6 | Naughty Kiss
NARUTO dan Hinata terdiam ketika para senior meninggalkan mereka berdua yang hampir sepenuhnya tertutupi tepung, lelaki bersurai pirang itu terbatuk dan menjepit hidungnya dengan tangan. Tidak tahan dengan bau amis yang menguar, Naruto berdiri dari posisi jongkoknya. Lelaki itu hendak ke toilet untuk membersihkan diri, namun Hinata tetap terdiam, gadis itu masih mengenakan topi baseball milik Naruto. Naruto menoleh dan mendapati gadis itu melamun.
"Pertunjukkannya sudah selesai, kau bisa bangun." Ucap Naruto, namun, seperti tidak dengar Hinata tetap diam dengan mata yang terus menatap lantai. Naruto berdecak, lalu membungkuk memerhatikan wajah melamun Hinata.
Gadis itu memiliki bibir yang mungil, namun bibir bawahnya sedikit tebal. Hinata memiliki warna bibir yang sedikit pucat, Naruto asumsikan jika gadis itu menggigil pasti bibirnya berwarna ungu pekat. Mata Hinata besar, netranya sedikit lebih penuh dari gadis kebanyakan. Lalu—tunggu, mengapa Naruto sibuk mengabsen bentuk wajah Hinata?
"Ayo bangun." Naruto mengajak ke dua kalinya. Tetapi Hinata hanya berdecak sebal, gadis itu melepas topi Naruto dan melihat lambang elang di depan topi sebagai simbol klub baseball sekolahnya. "Seharusnya aku melawan mereka." Tutur Hinata, gadis itu kembali menyematkan topi milik Naruto pada pemilik sahnya.
Mereka bersipandang beberapa saat sebelum Hinata membuang mukanya. "Mengapa kau tidak melawan? Suaramu itu melengking sekali. Seharusnya bisa membuat mereka pergi karena terganggu." Tutur Naruto, Hinata mendelik kesal namun gadis itu sedang tidak bersemangat sekarang, membuat ia hanya diam.
"Aku juga bisa tinju. Seharusnya aku membuat Haku terpental dari lantai dua."
Naruto membulatkan matanya, lantas terkekeh. "Tinju? Apa benar?" Naruto bersandar pada pilar aula, Hinata mengerucutkan bibirnya ketika di remehkan.
"Ingin aku tunjukkan? Kau bisa jadi simulasiku sebelum aku melawan banci bernama Haku itu." Tutur Hinata, yang seketika membuat Naruto terbahak. Lelaki itu geleng-geleng kepala.
"Seharusnya kau tunjukkan saat di bully." Tutur Naruto, lelaki itu kini melihat Hinata beranjak dari duduknya. Sebuah kertas tampak jatuh dari saku seragam Hinata, Naruto mengambil dan membuka kertas terlipat itu saat Hinata sibuk menepuk-nepuk seragamnya dari tepung.
Sebuah perlombaan literasi puisi di muat di dalam kertas itu, Naruto membaca dengan seksama bahwa perlombaan itu adalah perlombaan tahunan sekolah. Naruto menyengrit, lelaki itu baru tahu jika ada perlombaan semacam ini. Naruto membaca isi rules pada lomba tersebut, peserta di wajibkan mengisi formulir dengan data aseli begitupula menganjurkan peserta memiliki nama pena, alasan yang di muat di kertas adalah untuk meminimalisir kecurangan. Penikmat puisi harus benar-benar tenggelam pada diksi milik si pena, tanpa mengetahui latar belakang, tanpa mengetahui sisi famous si pena di sekolah. Membuat terpilihnya pemenang adalah penghargaan paling jujur. Pantas saja, nama event-nya adalah Honestly.
Naruto tertarik—
"Dasar pencuri." Hinata menarik kertas di tangan lelaki di depannya, gadis itu mendelik kesal. Naruto mendengus dan melipat tangan di dada, kembali menatap Hinata yang tengah melipat kembali kertas itu dan menyimpannya di saku seragamnya.
"Kau akan ikut lomba itu?"
Hinata berdecak. "Kau tidak perlu tahu."
Naruto memutar bola matanya. Kemudian menarik dasi pendek Hinata hingga tubuh gadis itu terhentak ke depannya. Jarak wajah mereka menipis seketika. "Aku akan ikut lomba itu." Tutur Naruto, Hinata kontan menghentak tangan lelaki itu dari dasi seragamnya.
"Coba saja, aku tidak peduli." Hinata menggidig bahunya, gadis itu hendak melangkah untuk pergi meninggalkan aula indoor yang tampak semakin hening. Naruto kembali menarik blezer seragam Hinata membuat gadis itu kembali tertarik ke depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Literacy Club [END]
Roman pour Adolescents"Ini lokerku!" "Tapi ini nomor lokerku!" "Minggir." "Tidak." "Minggir!" Uzumaki Naruto di libatkan pertengkaran menyebalkan dengan Hyuuga Hinata di ruang Klub Literasi. Ke dua manusia itu terlibat insiden loker, Naruto jelas mempertahankan nomor lok...