Bab 9

599 110 68
                                    



Saat Yoona turun dari apartemen Taehyung sehabis mengantarkan Ara pulang, ia berpapasan dengan Taehyung di depan pintu lift. Lelaki tampan itu baru saja tiba dari kantornya.

"Ara sudah ada di atas." Yoona melapor. "Ditemani Yeonghee ahjumma."

"Lagi-lagi Ara merepotkanmu." Taehyung mengusap bagian belakang kepalanya.

"Dia sama sekali tidak merepotkanku." Yoona berkata jujur. "Aku malah sangat terhibur dengan kehadiran Ara. Ada-ada saja yang menarik perhatiannya. Dia seakan tak pernah kehabisan bahan obrolan."

Taehyung tertawa kecil, "begitulah dia." Pria itu tersenyum pada Yoona, "jujur saja, dulu kukira kau bukan tipe orang yang mudah suka pada anak kecil."

"Memang bukan." Yoona mengakui. "Sejauh ini, satu-satunya anak kecil yang kusuka cuma Ara. Akupun tak mengerti mengapa. Padahal aku juga punya dua ponakan yang kalau kupikir-pikir sekarang, lumayan lucu dan menggemaskan."

Taehyung tersentuh oleh ucapan Yoona. Orangtua mana yang tidak akan merasa bangga jika anak mereka disuka dan disayangi oleh orang lain? "Terimakasih kau sudah bersikap begitu baik pada Ara." Taehyung menggenggam erat tali ranselnya. "Ini pertama kalinya Ara menjadi begitu dekat dengan wanita lain selain Yeonghee ahjumma. Ara benar-benar mengidolakanmu dan sayang padamu."

"Kau tidak pernah mengajaknya ke rumah orangtuamu?"

Taehyung menggeleng, "panjang ceritanya."

Yoona paham. Walaupun ia tak tahu ada masalah apa antara Taehyung dengan kedua orangtuanya, ia mengerti bahwa tidak selamanya hubungan antara orangtua dan anak akan selalu berjalan mulus. "Bagaimana dengan guru Ara? Apakah dia perempuan? Dekatkah Ara dengan gurunya?"

"Ya, dia perempuan. Ara juga cukup dekat dengan gurunya. Malah...," Taehyung kembali tertawa kecil.

"Malah apa?"

"Ah tidak," pria tampan itu terlihat geli dan malu.

"Apa Ara mencoba menjodohkanmu dengan gurunya?" Tebak Yoona.

"Ya." Taehyung menggigit bibir merahnya. "Kalau kuingat-ingat lagi, rasanya aku benar-benar malu."

"Kenapa mesti merasa malu?"

Taehyung masih menggigiti bibir bawahnya, "guru Ara sempat salah paham dan mengira kalau aku memang berusaha untuk mendekatinya."

"Apa dia menjadi marah atau justru malah mengejar-ngejarmu?"

"Yang kedua." Pipi Taehyung terasa hangat. "Sampai detik ini aku masih merasa malu pada guru Ara. Untunglah guru Ara itu kini sudah menikah, jadi aku tak mesti terus-menerus merasa canggung jika bertemu dengannya."

Sudut bibir Yoona melengkungkan sebuah senyum kecil yang lucu, "kenapa kau tidak mengabulkan usaha Ara untuk menjodohkanmu dengan gurunya tadi?"

"Oh tidak. Tidak mungkin." Taehyung menggeleng.

"Kau tidak menyukai guru Ara? Apa dia... Uhm... tidak cantik?" Semua laki-laki di dunia ini selalu senang didekati oleh perempuan... kecuali jika perempuannya jelek. Pikir Yoona.

"Dia lumayan cantik. Tapi aku," Taehyung setengah bergumam, "tidak tertarik pada siapapun."

Kau tentu sangat mencintai mendiang isterimu. Yoona berkata dalam hati. Ia merasa iba pada Taehyung yang mesti kehilangan wanita yang dia cintai secepat itu, namun... Ada setitik perasaan lain yang ikut mengusik hati Yoona saat ia memikirkan perasaan Taehyung terhadap mendiang isterinya. Apakah aku baru saja merasa iri pada mendiang isteri Taehyung? Sungguh tidak masuk akal. Yoona cepat-cepat menghentikan lamunannya.

LAST TRAIN TO SEOUL || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang