Bab 6

726 116 40
                                    


Selama sepuluh tahun ini, Yoona selalu menghabiskan hari Natal di rumah ayahnya. Ia akan melamun memerhatikan ayah, kakak perempuan, kakak ipar, dan juga dua orang ponakannya merayakan hari kelahiran Kristus dengan penuh sukacita. Yoona ikut misa di gereja, namun ia selalu memandang patung sang Tuhan dengan penuh pertanyaan, mengapa Tuhan Yang Maha Pengasih membiarkan seorang pria menghinanya sepuluh tahun lalu? Kunjungan Yoona ke gereja bukan untuk berdoa, melainkan untuk menuntut penjelasan. Penjelasan yang tak pernah ia dapatkan hingga kini. Karena pertanyaannya tak pernah mendapat balasan, akhirnya Yoona tak pernah lagi meresapi makna Natal dan hanya merayakannya karena seluruh dunia merayakannya.

Sore hari ketika Yoona pulang ke apartemennya, ia mendapatkan telepon dari Ara yang bertanya apakah dia boleh berkunjung ke apartemen Yoona. Yoona merasa begitu sepi sehingga ia mengiyakan saja pertanyaan Ara.

"Yoona Ahjumma," Ara berseru gembira begitu Yoona membukakan pintu untuknya.

Yoona diam melihat Ara datang diantar oleh Taehyung.

"Saya harap kami tidak mengganggu Nona Lim." Taehyung tersenyum. Ia mencopot topi ski yang melindungi kepalanya. Sisa-sisa bubuk salju jatuh dari bahu mantelnya yang tebal.

"Tidak." Yoona menjawab pendek sambil mempersilahkan pasangan ayah dan anak itu untuk masuk.

Sementara Taehyung menggantung mantel miliknya dan milik Ara di tempat gantungan mantel dekat pintu masuk, puterinya yang lincah sudah berlari-lari ke dalam ruang tamu Yoona.

"Pohon Natalnya lucu sekali." Ara duduk di bawah pohon Natal. Tangannya yang kecil mengambil sebuah ornamen berbentuk manusia salju yang tergantung di antara ranting pohon Natal berwarna putih tersebut.

"Ara, jangan sembarangan ambil barang milik Yoona Ahjumma sebelum meminta izin." Tegur Taehyung.

"Biarkan saja." Yoona melangkah menuju dapur. Selama sepuluh tahun terakhir ini ia tak pernah mengundang maupun menerima tamu di apartemennya, tapi itu bukan berarti ia tak membuat kue dan masakan lainnya setiap Natal. Yoona membawa strawberry shortcake dan juga gingerbread roll dengan isian krim eggnog yang kemarin ia buat ke ruang tamu.

"Wah, kelihatannya enak semua!!!" Perhatian Ara teralihkan oleh kue-kue yang dibawa oleh Yoona. "Apa Ahjumma yang membuat semuanya?"

"Ya, Ahjumma yang membuatnya." Yoona meletakkan kedua nampan kue tadi di atas meja kopi. "Ara, tolong bantu Ahjumma bawa piring dan sendok di dapur." Ia mengajak si ceriwis ke dapur.

Taehyung ikut masuk ke dapur. "Saya tidak tahu harus membawa apa untuk Nona Lim, jadi saya bawakan caramel eggnog yang dijual di toko dan puding----juga saya beli di toko." Pria tampan itu menaruh sebuah bungkusan plastik di atas meja dapur Yoona yang terbuat dari marmer hitam.

Yoona menoleh sekilas, "terimakasih." Ia mengeluarkan sendok dan piring lalu menyerahkannya pada Ara.. "Bawanya jangan sambil lari atau melompat." Ia mewanti-wanti Ara.

Ara cekikikan.

Yoona mengeluarkan tiga buah mug dari dalam kabinet yang digantung di atas meja dapur. Saat berjinjit, ia tak sengaja menyenggol Taehyung yang masih berdiri di situ. Yoona spontan berjengit kaget.

"Ah, maaf." Taehyunglah yang refleks meminta maaf melihat betapa kagetnya paras Yoona saat tubuh mereka bersenggolan. Ia mundur untuk memberikan ruang kepada gadis cantik itu.

"Kau bisa menunggu di ruang tamu." Yoona memutar kaki.

Taehyung menggaruk rambut. "Apa tak ada yang bisa saya bantu bawa ke depan?"

"Oleh-olehmu. Bawalah ke depan. Tidak akan ada yang memakannya di dapur."

Taehyung mengambil kembali kantung plastik yang tadi ia taruh di meja marmer dan membawanya ke ruang tamu.

LAST TRAIN TO SEOUL || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang