14 | Love Language
HINATA tidak cantik, setidaknya gadis itu sadar ia tidak memiliki paras istimewa yang mampu menyedot perhatian publik apalagi mampu membuat seorang lelaki menyukainya. Tapi, kini Hinata harus bertanya langsung pada cermin milik penyihir untuk bertanya siapakah yang paling cantik di dunia ini? Karena Naruto berkata menyukainya! Hinata harus memastikan bahwa perkataan Naruto Uzumaki tidak keliru. Pernyataan sukanya seperti kejaiban dunia ke delapan yang harus di masukkan dalam buku atlas. Sangat tidak mungkin murid tersohor yang baru-baru ini selalu di ributkan menjadi pasangan siapa nantinya berakhir menyukainya.
"Naruto apa kau kerasukan setan hutan? Tolong jangan membuatku takut." Tutur Hinata setengah merinding, sulit di percaya anak orang terkaya di sekolah bekata menyukainya. Semoga kata suka dari Naruto tidak mengandung unsur romantis, jika iya Hinata yakin akan berakhir pingsan atau keracunan oksigen di sekitarnya.
"Apa pernyataan 'aku menyukaimu' membuatmu terkejut?" Tanya Naruto dengan ke dua alis yang terangkat heran.
Hinata melotot kesal. "Apa kau tidak takut orang lain akan menuduhmu memiliki kelainan seksual karena menyukai gadis sepertiku?"
"Gadis sepertimu? Dan apa hubungannya dengan kelainan seksual? Memangnya kau lelaki? Kupikir wajar aku menyukai seorang perempuan?" Naruto terheran-heran menatap Hinata.
"Di sekolah aku di kenal sebagai gadis aneh dan sedikit miskin? Tidak trendi dan seperti halnya fosil? Entahlah, mungkin aku termasuk golongan nerd yang benar-benar membuat orang menutup hidung mereka karena tidak ingin berbagi oksigen denganku. Kau buta? Aku bahkan sering di asingkan di klub."
"Ketua Tenten menyukaimu, lady Konan juga menyukaimu dan jangan lupa bahwa Kiba seperti menambamu menjadi ratu di hatinya. Apa kau buta? Sebagian besar orang mungkin melihatmu seperti papan penilaian yang di kepalai oleh standar, tapi sebagian kecil yang menyukaimu melihatmu dengan cara berbeda. Kau boleh saja tidak menyukai sebagian besar, tapi jangan pernah melupakan sebagian kecil yang membuatmu lebih bernilai dari apapun." Penuturan Naruto membuat Hinata mematung dengan mata yang tidak berkedip. Kunang-kunang masih mengitari mereka seperti peri yang memberkati keduanya dengan sinar cahaya.
"Apa rasa sukamu termasuk perasaan yang romantis?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Hinata, membuat gadis itu segera menutup mulutnya. Mengapa ia jadi kelewat percaya diri seperti ini?! Barang kali Naruto menyukainya hanya sebagai partner belajar——
"Jika iya, apa dapat mengubah sesuatu diantara kita?" Tanya Naruto dengan setengah gugup, jantungnya seperti konser musik yang menabuh drum lebih keras.
Sedangkan Hinata menahan napasnya. Mengubah sesuatu diantara mereka? Apa maksud dari kata-kata Naruto? Pikir Hinata.
"Lupakan saja." Tutur Naruto tiba-tiba, membuat Hinata menggigit bibirnya merasa suasana mulai tidak normal. Hatinya merasa aneh, ada perasaan senang layaknya kupu-kupu terbang di perutnya, tapi juga ada perasaan gelisah yang terus menerus menjadi tanda tanya. Perasaan terkejut dan tidak nyaman.
"Hinata!" Teriakan Kiba membuat Hinata dan Naruto terkejut, lelaki bersurai coklat itu muncul dari arah lain hutan dengan napas terengah-engah.
"Kiba-kun!" Hinata berteriak memanggil Kiba hingga lelaki itu berlari menghampiri Hinata hingga kemudian memeluk gadis itu.
"Aku mencarimu!" Kiba melepaskan pelukannya, lalu menangkup wajah Hinata seolah mengabsen wajah gadis bersurai indigo itu. "Kau tidak apa-apa kan? Ada yang sakit? Apa kau terluka?" Tanya Kiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Literacy Club [END]
Teen Fiction"Ini lokerku!" "Tapi ini nomor lokerku!" "Minggir." "Tidak." "Minggir!" Uzumaki Naruto di libatkan pertengkaran menyebalkan dengan Hyuuga Hinata di ruang Klub Literasi. Ke dua manusia itu terlibat insiden loker, Naruto jelas mempertahankan nomor lok...