4. Abi, Meira dan UKS

477 225 140
                                    

Meira saat ini sedang berada di ruang UKS, bukan karena sakit tetapi Meira mendapat piket giliran untuk menjaga ruang UKS sekolah. Yap, Meira termasuk anggota PMR yang cukup aktif di sekolah. Setiap seminggu selali ia akan mendapat piket untuk menjaga UKS. Tentu saja Meira sangat senang, karena secara otomatis ia tidak perlu menghadiri beberapa jam proses pembelajaran apalagi mapel yang paling dibencinya, Matematika. Yess

Meira duduk di kursi yang memang disediakan untuk penjaga UKS. Ia meletakan sebuah buku yang dibawanya di atas meja, bukan buku pelajaran, Meira tidak serajin itu sampai-sampai membawa buku pelajaran kemana-mana. Meira hanya membawa novel yang baru dibelinya kemarin untuk mengusir rasa bosannya selama berdiam diri di UKS. Kebetulan juga saat ini UKS sedang kosong dalam artian tidak ada siswa ataupun siswi yang sedang sakit. Jadi bisalah Meira bersantai-santai ria sejenak.

Menit demi menit Meira masih tenggelam dalam nuansa novel yang dibacanya. Sesekali tertawa kecil mendapati alur cerita yang menggelitik humornya. Lalu tersipu sendiri mendapati adegan romantis tokoh cerita. ahh dirinya berharap suatu saat nanti ada yang mencintainya dengan tulus. Meira seketika terkekeh menyadari pikirannya mulai ngelantur. Orang melihatnya pasti berpikir dirinya sudah gila.

Brakk

Meira seketika menegakan badannya terkejut mendengar pintu UKS di buka dengan kasar. Pandangannya seketika tertuju pada seorang siswa yang melenggang santai melewati dirinya. Ia tidak melihat dengan jelas wajahnya tetapi penampilan si cowok nampak kacau, seragam yang nampak kotor bahkan robek di bagian lengan. Sekilas ia melihat luka lebam di kaki dan tangan si cowok dan jangan lupakan juga cara berjalannya yang agak pincang.

"Ini pasti habis berantem nih." batinnya menebak

Meira menutup novelnya dan segera mengambil obat P3K dalam rak samping mejanya. Setelah dirasa obat sudah lengkap, Kakinya melangkah menuju ranjang UKS. Dibukanya tirai yang menjadi pembatas, kemudian pandangannya tertuju pada seorang cowok yang terbaring dengan lengan yang menutupi wajahnya.

"Permisi, ada yang bisa dibantu?"

Si cowok berdecak lalu dengan perlahan menoleh kepada orang yang mengganggu istirahatnya. wajah itu? Meira seketika membeku.

Sialllll

Gue mimpi apa semalem ya tuhan

Dia, Abi?

Meira mengeluh dalam hati. Nampaknya malapetaka sudah mengucapkan salam padanya.

Cowok itu, yang ternyata Abi mengernyitkan alis bingung mendapati seorang siswi yang diduganya anggota PMR itu menatapnya terpaku.

Nih cewek ngapain sih lihatnya gitu banget.

Dia terpesona kali ya sama gue.

Ya pastilah, gue kan gantengnya pakek banget, sampe mau meninggal.

"Lo ngapain natap gue gitu? Gue tau gue ganteng walaupun mukak gue babak belur." Beberapa waktu mereka terdiam akhirnya Abi membuka pembicaraan. Tentu saja dengan cara yang menyebalkan.

"Cepet obatin gue goblok! Nggak liat lo keadaan gue?!" Sekarang Abi mulai kesal pada cewek ini, seganteng itukah dirinya sampai ditatap tanpa kedip?

Tersentak, kesadaran Meira kembali datang "Yang sopan dikit kak, kalo mau minta tolong." Meira berujar ketus, pandangannya memindai penampilan Abi.

Alahh, minta tolong aja belagu nih cowok.

Mukak udah hancur gitu, masih aja ngaku ganteng. Pede bange lo!

Ganteng nggak, mirip setan iya.

Abi mengerutkan kening, cukup tersinggung dengan sikap ketus adik kelasnya. "Berani lo sama gue hah?! Lo nggak tau siapa gue?!" Bentak Abi menatap tajam.

ABIRARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang