10 | Welcome The Wolf
HINATA berjalan lebih dulu menuju kafe terdekat dari sekolah mereka, sedangkan Naruto berjalan di belakang Hinata seraya memandang surai lebat gadis itu yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Surai Hinata indah, sepertinya di rawat dengan telaten hingga tidak mudah kusut. Naruto menarik surai Hinata hingga gadis bernetra perak itu berteriak.
"Kitsune sakit bodoh!"
Naruto melepas tangannya dari surai Hinata, lupa jika tindakannya akan menyakiti si pemilik rambut. "Rambutmu bagus." Tutur Naruto singkat, Hinata mendengus.
"Kalau mau pegang bilang, tidak usah di tarik!" Hinata melotot kesal, sedangkan Naruto berdeham, menggaruk tengkuknya.
"Memang boleh?" Tanya Naruto.
"Tentu saja tidak!" Hinata kembali berjalan dengan kaki menghentak-hentak kesal, Naruto mendengus kasar dan kembali mengikuti gadis itu hingga sampai pada kafe bernuansa estetik yang sangat memanjakan mata. Ada beberapa anak sekolah lain yang asyik berfoto bersama, menunjukkan ponsel mahal mereka.
Naruto dan Hinata duduk di kursi pojok dekat jendela, dimana itu tempat strategis untuk mengambil foto. Naruto melihat Hinata yang sudah sibuk membuka tas dan mengeluarkan buku novel yang akan mereka diskusikan berdua. Saat pelayan datang, mereka berdua sepakat hanya memesan cheese cake dan coffe latte, Naruto terlalu malas untuk melihat menu hingga ia mengikuti pesanan Hinata.
"Mana ponselmu?" Naruto bertanya, Hinata menyengrit mendapat pertanyaan itu.
"Untuk apa kau meminta ponselku?"
"Kau tidak ingin berfoto? Biasanya para lelaki akan jadi fotografer dadakan di kafe estetik seperti ini." Naruto tidak memiliki pengalaman banyak, tetapi dari cerita Sai para lelaki harus siap jika sewaktu-waktu para perempuan yang jalan dengannya meminta difotokan di tempat-tempat bagus. Naruto pikir kafe ini cukup bagus sebagai latar foto.
"Aku tidak ingin foto, apalagi berpose di depanmu." Tutur Hinata, mulai membuka buku novel, Naruto mendecih tapi kemudian ia mengeluarkan ponselnya.
"Kalau begitu memakai ponselku," tutur Naruto, ia membuka ponselnya lalu melesatkan lensa kamera ke hadapan Hinata yang sedang menyengrit setengah melongo.
Cekrek.
"Kistune!" Hinata memekik kesal dan melotot.
"Dapat satu." Naruto terkekeh lalu menunjukkan jepretannya ke arah Hinata, Hinata qlangsung berdiri menghampiri dan mencoba meraih ponsel itu ketika tahu wajahnya terlihat sangat buruk di foto itu.
"Kitsune hapus itu!" Hinata memperingati, ia mencoba meraih ponsel Naruto tetapi lelaki itu mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.
"Tidak apa, fotonya bagus untuk mengusir hantu."
"Hapus!" Ucap Hinata setengah memekik, wajahnya sudah merah karena kesal. Naruto menahan tawanya dan tidak membiarkan Hinata mendapatkan ponselnya, terjadi aksi saling berjinjit, tetapi kemudian Naruto menarik bahu Hinata untuk merapat padanya.
Dan, cekrek.
Naruto mengambil selfie mereka berdua.
"Dapat lagi." Ucap Naruto, membuat Hinata mendorong tubuh lelaki di sebelahnya untuk menjauh. Naruto melihat hasil fotonya, "bagus, aku terlihat tampan."
"Aku terlihat buruk di situ! Hapus!" Hinata memekik kesal sampai suaranya mampu mengundang pandangan orang lain.
"Kalau itu sudah biasa, kau bahkan setiap hari seperti hantu." Ujar Naruto, lelaki pirang itu menyimpan ponselnya di saku celana hingga Hinata tidak mudah untuk meraihnya. Naruto kembali duduk di kursinya, Hinata pun kembali duduk dengan wajah menekuk sebal. Buku Cheiko Asuka ia hentak tiap halamannya membuat Naruto menahan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Literacy Club [END]
Teen Fiction"Ini lokerku!" "Tapi ini nomor lokerku!" "Minggir." "Tidak." "Minggir!" Uzumaki Naruto di libatkan pertengkaran menyebalkan dengan Hyuuga Hinata di ruang Klub Literasi. Ke dua manusia itu terlibat insiden loker, Naruto jelas mempertahankan nomor lok...