Abi pikir, mungkin saja julukan sadboy memang cocok disandangnya hari ini. Bagaimana tidak, dirinya sekarang sedang menemani orang yang dicintainya alias Luna untuk membelikan hadiah ulang tahun kepada pacarnya. Abi menggeleng pelan, adakah yang lebih menyedihkan dari ini? Mungkin hanya korban friendzone di luar sana yang dapat memahami perasaanya.
"Bi, yang ini bagus nggak? Cocok nggak sih dipakai Dirga?" Abi mengangguk untuk kesekian kalinya malas rasanya mengeluarkan pendapat. Lagipula kenapa Luna sangat tidak peka terhadap dirinya. Tidakkah ia melihat wajah kusut Abi sekarang.
"Tapi kan dia punya banyak jam tangan, masa gue beliin lagi" Abi diam tidak menyahut, karena merasa Luna sedang tidak berbicara padanya.
Lagi, Abi memaksakan langkahnya mengikuti Luna menuju tempat khusus Hoodie. Abi melihat jam tangannya, ternyata hampir satu jam sudah ia lewati, netranya kembali berfokus pada Luna yang sedang memilah Hoodie. Abi mendesah lelah, kapan selesainya coba, dirinya sudah sangat lelah sekarang.
"Gue beliin ini aja kali ya" Luna memamerkan Hoodie berwana navy pada Abi. "Menurut lo gimana? Dia bakal suka nggak?" Abi mengangguk berusaha menarik senyum setulus yang ia mampu. "Iya, bagus"
"Beneran?" Abi mengangguk lagi
Luna menatap Abi memicing. "Lo dari tadi cuma ngangguk-ngangguk aja" Jeda sejenak."Lo nggak ikhlas bantuin gue nih?"
Abi gelagapan."Y-ya ikhlas lah, apa sih yang nggak buat lo" Tuh kan, Abi selalu lemah terhadap Luna, apalagi jika melihat wajah sedih Luna seperti saat ini. "Gue cuma capek aja dikit, tadi sepulang sekolah gue kan langsung nemenin lo main sama Tari. Nggak dapet istirahat jadinya." Abi merangkul Luna berusaha meyakinkannya.
Luna membalas rangkulan Abi."Lo emang sahabat gue yang terbaik, thanks ya" Luna memamerkan senyum manisnya kepada Abi.
Abi mengulas senyum getir. Sahabat? Abi sih pengennya lebih dari sahabat gimana dong.
"Yaudah, gue beli ini aja buat hadiahnya. Sekarang giliran kita beli kuenya juga" Abi sudah pasrah sekarang, walau diajak ke kandang singa pun Abi akan menurutinya.
"Lo nggak beli apa gitu? Buat pacar lo mungkin" Sekarang mereka sedang mengantri di kasir. Memang keadaan mall cukup ramai hari ini.
"Nggak, gue nggak punya pacar"
"Gimana mau punya pacar, gue sukanya sama lo yang nganggep gue cuma sahabat" Tentu saja Luna tidak akan mendengarnya, secara Luna sekarang sudah berada di depan kasir dan Abi tertinggal di belakang.
"Lo nggak punya pacar? Ckck nggak percaya gue. Lagian siapa sih yang bisa nolak sahabat gue" Luna melirik Abi yang sekarang berdiri disampingnya. Mendengar itu, tanpa bisa dicegah pikiran Abi tertuju pada cewek itu, Meira. Tatapan menantangnya, ekspresi mengejeknya juga sikap cueknya terekam jelas di benak Abi. Mungkin saja dia-- Abi menggelengkan kepalanya, pikirannya mulai ngelantur sekarang.
Luna menepuk keras lengan kekar Abi."Lo ngapain bengong dah, atau jangan-jangan lo beneran ada yang nolak Bi?" Luna terkekeh, kakinya melangkah menuju pintu keluar setelah menyelesaikan pembayaran. Mereka berjalan beriringan. "Jadi siapa orangnya?"
Abi tertawa."Gue ditolak? Yang ada gue yang nolak mereka kali. Lo tau kan seberapa ganteng sahabat lo ini"
Luna mengernyit jijik Lalu menggeleng pelan. "Pede banget lo, masih gantengan Dirga kali" Sial, mendengar perkataan Luna seketika membangkitkan emosi Abi, dirinya tersinggung. Secara tidak langsung Luna sudah membandingkan dirinya dengan sang pacar, dan itu mengusik harga diri Abi. Ingat bagi laki-laki harga diri itu penting.
Abi terdiam, berusaha menenangkan diri.
Sabar Bi sabar, lagipula Luna lagi bucin, tampang kayak kutu kudanil pun pasti diliat ganteng sama dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIRARA
Teen Fiction{REVISI SETELAH TAMAT} Meira membenci Abi, itulah faktanya. Semesta mempermainkan takdir mereka dalam lingkaran pertengkaran yang tidak berujung. Dimana Abi si brandal sekolah selalu mengusik ketenangan Meira. Lalu Abi mulai merasakan hal yang berbe...