4| Aka Niwa
HINATA dan Naruto di berikan dua buah buku dengan judul yang sama oleh Ketua Klub. Gadis bersurai indigo itu menelisik judul dan sinopsis pada buku dengan tema yang menjurus pada sex education. Sebenarnya, Hinata bukan tidak pernah membaca buku dengan jenis seperti seks apalagi jika itu memberi wawasan. Gadis itu sering kali bergumul pada Novel dewasa yang memacu adrenalinenya. Tapi, Ayolah, itu hanya koleksi pribadi. Bukan buku yang mudah di bedah dengan partner membaca.
Apalagi, partner membacanya seorang lelaki. Hinata akan mendiskusikan inti bacaan pada Naruto, menemukan makna edukasi dalam buku. Membayangkannya, Hinata merasa canggung.
Naruto berdeham dan menarik novel berjudul Tea Breath untuk di masukan pada laci meja. Enggan untuk membaca judul apalagi sinopsis, lelaki bersurai pirang itu berniat membaca per-babnya di rumah. Namun, Naruto juga mengetahui jika dalam beberapa kesempatan ia harus mengajak Hinata untuk mendiskusikan isi novelnya.
Bolehkan Naruto menyesal mengajak Hinata untuk menjadi partnernya?
"Kalian tidak perlu tegang seperti itu. Sex education selalu berkaitan dengan kisah cinta, apalagi umur enam belas tahun. Kalian tidak akan membaca cerita dengan penafsiran vulgar, mungkin akan lebih mengarah pada peran orangtua dan anak. " Ino terkekeh, melihat Hinata dan Naruto tampak membisu dan kaku untuk sekadar bergerak.
Naruto menggaruk lehernya yang tidak gatal, lalu tersenyum canggung pada senpai di depannya. Sedangkan Hinata sibuk melarikan pandangannya untuk membaca sebaris sinopsis pada buku yang di pegangnya.
Hinata bukan diam karena canggung saja, tapi keringatnya mengalir di pelipis saat membaca sinopsis dalam novel tersebut. Buku dengan penulis bernama Chieko Asuka menulis sebuah novel yang mengangkat kelainan sexualitas pada si tokoh utama, novel itu akan membawa dua tokoh utama terjun pada hubungan terlarang, cita-cita dan hasrat di pertaruhkan.
Hinata melirik pada Naruto, lelaki di sebelahnya tampak tenang dan tidak terusik. Netra perak keunguan milik Hinata jatuh pada laci milik lelaki itu, melihat bahwa novel yang sama di letakan di sana.
"Kistsune, kau sudah baca sinopsisnya?" Hinata bertanya pelan, para anggota yang lain tengah sibuk saling membaca dan menunjuk adegan-adegan yang mereka anggap menarik. Para Senpai juga sibuk memberi jawaban ketika anggota klub bertanya sesuatu yang tidak mereka paham.
Naruto menggeleng pelan. "Kenapa?"
"Baca dulu sinopsisnya. Butuh waktu berapa lama kau menghabiskan satu buku?" Hinata bertanya, surai panjangnya menutupi bingkai wajahnya dari samping. Naruto merapihkan surai panjang Hinata ke belakang, kulit pucat etnis asia sekarang tampak di penglihatan Naruto.
"Jangan sentuh rambutku." Hinata mendelik dan menggeser bangkunya, Naruto mendengus kasar.
"Rambutmu menghalangi pandanganku. Sebaiknya kau kuncir." Tutur Naruto sebagai saran, namun Hinata menggeleng tegas.
"Jangan atur penampilanku." Tutur Hinata, gadis bersurai indigo itu sekarang membuka halaman buku, mulai membaca bagian prolog. Naruto mendengus dan akhirnya ikut menarik buku di dalam laci mejanya, mata birunya membaca sinopsis terlebih dahulu.
"Aku biasanya menghabiskan satu buku dalam seminggu. Aku tidak terlalu sering membaca." Tutur Naruto seraya membaca sinopsis dalam novel, Hinata mendongakkan kepalanya, menemukan wajah setengah menunduk Naruto ketika mulai membuka lembaran buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Literacy Club [END]
Teen Fiction"Ini lokerku!" "Tapi ini nomor lokerku!" "Minggir." "Tidak." "Minggir!" Uzumaki Naruto di libatkan pertengkaran menyebalkan dengan Hyuuga Hinata di ruang Klub Literasi. Ke dua manusia itu terlibat insiden loker, Naruto jelas mempertahankan nomor lok...