09. terbongkar?

8 1 0
                                    

" Kamu mau pesen apa?"

   Gabriel dan Gavin kini tengah berada di suatu restoran steak di kota jakarta. Mereka memilih untuk berhenti di restoran karena sedari tadi perut Gabriel tidak berhenti -berhenti berbunyi menandakan si pemilik perut tersebut tengah kelaparan.

" Aku mau pesen steak sirloin aja," Jawab Gabriel.

Gavin segera memangil salah satu pelayan restoran yang berada di sana setelah Gabriel memutuskan pesanannya. Dan memberitahu menu  pesanan mereka kepada pelayan tersebut.

" Vin aku boleh nanya sesuatu sama kamu?"

Gavin menatap Gabriel yang berada di depan nya. Lalu mengiyakan pertanyaan  gadis tersebut.

Setelah melihat anggukan dari Gavin, Gabriel langsung mengajukan pertanyaan yang sedari tadi memenuhi pikiran nya.

" You have a problem?"

   Gavin tampak terkejut dengan pertanyaan tiba - tiba yang diajukan oleh Gabriel. Dia lupa bahwa tadi dia sempat menangis saat mengunjungi makam orang tuanya. Dia yakin pasti Gabriel menyadari bahwa matanya itu bengkak sekarang. Tapi Gavin sebisa mungkin menyembunyikan raut wajah terkejut nya pada Gabriel.

" Tadi aku cuma punya masalah dikit aja di kantor By. Gak usah khawatir ya."

    Gabriel terdiam menelisik ke mata Gavin lalu ia hanya menganggukan kepalanya berusaha peka. Namun dia tau jawaban Gavin itu pasti hanyalah kebohongan pria tersebut. Gabriel tidak ingin memaksa Gavin untuk menceritakan segala masalah nya pada dirinya. Dia setidaknya masih mengerti jika pacar nya itu pasti masih ingin memiliki privasi nya sendiri.

" Oke aku ngerti. Tapi kalau kamu punya masalah yang pengen kamu ceritakan sama aku. Jangan sungkan ya. Kamu tau kan kamu masih punya aku? Kamu bisa ceritain sama aku . Aku juga bakalan siap denger semua cerita kamu." Ujar Gabriel yang sudah mengelus tangan dingin Gavin.

    Gavin tersenyum lega. Dia tau Gabriel tidak akan memaksanya untuk menceritakan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya, gadis tersebut bukanlah tipe yang seperti itu. Keputusan nya waktu itu menembak Gabriel ternyata tidak salah. Hanya gadisnya itulah yang dia miliki sekarang disisinya.

" Iya by, aku tau." Jawab Gavin mengacak rambut Gabriel.

    Gabriel ingin protes pada Gavin karena sudah mengacak rambut nya. Namun seorang pelayan restoran datang membawa pesanan mereka lalu meletakkannya di atas meja. Yang membuat Gabriel mengurungkan niat nya untuk protes pada Gavin.

" Makasih ya mba." Senyum Gavin pada pelayan tersebut.

    Saat pelayan itu sudah pergi Gavin menenggokan kepalanya ke arah Gabriel yang  terlihat memotong steak nya dengan  kesusahan. Gavin yang melihat itu pun langsung mengambil alih piring Gabriel dan memotongkan daging steak menjadi bagian kecil agar pas dalam satu gigitan untuk diberikan kepada Gabriel.

   Gabriel melengkungkan bibir nya saat melihat perlakuan kecil romantis pacar nya tersebut. Enak ya ternyata  punya pacar yang peka. Ucap Gabriel dalam hati. Gabriel segera menerima steak yang sudah dipotong- potong oleh Gavin saat Gavin sudah  menyodorkan piringnya.

" Thank you mas pacar." 

Gabriel segera melahap steak nya. Karena perutnya sudah lapar sedari tadi. Gavin hanya terkekeh pelan melihat kelakuan pacar nya tersebut.

" Pelan -pelan By" Suruh Gavin namun tak dihiraukan oleh Gabriel yang sibuk melahap makanan nya.

-G-

    Dilain tempat, terdapat dua insan yang sedang saling terdiam di tempat mereka sekarang tanpa mengatakan sepatah kata apapun dari tadi. Dalam apartemen Adrian  tampak suasana seperti nya sedang dalam ketegangan saat ini. Dengan Abel yang membelakangi Adrian yang tengah membuang pandangan nya ke sembarang arah yang  sedang memikirkan kalimat yang tepat untuk menjelaskan keadaan sekarang ini pada Abel.

" Jadi kamu itu sebenarnya siapa Rian, Apa maksud dari benda ini?" Lirih Abel yang menunggu penjelasan dari Adrian yang bergeming di belakang nya.

   Pasalnya Abel kaget saat mendapatkan sebuah pistol yang tengah ia genggam sekarang di salah satu laci yang berada di kamar Adrian saat ia hendak mencari obat P3K untuk mengobati luka Adrian yang mengaku dirinya terjatuh dari motornya kemarin malam. 

Adrian merutuki dirinya yang ceroboh saat ini. Dia lupa menyimpan pistol  nya itu di bawah brankas tempat tidurnya kemarin saat selesai menjalankan misinya.

" Adrian!" lirih  Abel berbalik menghadap ke arah Adrian, karena jengah akan keterdiaman Adrian yang berada di belakang nya.

" Iya, aku seorang mafia Bel. Dan yang kamu  pegang sekarang  adalah salah satu bukti bahwa aku ini salah satu anggota dari mafia." Jawab Adrian yang sudah pasrah dengan reaksi  Gabriel selanjutnya.

    Abel membulatkan matanya, tak percaya dengan status orang yang berada di depan nya, sekaligus orang yang tengah ia dekati saat ini. Pikiran nya kacau sekarang. Kaki nya mendadak lemas. Abel menjatuhkan tubuh nya  yang mendadak lemas ke  lantai dingin rumah Adrian.

   Adrian yang melihat itupun langsung berjalan ke arah Abel yang sudah terkulai lemas di depan nya. Adrian memegang kedua bahu Abel. Dan menatap mata gadis yang sudah basah di depan nya itu.

" Maafin aku bel. Tapi percaya sama aku, aku gak  bakal nyakitin kamu walaupun kamu sudah tahu identitas aku yang sebenarnya. Aku bakal sebaliknya akan ngelindungin kamu karena kamu sudah masuk ke kehidupan aku. Tolong percaya sama aku sebagai Adrian yang kamu kenal bukan seorang Mafia." Ujar yakin penuh keyakinan.

    Abel dapat melihat kesungguh-sungguhan di mata Adrian saat ini. Dia mengusap air matanya yang sudah jatuh ke pipinya. Dia melepas genggaman Adrian yang berada di pundak nya. Abel mendirikan tubuh nya yang terkulai lemas tadi. Lalu berjalan ke arah sofa melewati Adrian.  Lalu meletakkan pistol yang ia bawa tadi di atas meja kaca sofa tersebut.

   Adrian terlihat bingung  dengan sikap Abel sekarang . Mengamati setiap pergerakan yang dilakukan oleh perempuan itu. Namun keterbingungan Adrian terbuyar saat suara Abel menginstrupsi nya untuk datang ke arah perempuan tersebut.

" Duduk sini." Ujar Abel dengan suara serak nya, menepuk tempat kosong di samping nya.

Adrian hanya menuruti permintaan Adel untuk duduk di sebelah perempuan tersebut. Adrian dapat melihat jelas sekarang mata yang sedikit sembab dan hidung merah gadis di depannya.

" Kamu gak marah setelah tau identitas aku?" tanya Adrian.

Abel tak langsung menjawab pertanyaan dari Gavin. Dia memilih mengambil tangan Adrian yang terdapat luka goresan yang cukup dalam disana.

" Ini kamu bilang luka jatuh dari motor? Cihh." sindir Abel.

" Abel kamu belum jawab pertanyaan dari aku."

Abel menghela nafas nya, menatap tepat di mata pria di depan nya.

" Adrian, mau aku marah sekarang, mau aku caci maki kamu sekarang. Ini semua udah terlanjur terjadi ri. Aku gak bisa lari dari kenyataan kalau orang yang selalu buat aku senyum dan ketawa gak jelas akhir -akhir ini adalah seorang mafia. Seorang yang profesi nya paling di takuti oleh semua orang di dunia."

Abel menjeda sebentar perkataan nya.

" Aku harap kamu dapat menepati janji kamu untuk lindungi aku Adrian."

-G-

IRREPLACEABLE[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang