Flasback
Setiap tahunnya, Meira selalu menantikan hari ini. Ya, hari ulang tahunnya. Dimana ia akan menjelma bak manusia yang paling bahagia. Apapun permintaannya, mamanya akan menurutinya.
Dan kali ini, satu hal yang ia pinta. Menghabiskan waktu seharian dengan sang mama, meskipun sang mama membujuknya untuk membuat sebuah pesta kecil, Meira menolak mentah-mentah.
Bukan tanpa alasan. Meira hanya tak ingin kejadian tahun-tahun sebelumnya terulang. Dimana semua teman-temannya menanyakan keberadaan papanya.
Pertanyaan sederhana itu menjadi pecutan menyakitkan untuk jantungnya. Ia bisa apa? Sebab papanya sendiri tak sudi menampakan diri dihari ulang tahunnya. Bukan itu saja, bahkan sekedar ucapan selamat ulang tahun pun, Meira tak dapatkan dari sang papa.
Walau jauh di dalam lubuk hatinya, Meira menyimpan harap.
Lalu tahun demi tahun, harapan itu semakin ia kubur.
Dan tepat di hari ulang tahunnya yang ke-13 ini, Meira tak ingin berharap lagi. Lebih tepatnya, menekan harapannya itu. Ia tak ingin kecewa lagi, sudah cukup. Tahun ini, ia ingin mendedikasikan kebahagiaan hanya pada mamanya.
Seharian ini, Meira dan Mita menghabiskan waktu bersama. Dimulai dengan membuat kue ulang tahun bersama, lalu merayakan ulang tahun bersama-sama. Hanya dengan begitu, Meira rasa sudah cukup. Bahagia ternyata sesederhana itu.
Meski jika diraba di lebih dalam, ada selubung kosong dalam relungnya yang perlu ditempati lagi. Meira memilih tuk mengabaikan. Hari ini ulang tahunnya, dan ia hanya ingin bahagia bersama mamanya. Itu saja.
Kemudian, mereka pergi ke tempat yang Meira inginkan. Kebun binatang, pantai lalu berakhir di sebuah pusat perbelanjaan. Mita berjanji akan membelikan apapun yang Meira inginkan.
"Ma, aku pengin beli album foto!" seru Meira senang, mereka memang beberapa kali mengabadikan momen saat liburan tadi. "Aku mau cetak foto-foto kita, nanti bakal aku pakek kenang-kenangan."
Dan Meira mendapatkannya segera. Beribu terimakasih ia ucapkan pada sang mama.
Mereka kemudian kembali berkeliling, sesekali berhenti untuk melihat-lihat pakaian ataupun barang lainnya. Mencoba pakaian pilihan masing-masing di ruang ganti. Meira tak dapat melepas senyum dari bibirnya. Mereka sama-sama meresapi bahagia yang mereka miliki saat ini.
Seakan-akan lupa, bahwa takdir akan selalu sigap memutarbalikkan keadaan.
"Ra, tunggu disini, ya. Mama mau nyoba baju ini dulu." Mita bergegas menuju ruang ganti, meninggalkan Meira yang masih memilah-milah baju.
"Mas, jas ini cocok buat kamu."
Di seberang toko yang Meira kunjungi, tampak seorang wanita sedang mencocokan sebuah jas pada pria yang bersamanya.
"Jasku sudah banyak di rumah, kita beli pakaian buat kamu saja, ya," ucap pria itu seraya tersenyum, kemudian meletakan jas itu kembali pada tempatnya.
"Tapi aku pengen kamu pakek jas ini," kekeuh wanita itu, kembali mengambil jas tersebut. "Pokoknya kita beli yang ini!"
Pria itu lagi-lagi tersenyum, sangat terlihat bagaimana ia mencintai wanita itu.
"Yaudah, terserah kamu saja." Pria itu mengusap pelan kepala wanita itu seraya mengecup pelipisnya singkat.
"Ish, nanti dilihat orang, Mas." protes wanita itu tak bisa menyembunyikan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIRARA
Teen Fiction{REVISI SETELAH TAMAT} Meira membenci Abi, itulah faktanya. Semesta mempermainkan takdir mereka dalam lingkaran pertengkaran yang tidak berujung. Dimana Abi si brandal sekolah selalu mengusik ketenangan Meira. Lalu Abi mulai merasakan hal yang berbe...