-san, tapi mereka—"
"Kau bicara dengan Neji? Hinata, kau sudah gila? aku sudah memperingatimu untuk tidak bicara dengannya. Berhenti mencari masalah, kita hanya—"
Hinata mengangguk mengintrupsi kalimat Sakura. "Ya, di sini kita hanya murid beasiswa. Aku tahu itu." Tekan Hinata kecut, gadis bersurai indigo itu mengerucutkan bibirnya.
Mengapa ia berani mengusik Neji di sini? Hinata benar-benar merasa bodoh.
"Aku tahu kau mencoba bicara dengan Neji akhir-akhir ini. Tapi, aku merasa itu bukan tindakan yang tepat. Dia nyaman sebagai orang lain, kau tidak perlu mengusiknya lagi."
Mendengar penuturan Sakura, Hinata hanya diam dan kepalanya sedikit menunduk. Ah, Hinata hanya merindukan Neji. Lelaki bersurai coklat itu adalah alasan Hinata mengambil beasiswa yang di tawarkan SMA Nada. Tapi, benar kata Sakura, Neji nyaman di sekolah ini. Lelaki itu telah menjadi senior terkenal dengan prestasi segudang. Setidaknya, Neji telah bahagia meski bukan sebagai Neji yang Hinata kenal.
"Aku hanya merindukannya, Sakura. Aku merindukan Neji-neesan."
Sakura mendengus. "Tapi dia tidak merindukanmu dan kau harus menyadari itu." Sakura menarik tangan Hinata untuk mengajaknya berganti seragam. "Kau membawa baju olahragakan?"
Hinata mengangguk. Sakura menarik Hinata untuk ke toilet sekolah, beberapa pasang mata memerihatikan Hinata yang penuh tepung dan mengeluarkan bau tidak sedap di sepanjang koridor. Murid-murid berbisik melihat Hinata, hingga salah satu murid membawa nama Naruto dalam percakapan mereka membuat Sakura mendengarnya.
"Dia gadis yang membuat Naruto-kun juga ikut di bully."
"Apa benar Hyuuga juga memiliki jimat pengikat hingga cucu pemilik sekolah tertarik padanya?"
"Aneh bukan tiba-tiba Naruto-kun rela di bully bersama gadis seram itu? Dia lebih mirip Sadako daripada gadis cantik."
Telinga Hinata rasanya panas mendengar penuturan di sepanjang koridor. Sakura mendengarnya hanya mampu mendengus dan melangkah lebih cepat untuk sampai toilet sekolah.
"Kau di bully bersama Naruto?" Sakura bertanya setelah Hinata keluar dari toilet dengan seragam olahraga. Hinata mendengus kesal dan menghampiri cermin, Sakura mengangsurkan sisir miliknya. Hinata menyisir rambut panjangnya.
"Dia tiba-tiba datang, kukira dia akan menolongku. Tapi dia memilih untuk di bully juga. Lelaki aneh!" Hinata menghentak sisirnya, gadis itu mengingat jelas derap langkah Naruto dan napas terengah-engah lelaki itu saat menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Literacy Club [END]
Teen Fiction"Ini lokerku!" "Tapi ini nomor lokerku!" "Minggir." "Tidak." "Minggir!" Uzumaki Naruto di libatkan pertengkaran menyebalkan dengan Hyuuga Hinata di ruang Klub Literasi. Ke dua manusia itu terlibat insiden loker, Naruto jelas mempertahankan nomor lok...