Di dalam ruangan yang sunyi, terlihat seorang pria yang masih tertidur lelap di atas kasurnya. Sejak enam jam yang lalu pria itu sudah memejamkan matanya namun tak anda tanda - tanda pria tersebut akan bagun dari tidur nyenyak nya yang bebas tanpa usikan dari apapun.
Gavin membuka matanya saat dirasakannya hawa dingin masuk ke dalam kamarnya. Menerpa kulitnya yang tak terhalang apapun kecuali baju dan celana nya yang dia kenakan.
Saat sudah mengumpulkan nyawanya secara perlahan lahan, Gavin menegakkan tubuhnya duduk diatas kasur besar miliknya. Dia melihat ke arah luar balkon kamarnya yang terbuka lebar, diluar sudah gelap. Lampu lampu gedung di sekitar apartemen nya sudah mulai hidupvsatu persatu.
Gavin memeriksa ponselnya atau lebih tepatnya memeriksa jam yang berada di ponsel nya yang menunjukan pukul 08.30 sore.
Dia segera beranjak dari tempat tidurnya, menutup balkon nya terlebih dahulu untuk mencegah hawa dingin masuk ke dalam kamarnya lagi. Dia berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Selang sepuluh menit kemudian Gavin kembali dengan hanya menggenakan celana pendek selututnya dan bagian atasnya yang dibiarkannya terekspos.
Gavin pergi ke arah dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dia makan karena perutnya yang sudah lapar.
Namun nihil dirinya hanya menemukan sebungkus roti yang hanya tersisa dua slice. Dan itupun sudah berjamur atau kadaluarsa.Gavin menghelakan nafasnya.
Dia terpaksa harus makan diluar malam ini. Lagi.-G-
Gavin membawa dirinya membelah jalanan malam kota Jakarta, dengan motor merah besarnya menuju ke salah satu penjual lalapan kesukaan nya yang berada di dekat kampus Gabriel. Dulu ini juga adalah salah satu tempat makan favorit dirinya saat masih berkuliah.
Saat sudah sampai, Gavin memakirkan motornya sesuai arahan dari tukang parkir disana.
Dia membuka helm yang dikenakannya, lalu berjalan masuk ke tempat makan tersebut.
Saat sudah masuk ke dalam, Gavin bisa mendengar beberapa anak mahasiswa yang sedang makan disana juga atau mungkin yang beberapa dari mereka yang mengenal sosok Gavin, seperti tengah membisik bisikan namanya yang membuat Gavin merasa sedikit risih.
Wajar saja dulu Gavin adalah mahasiswa yang cukup dikenal oleh seantero kampusnya, karena ketampanan dan juga kepintarannya. Ditambah lagi waktu itu Gavin memutuskan menjadi CEO salah satu perusahaan terkenal di Jakarta membuat namanya semakin dikenal oleh banyak orang.
Tanpa menghiraukan tatapan orang orang kepadanya, Gavin berjalan memesan kearah mbak yang masih sama pada saat dia terakhir datang ke tempat ini.
"Mbak." panggil Gavin kepada wanita paruh baya yang sibuk membungkus pesanan pembeli lainnya. Lalu menengokan kepalanya ke arah Gavin.
" Eh nak Gavin toh, pantesan aja tempat makan mbak tiba-tiba jadi ramai begini," ucap mbak Rani.
Gavin hanya membalas ucapan mbak Rani itu dengan senyuman.
" Nak Gavin mau pesan apa?" tanya mbak Rani.
" Saya pesen ayam bagian paha satu ya mbak tambah tahu sama tempenya, bungkus ya mbak."
Mbak Rani pun mengangguk mengerti dengan pesanan Gavin tersebut.
Gavin berjalan duduk di salah satu meja kosong yang berada di pojok tempat makan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE[ON GOING]
FanfictionGabriel Christa; Seorang gadis dengan paras cantik yang memiliki banyak keahlian termasuk memenangkan hati seorang Gavin Narendra. Laki-laki yang hampir memiliki kesempurnaan dalam dirinya siapa sangka dia juga memiliki masa lalu yang kelam dulunya...