3. Terusik

553 245 108
                                    

Hari sabtu adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh para siswa. Alasannya tentu saja karena sudah penghujung minggu. Selain itu proses pembelajaran pun tidak terlalu padat. Biasanya para siswa akan diperbolehkan pulang lebih awal dari hari sebelumnya. Hal ini dimanfaatkan oleh Abi, Raka, Bisma dan Juna untuk nongki-nongki cantik istilah absurd Juna atau bahasa kerennya me time setelah jam pembelajaran usai. Warung Pak Prapto, menjadi objek langganan mereka tiap kali ingin berkumpul. Selain karena letaknya yang dekat dengan SMA Gemilang, sekolah mereka. Makanan yang dijual juga sangat pas di lidah mereka. Pantas saja warung Pak Prapto ini tidak pernah sepi pelanggan.

Abi, Raka, Bisma dan Juna mendudukan diri di salah satu meja pojok warung. Di depan mereka sudah tersedia pesanan mereka masing-masing. Abi mengedarkan pandangannya pada sekeliling, tampaknya warung Pak Prapto saat ini sedang sepi. Perlahan tangannya menyuapkan sesendok bakso ke dalam mulutnya. Matanya langsung terpejam merasakan bakso buatan Pak Prapto yang begitu memanjakan lidahnya.

" Woe, sialan balikin minuman gue!!" Juna tiba-tiba berseru, berdiri dengan kasar dan merebut segelas minuman yang baru diteguk habis oleh Bisma. "Setan lo Ma, minuman gue ini!" Juna memandang sedih minumannya yang hanya tersisa es batu.

"Arghh pala guee." Juna menjerit memegangi kepalanya. Matanya memandang sengit sang pelaku, Bisma.

" Seharusnya gue yang marah disini anjing. kenapa malah lo yang mukul gue hah!"

"Lo bilang apa tadi, Ma? Sejak kapan gue jadi emak lo?!" Rupanya Bisma terusik dengan panggilan Juna kepada dirinya.

Juna menganggukan kepalanya sok mengerti. "oke Bis, ini minum--" Bisma menepuk geram mulut Juna. "Lambe lo ini kayaknya perlu kenalan sama pisau gue ya." Bisma berkata pelan sarat akan ancaman.

Juna seketika bergidik ngeri membayangkan mulut seksinya berkenalan dalam artian lain dengan pisau Bisma. "Apa salahnya coba, kan nama lo Bis-Ma." Juna mencoba membela dirinya.

Bisma menajamkan tatapannya kearah Juna, melihat itu seketika Juna terkekeh. ia mengangkat dua jarinya tanda damai. "Iya Bim iye, neh udah gue panggil Bimm Bimm puas lo!?"

Abi terkekeh pelan menyaksikan perdebatan kedua sahabatnya itu. Layaknya hiburan untuknya ketika sedang suntuk. Lain halnya dengan Raka yang cuek-cuek saja seakan memiliki dunia sendiri.

Bisma memang tidak menyukai ada seseorang yang memanggilnya dengan penggalan suku kata namanya. Akan terdengar aneh jika namanya dipanggil seperti itu. Bis-Ma, penggalan kata tersebut memiliki arti tersendiri.

" Bim, tanggung jawab lo!"

"Lo hamil?" Celetuk Bisma dengan raut terkejut yang dibuat- buat. Setelah itu dengan santai ia menyuapkan sesendok mie ayam ke dalam mulutnya. Mengunyahnya pelan penuh penghayatan. "Enak banget gilaa."

Juna mendengus keras. " Maksud gue bukan gitu bego!" Tangannya mengangkat gelas di depan wajah Bisma yang duduk di sampingnya. "Nih! Minuman gue habis gegara mulut gaada akhlak lo!"

"Elah, nggak mampu banget lo, nggak bisa beli es teh yang harganya cuma tiga ribuan." Bisma berkata santai tetapi mampu membangkitkan amarah Juna.

" Sialan gue mampu ya!" Seru Juna tidak terima.

Bisma memandang Juna remeh. "Kalo lo mampu, Tinggal beli aja kan?"

" Tapi lo yang ngabisin minuman gue!"

"Eleh, ngaku aja lo nggak berduit kan?"

" Nggak!"

"Iya!"

"Nggak anjing!"

"Iya anjing!"

"Lo!"

"Nape!"

ABIRARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang