5. Perkara sepatu

372 207 67
                                    

"Makasih Pak" Meira turun dari mobil ketika sudah sampai di depan gerbang sekolah. Hari ini ia diantar oleh Pak Jono, supir pribadinya yang baru mulai bekerja setelah izin beberapa hari.

Kakinya melangkah santai menuju ruang kelas. Sesekali ia tersenyum kepada orang yang menyapanya. Sekolah sudah lumayan ramai karena sepuluh menit lagi bel pelajaran akan berbunyi.

Meira menghentikan langkahnya ketika melihat ada kaleng bekas di depannya. Secara reflek kakinya menendang kaleng tersebut. Ketika akan melanjutkan langkahnya, ia menoleh.

Eh, kalengnya kok masih disini?

Terus gue nendang apa tadi dong?

Tapi,ini kok kaki gue ringan banget

Spontan ia melirik kakinya lalu membulatkan matanya terkejut.

Alamakk, sepatu gue manaaa

Kok bisa hilang?

Meira mengedarkan pandangannya tetapi tidak menemukan apapun.

"BANGSAT! SIAPA PUNYA SEPATU SIALAN INI HAH!!"

Tiba-tiba telinga Meira mendengar teriakan yang menggelegar. Ia seketika terpaku dengan jantung berdegup kencang. Meira menoleh ragu-ragu ke arah sumber suara.

Mati guee

Yang kena kakak kelas lagi

Batinnya meraung penuh kesedihan. Sedikit ragu, Meira berjalan pelan ke arah beberapa cowok yang membelakanginya.

"LO YANG PUNYA INI SEPATU HAH?" Si cowok menunjuk salah seorang siswa yang melintas.

"Nggak kak, bukan saya." Cicitnya pelan.

"TERUS SIAPA HAH? GUE TUNGGU SAMPAI HITUNGAN KETIGA, KALAU YANG PUNYA SEPATU NGGAK MUNCUL--"

"Ma-maf kak, sa-saya yang punya sepatunya" Meira menunduk, tidak berani menatap seseorang didepannya.

Si cowok berbalik cepat, mendapati pelaku yang kini menundukan kepalanya.

"Ohhh, jadi lo yang punya ni sepatu hah?" Geramnya, kakinya berjalan pelan dengan pandangan menusuk seperti singa yang mengintai mangsanya.

Eh, ini kok suaranya familiar ya

Penasaran, Meira mengangkat pandangannya.

"LO!?" Teriak mereka bersamaan, saling menunjuk satu sama lain.

" Siapa tuh cewek, kok mereka kayak saling kenal?" Juna yang berdiri di samping Abi, berbisik ke telinga Bisma. Bisma menjawab dengan gelengan kepala.

Abi seketika menyeringai. "Jadi sepatu jelek ini punya lo?" Abi mengangkat sepatu yang dipegangnya di depan wajah Meira.

Meira mendengus, rasa takutnya sirna menyaksikan wajah menyebalkan Abi. "Kalau iya kenapa?! Baguslah kalau lo yang kena."

"Uhuyy, bakal seru nih" Juna menyikut pelan Bisma.

"Gile gile gile berani banget nih cewek" Bisma berseru pelan.

Beberapa siswa mulai memperhatikan mereka penasaran.

Abi mengepalkan tangan geram. "MINTA MAAF LO SAMA GUE!" Tangan Abi menunjuk tepat di depan wajah Meira.

Meira menunjukan raut menantang. "Kalau gue nggak mau?"

"Jadi lo nggak mau?"

"Nggaklah! Nggak sudi gue!"

"Oke"

ABIRARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang