Kau acuhkan aku
Kau diamkan aku
Kau tinggal kan akuuuuu
Lumpuhkanlah ingatan...
"Berisik Abang!"
Seruan Tari tidak menghentikan gema suara Abi yang memenuhi mobil. Ia tetap acuh, bahkan kini menaikan nada suaranya sampai urat-urat di lehernya terlihat.
Hilangkanlah ingatanku
Jika itu tentang dia
Kuingin kulupaaa-akhh!
Abi mengusap lehernya yang berdenyut akibat cubitan adiknya.
"Sakit bocil! Abang lagi nyetir ini!"
"Abang bisa diem nggak, Tari lagi ngobrol sama kak Meira."
Mendengus, Abi melirik tajam pada adiknya yang berada di kursi belakang bersama Meira. "Terserah abang dong, mobil punya abang juga. Kamu itu cuma numpang."
Tari memutar bola matanya malas. Ia tau abangnya itu sengaja ingin mengacaukan obrolannya dengan seseorang yang baru diketahuinya merupakan haters dari abangnya. Terlebih lagi lagu yang seharusnya dibawakan dengan nada lembut itu malah dinyanyikan dengan suara teriakan nyaring, membuat dirinya pusing seketika.
Meringis, Tari menatap Meira dengan rasa bersalah. "Maafin Abang ya Kak, orangnya emang rada nggak waras, penakut, jorok pula."
"Woi, orangnya disini!" Abi berseru, enak saja adiknya menjelek-jelekan dirinya pada cewek itu, mau ditaruh dimana wajahnya nanti. Bahkan ia bisa melihat seringai cewek itu dari kaca spion depan.
"Masa sih, jorok gimana Tari?" Meira melirik sekilas ke aras kaca spion, ia tahu bahwa Abi kini mengawasinya dengan tatapan tajam.
"Banyak Kak, contohnya nih, Abang jarang ganti kolor, kolor itu-itu aja yang dipakai. Terus kalau pas makan sering banget ngupil tau" Tari tertawa.
"Jangan fitnah kamu Dek, kamu mana tau kolor apa yang Abang pakek"
"Tari tau dong, kan Abang tidurnya cuma pakek kolor gambar doraemon doang." Tari menjulurkan lidahnya mengejek Abi.
Abi berdecak, bukannya ia tidak pernah berganti kolor. Tetapi ia hanya punya kolor dengan motif yang sama, yaitu doraemon. Entah kenapa ia sudah terbiasa dari kecil. Tentang mengupil waktu makan pun waktu itu Abi tidak sengaja, ia merasa hidungnya gatal lalu adiknya memergoki dan mengklaim bahwa dirinya mengupil. Bahkan mami papinya juga menyudutkannya.
"Tari, sekali lagi kamu menjelek-jelekan abang, kucing kamu itu abang buang!" Abi melirik kucing yang tertidur nyaman dalam kotak bekas sepatunya yang diletakan di kursi depan, tepat disampingnya, lalu mendengus sebal. Hewan berbulu yang menggemaskan bagi orang lain itu sangat pembawa sial baginya.
Setelah dibawa ke dokter, kucing yang namanya masih diperdebatkan oleh Tari dan Meira itu hanya terkilir di bagian kaki kirinya. Abi kesal sebenarnya, gara-gara kucing itu, niatnya hanya membeli keripik kentang jadi berbuntut panjang. Apalagi sedari tadi ia diacuhkan di dalam mobil. Mereka malahan asik-asikan mengobrol dibelakang sedangkan Abi sudah seperti supir. Abi juga sudah memaksa adiknya untuk duduk di depan bersamanya tetapi adiknya bersikeras menolak.
Abi melirik jam tangannya, hampir jam delapan malam. Ia sekarang melajukan mobil menuju supermarket yang tadi, mengantar cewek yang merupakan adik kelasnya itu yang lupa membeli snack katanya.
"Nggak mau, Abang jahat"
"Makannya diem"
Meira hanya diam menyaksikan perdebatan antara adik kakak tersebut. Ia tidak menyangka kini berada satu mobil dengan si pembuat onar. Kalau sahabatnya tau, kira-kira bagaimana reaksi mereka. Ah pastinya Lili lah yang paling heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIRARA
Teen Fiction{REVISI SETELAH TAMAT} Meira membenci Abi, itulah faktanya. Semesta mempermainkan takdir mereka dalam lingkaran pertengkaran yang tidak berujung. Dimana Abi si brandal sekolah selalu mengusik ketenangan Meira. Lalu Abi mulai merasakan hal yang berbe...