35 | Honesty
"HINATA, kau sudah menentukan universitas?" Pertanyaan Hiashi itu meluncur ketika mereka sedang makan malam. Hinata terdiam sejenak, Hanabi tampak melirik kakaknya, Hinata memilin bibirnya dan mengangguk.
"Apa butuh biaya ke luar negeri?" Pertanyaan Hiashi itu membuat Hinata mendongak seketika, Ayahnya tersenyum lembut.
Hinata menggeleng. "Aku akan tetap di Jepang. Aku ingin masuk Todai." Tutur Hinata, membuat Hiashi sedikit terkejut.
"Kupikir, kau mengincar universitas luar negeri." Tutur Hiashi, Hinata menggeleng. "Jangan karena khawatir dengan Otou-san, kau mengabaikan impianmu. Kau boleh mengejar universitas yang kau inginkan, Hinata." Sambung Hiashi.
Namun, Hinata tetap menggeleng.
"Aku memang berniat berkuliah di sini, Otou-san." Tutur Hinata, dulu ia punya niatan ke luar negeri apalagi wilayah Eropa, tetapi seiring berjalannya waktu, berproses di negerinya sendiri juga tidak terlalu buruk. Hinata sudah bisa bekerja di saat ia masih SMA seperti sekarang, ia sudah punya pengalaman tentang dunia percetakan karena bekerja di kantor penerbit. Hinata rasa, ilmu yang sedikit demi sedikit itu menjadi pengalaman yang baik untuknya.
Hiashi mengangguk paham.
"Apa Otou-san tak ada kendala apapun selama bekerja dengan Shouta Group?" Hinata bertanya pelan, Hiashi terkekeh pelan dan menggeleng.
"Tidak, bekerja dengan mereka cukup menyenangkan. Sejauh ini, selaras dengan prinsip Otou-san." Hiashi tampak sumringah, membuat Hinata tersenyum lembut melihatnya.
Hiashi sepertinya sangat nyaman bekerja di Shouta Group karena tubuhnya terlihat sangat bugar dan lebih sehat.
Semenjak Hiashi berangsur sehat dari waktu ke waktu, Ayahnya memutuskan tak ingin lagi kembali ke perusahaan milik keluarga Shion.
Hiashi tak bekerja selama beberapa bulan waktu itu, selama beberapa bulan itu Hinata yang bekerja menanggung biaya kehidupan di rumah sesekali dibantu oleh Neji, sehabis kelulusan, Neji sering kali mampir ke rumah untuk mengobrol dengan Hiashi. Neji selalu memberikan pertolongan dan bilang pada Hinata jika perlu bantuan, katakan padanya.
Sampai kemudian Neji menawarkan pekerjaan yang cocok dengan pengalaman Hiashi. Hiashi tak enak hati menerimanya, namun Neji terus membujuk dan berkata bahwa akan sangat baik perusahaan Ayah angkatnya bila memperkerjakan orang seperti Hiashi.
Hiashi akhirnya menerima pekerjaan itu dan berangsur-angsur keadaan finansial semakin membaik karena dirinya sudah mulai bekerja lagi.
"Syukurlah.. Otou-san jangan sampai lupa untuk mengkonsumsi obat rutinnya." Hinata mengingatkan, gadis berambut indigo itu membereskan alat makannya.
"Nee-san, Otou-san. Bisa dengarkan aku?" Suara Hanabi kontras dari keheningan di meja makan, membuat Hinata mengerjapkan matanya dan kembali duduk untuk memberikan atensinya pada Hanabi.
"Kenapa Hanabi-chan?" Hiashi tersenyum lembut, membuat pipi gadis berambut coklat itu bersemu. Rasanya masih asing, jika Hiashi bersikap hangat bagi Hanabi.
"Ano.. aku mendapatkan undangan untuk bersekolah di Nada." Pernyataan itu membuat Hinata maupun Hiashi terkejut.
"Sungguh?!" Hinata terkejut senang, Hiashi terkekeh dan mengusap puncak kepala putri keduanya.
Hanabi mengangguk, namun wajahnya murung.
"Kenapa kau berwajah murung seperti itu?" Hinata bertanya lembut, mengelus bahu adiknya. Hanabi mengacak-ngacak pelan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Literacy Club [END]
Teen Fiction"Ini lokerku!" "Tapi ini nomor lokerku!" "Minggir." "Tidak." "Minggir!" Uzumaki Naruto di libatkan pertengkaran menyebalkan dengan Hyuuga Hinata di ruang Klub Literasi. Ke dua manusia itu terlibat insiden loker, Naruto jelas mempertahankan nomor lok...